RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejumlah pengusaha umumnya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus pintar-pintar memanfaatkan peluang agar usahanya tetap bertahan ditengah Pandemi Covid-19. Dengan inovasi yang dilakukan usaha tetap berjalan bahkan membantu orang lain yang terdampak. Hal ini juga dilakukan pelaku usaha konveksi yang kini beralih membuat Alat Pelindung Diri (APD). Seperti apa?, berikut laporannya.
Adanya pembatasan aktivitas dan akses ke permukiman warga di tengah Pandemi Covid-19 turut berdampak kepada pedagang makanan hingga jasa konveksi.
Namun, semangat harus tetap nomor satu. Seperti yang dilakukan rombongan penjahit keliling yang tinggal di Jalan Mandor Benin, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi.
Total ada sembilan pelaku vermak levis keliling ini ikut serta memproduksi Alat Pelindung Diri (APD),sebagai jalan lain untuk tetap memenuhi kebutuhan sehari-hari selama pandemi.
Di salah satu rumah di kawasan Kelurahan Pengasinan ini, rombongan penjahit keliling memproduksi APD. Mereka menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan di kawasan Bulak Kapal, Kelurahan Arenjaya, Kecamatan Bekasi Timur untuk mendistribusikan APD yang diproduksi. Mereka juga mendapat bantuan mesin agar produksi APD seusai standar.
“Karena perumahan banyak di lockdown, pekerjaan saya sehari-hari kan vermak levis keliling. Ekonomi pada turun semua, termasuk saya, keliling perumahan dan kampung susah,” terang salah satu penjahit keliling, Agus (41).
Sebelum kawasan permukiman warga dikarantina, pekerjaannya yang telah ditekuni selama 17 tahun disebut mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sedikitnya Rp200 hingga Rp300 ribu bisa ia kantongi dari menjahit keliling sebelum pandemi.
Pihaknya masih bersyukur bisa menyambung hidup dengan pekerjaan yang sama. Meski harapan besar mereka pandemi Covid-19 bisa segera berakhir.
Kelompok penjahit keliling ini sudah memproduksi APD sejak tiga bulan yang lalu, sebelumnya Agus menjual barang-barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
“Pas Covid, kadang buat dapat Rp50 ribu udah Alhamdulillah banget, karena buat kelilingnya susah, sedangkan bayar kontrakan dan biaya hidup tetap berjalan. Jadi saya sempet ada bahan sisa saya buat masker jualin dipinggir jalan,” tambahnya.
Hingga pada satu ketika, Agus bercerita bertemu dengan salah satu manajemen perusahaan tempat ia dan teman-temannya menjalin kerjasama. Ia diminta untuk menjahit APD, beruntung kualitas dan spesifikasi hasil produksi ia dan kawan-kawannya dinilai baik. Setiap harinya, satu penjahit ditarget memproduksi 50 pcs APD dengan bayaran per hari.
“Sebaiknya Corona cepat selesai, meski kita terbantu karena produksi APD, tapi kita maunya kondisi cepat balik ke normal aja, karena pandemi kan berpangaruh ke semua orang,” tukasnya.
Beranjak dari rumah yang digunakan sebagai lokasi kerja rombongan penjahit keliling tersebut, Radar Bekasi menuju lokasi perusahaan yang disebut sebagai mitra dari Agus dan kawan-kawan. Berlokasi di Jalan Pahlawan, Bulak Kapal, Kelurahan Arenjaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Di tempat ini, pekerja PT Maselo melakukan pengecekan terhadap hasil produksi penjahit UMKM binaan dan melakukan pengemasan APD. Sama, perusahaan konveksi yang awalnya hanya menerima produksi seragam dinas dan seragam pabrik ini memilih jalan lain setelah mendapati banyak penjahit terdampak Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) selama pandemi.
Setelah mendapatkan izin edar alat kesehatan dalam negeri berupa APD nomor 21603021967, kini perusahaan yang membina 50 UMKM dengan total penjahit kurang lebih seribu orang menerima order dari Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) di berbagai daerah di Indonesia. Dalam satu bulan, pesanan yang diterima berkisar antara 30 sampai 50 ribu pcs APD.
“Gimana caranya biar mereka (penjahit) tetap bekerja, karena ada kebutuhan APD, kita mencoba untuk mengikuti,” terang pemilik induk binaan UKM PT Maselo saat dijumpai di lokasi.
Produksi APD dipilih agar UMKM yang bergerak di bidang konveksi tetap hidup. Awal pesanan didominasi untuk keperluan penyaluran dana CSR hingga donasi selama mengarungi masa pandemi.
Di tempat ini, terdapat 50 karyawan untuk melakukan pengecekan kualitas APD yang diproduksi oleh UMKM mitra dan melakukan pengemasan untuk segera didistribusikan. Puluhan karyawan tersebut diberikan honor standar Upah Minimum Regional (UMR).
“Kalau UMKM bermitra, jadi kita membina. Kita bikin sesuai dengan standar kesehatan, bikin APD itu yang benar-benar sesuai standar,” tukasnya.
Meskipun secara tidak langsung mereka memperoleh keuntungan dari situasi ini, penjahit keliling hingga perusahaan mitra tetap menginginkan kondisi kehidupan kembali dalam situasi normal. Pasalnya, banyak sektor kehidupan lain yang terganggu akibat pandemi, dan tidak seberuntung mereka untuk tetap mengais pendapatan ekonomis pada masa pandemi.(sur)