RADARBEKASI.ID, BEKASI – ”Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sejak 14 abad lalu, Rasulullah SAW menegaskan bahwa kaum Muslim adalah bersaudara. Sekalipun ia tidak kenal satu sama lain, mereka gembira dipersaudarakan atas dasar keimanan demi menggapai ridha Allah SWT. Seruan persaudaraan seperti itu berlaku bagi setiap Muslim. Islam mengajarkan untuk saling mencintai, menyayangi dan mengasihi. Ketika kita menjalankan ini semua tentu ada hak-hak yang perlu dijaga. Untuk mewujudkannya, maka akhlak mulia jadi salah satu kuncinya. Seorang mukmin itu akhlaknya baik dan dadanya lapang sehingga mudah untuk membantu. Karena menganggap seseorang sebagai saudara, ia tidak akan rela membiarkannya nestapa. Ia tidak akan rela melihat saudaranya sakit kekurangan sandang, pangan, dan bahkan obat-obatan. Kesadaran, perasaan, dan jiwanya akan senantiasa tersayat melihat saudaranya tengah getir menghadapi kesulitan hidup.
Saat ini kita semua menghadapi virus corona atau Covid-19 sebagai sebuah pandemi, wabah, dan ujian. Ukhuwah atau persatuan umat Islam juga diuji menghadapi pandemi Covid-19. Dalam konteks keagamaan kita umat Islam khususnya diuji baik dalam perspektif pandangan keislaman menghadapi keadaan maupun dalam sikap keberagamaan kita. Ternyata upaya ini tidak mudah, karena bagi sebagian orang ada perspektif yang sudah terlalu melekat bahwa beragama dan beribadah sepenuhnya harus di masjid meski dalam kondisi darurat.
Sikap terbaik kita menghadapi wabah Covid-19 saat ini adalah : 1) Berprasangka Baik Kepada Allah SWT. Wabah ini sebagai ujian untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. 2) Optimis. Para ahli medis mengatakan bahwa salah satu faktor yang memicu penyembuhan para pasien korban Covid-19 adalah mentalitas optimis sehat serta tidak stress. Yang dibicarakan bukan angka-angka korban kematian, melainkan angka-angka kesembuhan. 3) Kewajiban Menghindari Wabah. Seorang muslim dalam menghadapi pandemi penyakit adalah berikhtiar semaksimal mungkin untuk menghindarinya. Bahkan sikap ini merupakan perintah langsung dari Rasulullah Saw “Dan larilah dari penyakit lepra sebagaimana engkau lari dari kejaran singa.” (HR. Bukhari). 4) Tidak Membahayakan Orang Lain. Selain tidak boleh membahayakan diri sendiri, kita juga wajib menghindarkan diri dari melakukan hal-hal yang membahayakan orang lain. Sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Said al-Khudri radhiyallahuanhu. “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain.” (HR. Malik, Daruquthni, Hakim dan Baihaqi). Tidak bolehnya kita berkumpul, menghindari kontak fisik dan wajibnya kita menjaga jarak selama masa penyebaran Covid-19 ini adalah bentuk nyata agar kita tidak memberi mudharat kepada orang lain. 5) Wajib Mengupayakan Pengobatan. Syariah Islam memerintahkan kepada kita untuk selalu mengupayakan kesembuhan. Penyakit datang dari Allah SWT. Dan Allah SWT tidak pernah menurunkan suatu penyakit kecuali diturunkan juga obatnya. Maka tugas dan kewajiban kita adalah ikhtiar sehat menemukan obat dari suatu penyakit. Hadits Nabi Saw : “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah ‘azza wajalla.” (HR. Muslim).
Wallahu A’lam Bis Shawab.