Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

RS Overload, OTG di Rumah Saja

MEMBLUDAK : Petugas medis melakukan pemeriksaan awal pasien yang baru masuk halaman parkir Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi (RSUD), Minggu (27/6). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pasien Covid-19 dengan status Otang Tanpa Gejala (OTG), diminta menjalani perawatan di rumah. Hal ini seiring penuhnya sejumlah Rumah Sakit (RS) rujukan pasien Covid-19. Bahkan, sebagian RS lainnya sudah melebihi kapasitas daya tampung pasien.

Ya, Pemerintah Kota Bekasi berupaya memangkas waktu sejak pengambilan spesimen hingga keluarnya hasil swab, setelah hasil keluar dan gejala yang dialami tergolong ringan, bahkan tidak bergejala untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Jika kondisi semakin memburuk maka asrama haji Bekasi akan menjadi lokasi kedua setelah Stadion Patriot Candrabhaga sebagai lokasi perawatan pasien Covid-19 di luar Rumah Sakit (RS) yang saat ini sudah penuh.

Pantauan Radar Bekasi di halaman RSUD kemarin, tenda darurat bertambah, lima tenda darurat berukuran besar baru saja diterima dari Kementerian Sosial (Kemensos) akhir pekan kemarin. Satu diantara total delapan tenda darurat nampak belum terisi pasien.

Ditengah tingginya tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR), Pemkot Bekasi berencana untuk menjalin kerja sama dengan dua RS Budi Lestari dengan daya tampung 180 pasien, serta RS Mustika Medika dengan daya tampung 50 pasien isolasi Covid-19.

“Budi Lestari ada 180, sama salah satu RS di Mustikajaya saya cek hari ini. Kalau terus semakin memburuk, baru asrama haji,” kata Wali Kota Bekasi , Rahmat Effendi saat mendatangi RSUD Chasbullah Abdulmajid akhir pekan kemarin.

Ditengah keterbatasan tempat tidur RS dan membludaknya pasien, Rahmat menjelaskan bahwa penanganan pasien tidak bisa hanya bertumpu pada RSUD Chasbullah Abdulmajid sebagai RS rujukan utama Covid-19. Langkah yang mungkin untuk dilakukan adalah mempercepat identifikasi pasien Covid-19 atau non Covid, kemudian memilah pasien yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

Hal ini perlu dilakukan di Faskes tingkat satu seperti Puskesmas sehingga pasien tidak bertumpuk di RSUD Chasbullah Abdulmajid. Sebagian besar pasien yang dijumpai di lorong RSUD mengeluh gejala yang dialami diantaranya panas dingin, mual, dan pusing.

“Ini yang tadi di lorong saya lihat, memang hasil lab nya belum keluar. Ini saya minta dorong, harusnya 2 sampai 3 jam hasil lab selesai. Ini yang kita harus (lakukan), yang seperti ini supaya jangan ke RS,” tambahnya.

Peningkatan angka kasus secara tajam dan cepat ini perlu di waspadai oleh Pemkot Bekasi dan daerah sekitar, terutama Jakarta sebagai episentrum penyebaran, terlebih hampir 60 persen aktifitas sehari-hari masyarakat Kota Bekasi di Jakarta. Jika merasa tidak memiliki penyakit bawaan, serta gejala yang dialami relatif ringan untuk tetap berada di rumah sebagai tempat yang paling aman dan sehat.

Penambahan ruang rawat khusus isolasi pasien Covid-19 RSUD Chasbullah Abdulmajid sejauh ini sudah ditambah, terakhir dua lantai di gedung E sudah terpakai untuk merawat pasien Covid-19. Total tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19 saat ini di RSUD Chasbullah Abdulmajid mencapai 70 persen, diangka 400 tempat tidur ditambah dengan tenda darurat dan lorong RS, dari total 600 tempat tidur yang tersedia.

Untuk mengurai lonjakan pasien, RSUD Chasbullah Abdulmajid berkoordinasi dengan Dinkes untuk perawatan pasien dengan gejala ringan di RS darurat Stadion Patriot Candrabhaga maupun RSUD tipe D Bekasi Utara yang selama ini menjadi RS darurat.

“Jadi sudah melebihi apa yang ditetapkan oleh Kemkes ya, waktu itu awal-awal adalah 30 persen, sekarang kita sudah 70 persen kurang lebih untuk melayani pasien Covid-19,” terang Dirut RSUD Chasbullah Abdulmajid, Kusnanto Saidi.

Penambahan tempat tidur dan ruang kata Kusnanto, harus dibarengi dengan penambahan tenaga. Sejauh ini langkah yang sudah dilakukan adalah membangun komunikasi dengan sekolah tinggi perawat di Kota Bekasi, dalam waktu dekat ia juga segera berkirim surat kepada organisasi profesi untuk membantu penanganan pasien.

Sejauh ini relawan perawat dan dokter umum yang telah di rekrut sebanyak lima orang. Relawan tersebut rencananya akan dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bekasi.

“saya sudah hubungi sekolah-sekolah tinggi perawat di kota Bekasi untuk perawat-perawat yang sudah lulus untuk bergabung dengan RSUD sebagaj tenaga perawat yang dibiayai oleh apbd sebanyak 40,” tukasnya.(sur)