Berita Bekasi Nomor Satu

BMPS Pesimis Sekolah Swasta jadi Pilihan Utama

ILUSTRASI: Sejumlah siswa SMK Bistek menerapkan protokol kesehatan saat mengikuti ujian praktik secara tatap muka. BMPS Kota Bekasi pesimis sekolah swasta bisa menjadi pilihan utama bagi calon siswa meski telah dilibatkan dalam PPDB daring tahun ajaran 2021/2022. ISTIMEWA
ILUSTRASI: Sejumlah siswa SMK Bistek menerapkan protokol kesehatan saat mengikuti ujian praktik secara tatap muka. BMPS Kota Bekasi pesimis sekolah swasta bisa menjadi pilihan utama bagi calon siswa meski telah dilibatkan dalam PPDB daring tahun ajaran 2021/2022. ISTIMEWA

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Bekasi pesimis sekolah swasta bisa menjadi pilihan utama bagi calon siswa meski telah dilibatkan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) daring tahun ajaran 2021/2022.

Sekretaris BMPS Kota Bekasi Ayung Sardi Dauly menjelaskan, selama ini sekolah swasta menjadi pilihan kedua bagi calon siswa setelah diterima sekolah negeri, terutama yang menggunakan jalur Keluarga Ekonomi Tidak Mampu (KETM).

“Sekolah swasta dipilih oleh masyarakat sesuai kemauan dan kemampuan,” jelas Ayung kepada Radar Bekasi, Rabu (26/5).

Pada tahun ini, sekolah swasta dilibatkan dalam PPDB sesuai Permendikbud Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Namun demikian, Ayung pesimis sekolah swasta bisa menjadi pilihan utama.

“Memang dalam juknis tahun ini sekolah swasta bisa ikut terlibat, tetapi tidak bisa menjadi pilihan utama yang dapat dipilih. Kita akan tetap menjadi pilihan kedua,” ucapnya.

Dalam juknis PPDB tingkat SMA, disebutkan bahwa calon siswa jalur afirmasi diberikan kesempatan untuk memilih 2 SMA negeri dan 1 swasta, jalur perpindahan orang tua/guru memilih 1 SMA negeri dan 1 sekolah swasta, jalur prestasi nila rapor memilih 2 SMA negeri dan 1 sekolah swasta, jalur kejuaraan memilih 1 SMA negeri dan 1 sekolah swasta dan jalur zonasi memilih 2 SMA negeri dan 1 sekolah swasta.

Kemudian tingkat SMK, disebutkan calon siswa jalur afirmasi diberikan kesempatan memilih 1 SMK negeri dengan 2 jurusan yang berbeda dan 1 sekolah swasta, jalur perpindahan orang tua/guru memilih 1 sekolah negeri dengan 2 kompetensi berbeda dan 1 sekolah swasta, jalur prioritas terdekat 1 SMK negeri dengan 2 kompetensi berbeda dan 1 sekolah swasta. Pilihan tersebut juga sama dengan jalur prestasi.

“Bisa dilihat dari pilihan sekolah dalam juknis, swasta masih menjadi pilihan nomer 2 setelah siswa tidak diterima di sekolah negeri. Jadi ya tidak ada perubahan yang siginifikan di sini,” tukasnya.

Menuru Ayung, sekolah swasta akan menjadi pilihan utama tergantung pada orang tua calon siswa. “Pilihan di serahkan ke masyarakat. Biasanya kalau yang ikut PPDB online, maka sekolah swasta tetap menjadi pilihan ke 2 bagi mereka karena berharap masuk negeri dahulu,” tukasnya.

Dosen Universitas Krisnadwipayana (Unkris) Susetya Herawati menyampaikan, pelibatan swasta dalam PPDB tingkat SMA dan SMK menjadi program baru pemerintah yang mesti diapresiasi.

“Ide program ini sangat bagus, hanya memang perlu kembali dilihat dari sisi implementasinya.Juga sosialisasinya,” ucapnya.

Menuruutnya, dalam hal ini terdapat persoalan yang nampak terlihat. Yaitu, jika sekolah swasta tersebut memiliki kualitas, baik tentu tidak ada masalah. Begitu sebaliknya.

“Yang menjadi persoalan adalah jika sekolah swasta tersebut memiliki kualitas yang tidak baik, tentu akan menjadi perasaan minder untuk siswa. Kalo sekolah memiliki kualitas baik saya rasa akan aman-aman saja,” ungkapnya.

Karena itu, BMPS tak perlu pesimis. Pasalnya, belum ada bukti dan hasil yang didapat dalam pelaksanaan PPDB tahun ini. “Harusnya di coba dahulu, nanti akan terlihat perkembangan dan dampaknya,” tukasnya. (dew)