
RADARBEKASI.ID, BEKASI –
Kemarin, pedagang daging se Jabodetabek kompak mogok jualan, situasi ini berdampak pada Rumah Potong Hewan (RPH) milik Pemerintah Kota Bekasi, tidak ada aktivitas pemotongan di hari yang sama. Pedagang mengaku kebingungan menjual daging sapi imbas dari naiknya harga beli, sementara konsumsi daging masyarakat sedang turun.
Dari data yang dihimpun dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2020 serta hasil Survei Biaya Hidup (SBH) lima tahunan, lebih besar konsumsi rokok dan tembakau dibandingkan dengan daging. Dari total pengeluaran masyarakat per bulan Rp2.347.076, paling besar digunakan untuk konsumsi makanan dan minuman jadi, disusul dengan umbi-umbian, dan rokok. Konsumsi daging berada pada urutan ke sembilan dari pengeluaran masyarakat pada kelompok bahan pangan.
Kalori dan protein yang diperoleh masyarakat dari kelompok bahan pangan, daging hanya menyumbang 75,27 kcal kalori, 4,71 gram protein pada kelompok pengeluaran 40 persen terbawah. Pada kelompok pengeluaran 40 persen tengah, sumbangsih kalori dari bahan makanan daging sebanyak 113,75 kcal, dan 7,32 gram protein, (lihat grafis).
Hari pertama mogok dagang para pedagang daging sapi nampak jelas di salah satu pasar di Kota Bekasi, loss pasar yang biasa di tempati pedagang sapi kosong, tidak ada satupun pedagang yang beraktivitas. Setidaknya ada lebih dari 50 pedagang daging sapi yang seharusnya beraktivitas disini.
Salah satu pedagang berada di area pasar, meskipun tidak menggelar dagangannya, ia mengaku tetap berada di area pasar untuk melayani langganan, kekecewaan dari pada langganan tetap tentunya bisa menjadi mimpi buruk bagi kelangsungan usahanya. Kemarin, ia hanya menjual sisa daging yang tak terjual pada hari sebelumnya, selama ini pembeli diakui menurun.
“Kalau mau curhat nih ya, saya pedagang kaya gini nih memang khawatir, prihatin. Sudah barang mahal, yang belanja nggak ada, mana krisis moneter, ya kan,” kata salah satu pedagang daging sapi di kawasan Pasar Kranji, Rudi (34) saat dijumpai, Rabu (20/1).
Harga daging mulai meroket sejak menjelang Hari Raya Natal akhir tahun kemarin tidak seperti biasanya, harga daging ternyata tak kunjung turun. Sebaliknya, terus menanjak perlahan, mulai dari Rp1.000 sampai Rp2.000 secara berkala.
Jika dalam situasi normal harga beli para pedagang untuk daging sapi yang belum dipisah dengan tulangnya berkisar Rp80 ribu per kg, saat ini melonjak diatas Rp90 ribu per kg. Setelah dipisahkan dari tulang belulang, pedagang mengaku kebingungan untuk menjual kembali kepada konsumen dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp120 ribu per kg.
Menjual dengan harga diatas HET bisa saja dilakukan. Namun, tidak menjamin masyarakat mampu membeli dengan harga jual selangit. Rencana mogok ini sebelumnya direncanakan mulai tanggal 1 Januari 2021, dengan berbagai pertimbangan, para pedagang memutuskan menunda mogok dagang, hingga akhirnya dilaksanakan kemarin sampai tiga hari mendatang.
“Kan dipecah ada tulang iga, ada sum-sum, ada tetelan, dagingnya beberapa kilo. Kita mah rakyat nggak bisa ngomong apa-apa, takut salah, saya ngomong apa adanya,” tambahnya.
Ia memprediksi aktivitas perdagangan normal hari Sabtu (23/1) mendatang, beberapa pelanggan tetap telah diinformasikan sebelumnya, sebagian besar telah menyiapkan stok untuk tiga hari mendatang. Ia mengeluhkan tidak mendapat keuntungan selama beberapa hari kebelakang, aktivitas tetap harus dilakukan untuk menjaga kepercayaan pelanggan tetap.
Situasi serupa terjadi di RPH milik Pemerintah Kota Bekasi, di Kawasan Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi. Tidak ada aktivitas pemotongan.”Semalam kita tidak ada kegiatan, kita sebetulnya sudah standby, kita sampai pukul 01:00 (dini hari) pun disini,” terang Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) RPH Kota Bekasi, Subarkah.
Pemotongan hewan terakhir dilakukan Senin (18/1) malam. Hari normal, pemotongan sapi di lokasi ini mencapai 18 sampai 20 ekor sapi, mengikuti permintaan pasar. Di lokasi ini, daging sapi dipasok ke beberapa pedagang pasar di wilayah Kota dan Kabupaten bekasi. Normalnya, harga daging sapi yang belum dipisahkan dengan tulangnya berkisar Rp84 sampai Rp86 ribu per kg.
Namun, dewasa ini harga per kg mencapai Rp95 hingga Rp96 ribu per kg. Dengan harga normal pedagang bisa menjual daging kepada konsumen antara Rp115 hingga Rp120 ribu per kg.”Tapi kalau harga karkas (daging sapi yang belum dipisahkan dari tulang) sekitar Rp95 sampai Rp96 ribu, itu bisa jual Rp127 hingga Rp140 ribu,” tambahnya.
Harga jual daging sapi disebut tidak turun bahkan cenderung bertahan di harga yang sama sejak awal tahun. Dampak mogoknya para pedagang daging sapi ini diakui tidak berpengaruh signifikan pada RPH. Pasalnya, RPH ini hanya menyediakan tempat pemotongan hewan saja, tidak menjual daging sapi, sapi hidup berasal dari para pemasok daging sapi kepada para pedagang. (Sur)











