RADARBEKASI.ID, BEKASI-Gerhana bulan total (GBT) tadi malam (26/5/2021) terasa spesial. Sebab, gerhana itu bisa diamati dari hampir seluruh wilayah Indonesia. Pada 19 November nanti, gerhana bulan juga terjadi. Namun, beda dengan tadi malam, gerhana bulan saat itu tidak bisa diamati masyarakat Indonesia.
Berdasar data dari Observatorium Bosscha, GBT kali ini terjadi saat kondisi bulan super atau supermoon. Bulan berada di jarak terdekat dengan bumi. Istilah lainnya disebut perige. Dengan begitu, GBT tadi malam juga dikenal dengan sebutan super blood moon eclipse atau gerhana bulan supermerah.
Ketika terjadi bulan super, ukuran bulan terlihat lebih besar 14 persen daripada biasanya. Dan, lebih terang 30 persen daripada umumnya. Jarak terjauh bulan dengan bumi adalah 406.700 kilometer. Jarak terdekatnya mencapai 356.400 kilometer.
Saat GBT tadi malam, waktu terjadinya puncak gerhana atau fase total cukup lama. Mulai pukul 18.11 WIB sampai 18.25 WIB. GBT diawali dari masuknya bulan ke bayangan umbra bumi pada pukul 16.44 WIB. Kemudian, fase GBT benar-benar selesai pada pukul 20.49 WIB.
Peneliti Observatorium Bosscha Yatny Yulianty menjelaskan, gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan berada pada posisi sejajar. Bumi berada di tengah. Akibatnya, sinar matahari ke bulan terhalang bumi. ’’Peristiwa gerhana bulan itu sebetulnya bersiklus atau berulang,’’ ungkapnya kemarin.
Sementara itu, hari ini (27/5/2021) dan besok (28/5/2021) ada fenomena alam berupa matahari melintas persis di atas Kakbah pada pukul 16.18 WIB.
Melintasnya matahari persis di atas Kakbah ini bisa dimanfaatkan untuk meluruskan posisi kiblat. Sebab, saat matahari berada di atas Kakbah, semua bayangan tegak lurus mengarah lurus ke Kakbah. (jpc)