RADARBEKASI.ID, BEKASI – Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan bulan pengampunan. Agar hidup lebih bermakna, khusyu’ dalam menjalankan ibadah puasa. Sebagai hamba Allah. Manusia harus belajar sebagai manusia yang memiliki rasa syukur terhadap kenikmatan yang di berikan oleh Allah SWT. Sebagai Pembina Majelis Ta’lim Wa Dziqir Hidayatul Mubtadi’in (MHM) Kelurahan Perwira Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi sekaligus Wakil Ketua Dewan Majlis Syariah DPC PPP Kota Bekasi, KH. Kadapi Hanaping S.Pd.I. menjelaskan terhadap Nashoihul’ibad.
Barang siapa yang meninggalkan perbuatan dosa, maka akan lembutlah hatinya. Maka hati tersebut akan senang menerima nasihat dan ia (manusia) khusyu’ (memperhatikan) akan nasihat tersebut. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang haram, baik dalam hal makanan, pakaian dan yang lainnya (dan ia memakan sesuatu yang halal maka akan jernihlah pikirannya).
Di dalam bertafakur tentang semua ciptaan Allah yang menjadi petunjuk akan adanya Allah Ta’ala yang menghidupkan segala sesuatu setelah kematiannya demikian pula menjadi petunjuk akan keEsaan Allah dan kekuasaanNya dan ilmuNya.
Dan yang demikian ini terjadi apabila ia mempergunakan pikirannya dan melatih akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala yang menciptakan manusia dari nuthfah di dalam rahim, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian Allah menjadikan tulang dan daging dan urat syaraf serta menciptakan anggota badan baginya.
Kemudian Allah memberinya pendengaran, penglihatan dan semua anggota badan, kemudian Allah memudahkannya keluar sebagai janian dari dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham untuk menyusu di ibunya, dan Allah menjadikannya pada awwal kejadian dengan tanpa gigi gerigi kemudian Allah menumbuhkan gigi tersebut untuknya, kemudian Allah menanggalkan (melepaskan) gigi tersebut pada usia 7 tahun kemudian Allah menumbuhkan kembali gigi tersebut.
Kemudian Allah menjadikan keadaan hambanya selalu berubah dari kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan dari muda berubah menjadi tua renta dan dari keadaan sehat berubah menjadi sakit.
Kemudian Allah menjadikan bagi hambaNya pada setiap hari mengalami tidur dan juga demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya manakala ia tanggal maka akan tumbuh lagi seperti semula.
Demikian pula malam dan siang yang selalu bergantian, apabila hilang yang satu maka akan disusul dengan timbulnya yang lain. Demikian pula dengan adanya matahari, rembulan, bintang-bintang dan awan dan hujan yang semuanya datang dan pergi. Demikian pula bertafakur tentang rembulan yang berkurang pada setiap malamnya, kemudian menjadi purnama, kemudian berkurang kembali.
Seperti itu pula pada gerhana matahari dan rembulan ketika hilang cahayanya kemudian cahaya itu kembali lagi. Kemudian berfikir tentang bumi yang gersang lagi tandus maka Allah menumbuhkannya dengan berbagai macam tanaman, kemudian Allah menghilangkan lagi tanaman tersebut kemudian menumbuhkannya kembali.
Maka kita akan dapat berkesimpulan bahwa Allah Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian ini tentu mampu untuk menghidupkan sesuatu yang telah mati.
Maka wajib bagi hamba untuk selalu bertafakur pada hal yang demikian sehingga menjadi kuatlah imannya akan hari kebangkitan setelah kematian, dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti membangkitkannya dan membalas segala amal perbuatannya.
Maka dengan seberapa imannya dari hal yang demikian yang membuat kita bersungguh-sungguh melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat. Semoga apa yang saya sampaikan dalam Maqolah (nasehat) yang ke 18 dari Kitab Nashoihul’ibad bermanfaat dalam bulan Ramadan ini. (*)