Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Lalu Lintas Lumpuh

Massa pendemo penolakan UU Cipta Kerja terlibat kericuhan dengan aparat yang berjaga di Warung Bongkok Jalan Imam Bonjol Cikarang Barat Kabupaten Bekasi, Kamis (8/10). ⁣ARIESANT/RADAR BEKASI
Massa pendemo penolakan UU Cipta Kerja terlibat kericuhan dengan aparat yang berjaga di Warung Bongkok Jalan Imam Bonjol Cikarang Barat Kabupaten Bekasi, Kamis (8/10). ⁣ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Gelombang penolakan terhadap UU Cipta Kerja di Bekasi terus berlanjut. Kemarin, aksi penolakan dari berbagai elemen masyarakat terjadi sejumlah titik di Bekasi. Bahkan, massa menutup sejumlah ruas jalan arteri dan nasional. Mereka terdiri dari gabungan mahasiswa, buruh dan pelajar.

Massa mulai bergerak sejak pagi hari mulai dari Jalan Ahmad Yani, tepat didepan pintu utama kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi sekira pukul 09.30 WIB. Massa sempat hendak bergerak menuju kantor Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) melalui jalan arteri, namun dihalau oleh petugas kepolisian.

Pergerakan massa menggunakan kendaraan roda dua terhenti di simpang Jalan Ahmad Yani, tepat di bawah flyover Summarecon Bekasi. Akibatnya, kemacetan panjang tidak bisa dihindari lantaran massa memenuhi ruas jalan.

Salah satu ruas Jalan Ahmad Yani menuju Bekasi simpang pintu tol Bekasi Barat tidak bisa dilalui oleh pengendara mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 14.30 WIB lantaran dipenuhi massa aksi. Massa sempat mengancam akan memblokir tol Jakarta Cikampek.

“Hari ini rencananya kita mau ke gedung DPR RI, ternyata kita mau menuju kesana dihadang. Mau tidak mau kita bertahan disini,” kata Pimpinan Cabang Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi, Pertamanan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FS KEP SPSI) Kota dan Kabupaten Bekasi, Muhammad Yusuf, Kamis (8/10).

Massa menyampaikan aspirasi di depan kantor Pemkot Bekasi, mereka menolak dan meminta pemerintah untuk mencabut UU Cipta Kerja melalui penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu). Menurut massa buruh, presiden telah menyengsarakan rakyat, khususnya buruh dinilai telah dikebiri akibat disahkannya UU Cipta Kerja.

Pada hari terakhir mogok massal yang dilakukan oleh buruh kemarin, mereka menyampaikan jika Perppu tidak diterbitkan untuk menggagalkan UU Cipta Kerja, maka maka massa buruh akan kembali melakukan aksi di hari berikutnya dengan besar lagi.

Setelah massa di depan gedung Pemkot Bekasi membubarkan diri, petugas kepolisian dan TNI melaksanakan patroli menuju wilayah Bekasi Timur. Kendaraan petugas termasuk Kapolres Metro Bekasi Kota dan Dandim 05/07 dilempari batu oleh massa aksi yang berkumpul memblokir jalan Cut Mutia, tepat di depan gedung kampus Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi.

Bentrokan antara petugas dan massa aksi tidak terhindarkan, gas air mata dan lemparan batu serta benda lainnya mewarnai bentrokan yang terjadi sekira pukul 15.30 WIB tersbeut. Petugas kepolisian dan TNI menarik mundur pasukan meninggalkan lokasi, massa juga memecahkan kaca pos polisi di simpang antara Jalan Cut Mutia dan Chairil Anwar sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap pemerintah.

Massa tetap bertahan dan memblokir jalan. Koordinator aksi, Riki Sandi mengatakan, jumlah massa bertambah saat menjelang petang, kondisi ini membuat suasana tak terkendali. Pihaknya mengaku tidak merencanakan untuk memicu bentrokan antara massa dengan petugas, bentrokan terjadi diduga adanya pihak-pihak yang memprovokasi massa.

Massa tidak merencanakan untuk bergerak menuju Jakarta, massa memutuskan untuk melumpuhkan akses jalan di Kota Bekasi. Desentralisasi atau otonomi daerah dinilai sudah tidak berlaku setelah UU Cipta Kerja disahkan awal pekan lalu.

“Tolak Omnibus Law seluruhnya, artinya tidak hanya per cluster, tapi keseluruhannya kita harus menolak itu, karena kita punya pandangan bahwa seluruh cluster-cluster yang ada di Omnibus Law dampaknya pada generasi muda yang hari ini sudah memasuki era bonus demografi,” tambahnya.

Massa yang berkumpul di simpang jalan Chairil Anwar ini berasal dari beberapa kampus di Kota dan Kabupaten Bekasi, bahkan Bandung, serta pelajar. Hingga pukul 17.40 WIB massa tidak bergeming dan tetap bertahan di titik aksi. Akhirnya petugas membubarkan paksa aksi massa menggunakan gas air mata.

Menghadapi petugas dari kepolisian dan TNI, massa berhamburan ke berbagai penjuru, diantaranya memilih masuk ke lingkungan Kampus Unisma Bekasi. Beberapa massa aksi diketahui terluka akibat tembakan gas air mata petugas.”Kenyataannya menjelang maghrib mereka tidak membubarkan diri, akhirnya kami mendorong mereka dengan kekuatan personil,” terang Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombespol Wijonarko.

Informasi yang dihimpun Radar Bekasi, petugas dari kepolisian dan TNI awalnya melaksanakan patroli menuju wilayah Bekasi Timur, saat melintas di depan gedung kampus Unisma Bekasi kendaraan petugas dilempari batu oleh aksi massa. Sehingga bentrokan tidak terhindarkan.

Wijonarko menjelaskan petugas telah melakukan komunikasi dengan massa aksi untuk segera membubarkan diri, setelah bentrokan pertama pecah. Setelah memukul mundur massa dan mempersilahkan mereka kembali ke rumah masing-masing dengan jaminan keamanan dari petugas, secara umum situasi disebut aman.”Akibat kejadian tersebut ada 105 pelajar yang kita amankan dari tingkat SMP, SMK, dan bahkan yang sudah lulus, kita akan tindak lanjut sesuai ketentuan hukum yang berlaku,” tambahnya.

Kendaraan dinas miliknya disebut tidak mengalami luka parah, hanya lecet. Ratusan pelajar diamankan dari beberapa titik aksi, di kantor Pemkot Bekasi, gedung DPRD, dan Jalan Ahmad Yani. Mereka berasal dari beberapa wilayah di luar Kota Bekasi, diantaranya Cibitung, Kabupaten Bekasi.

Sementara itu, bentrokan masa dengan aparat kepolisian terjadi di Jalan Imam Bonjol, Warung Bongkok, Cikarang Barat, bahkan satu unit mobil terbakar. Bentrokan mereda, saat Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pol Hendra Gunawan, mererai demonstran, dengan mengajak negosiasi.

Sayangnya, upaya negosiasi tidak berhasil. Sekitar pukul 17.00 WIB, bentrok kembali terjadi, setelah puluhan buruh dari arah Kota Bekasi datang ke lokasi kejadian. Pada saat itu, massa yang kembali menyerang pihak kepolisian ditembaki dengan gas air mata.

Bentrokan berhasil dibubarkan pukul 18.30 WIB, setelah pihak kepolisian menerjunkan tiga mobil Barakuda. Hal itu membuat masa demonstran berhaburan menyelamatkan diri. Dan akhirnya, arus lalulintas di jalan pantura bisa kembali normal.

Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pol Hendra Gunawan mengatakan, akan mencari oknum yang membakar mobil saat kejadian. “Bisa membuktikan tidak. Ada video dan foto buat pembuktiannya, apabila memang benar saya bantu. Kalau perlu saya yang ganti,” ujarnya saat melakukan negosiasi dengan demonstran.

Sementara itu, pelajar yang ikut unjuk rasa, Rudi mengaku, hanya ikut-ikutan unjuk rasa saja. “Saya cuma ikut-ikutan saja,” ujar salah satu pelajar yang ikut unjuk rasa, saat ditanya pihak kepolisian alasannya ikut unjuk rasa.

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, Suhup mengaku sudah membuat surat himbauan kepada buruh. Termasuk himbauan dari Bupati Bekasi, agar tidak melakukan demonstrasi. Pasalnya, situasi saat ini masih pandemi dan ekonomi sedang masa pemulihan. “Dalam situasi pandemi seperti sekarang, ekonomi sedang masa pemulihan paska covid. Jadi kita menghimbau agar tidak melaksanakan demo atau unjuk rasa,” ucapnya. (sur/pra)