Berita Bekasi Nomor Satu

Pengamat Desak Sekolah Sediakan Sarana Memadai

BERI PENJELASAN: Guru memberikan materi penjelasan kepada siswa saat pembelajaran tatap muka terbatas di SDN Kota Baru III Kota Bekasi, belum lama ini. Pengamat pendidikan mendesak satuan pendidikan jenjang SMP negeri di Kota Bekasi agar menyediakan sarana pendukung memadai untuk pembelajaran tatap muka terbatas secara metode blended learning. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI
BERI PENJELASAN: Guru memberikan materi penjelasan kepada siswa saat pembelajaran tatap muka terbatas di SDN Kota Baru III Kota Bekasi, belum lama ini. Pengamat pendidikan mendesak satuan pendidikan jenjang SMP negeri di Kota Bekasi agar menyediakan sarana pendukung memadai untuk pembelajaran tatap muka terbatas secara metode blended learning. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pengamat pendidikan Tengku Imam Kobul Mohamad Yahya mendesak satuan pendidikan jenjang SMP negeri di Kota Bekasi agar menyediakan sarana pendukung memadai untuk pembelajaran tatap muka terbatas secara metode blended learning atau daring dan luring.

Berdasarkan survey dilakukannya secara langsung, dari 56 SMP hanya 10 persen memiliki fasilitas pendukung memadai untuk proses pembelajaran hybrid learning (lihat grafis).

“Paling hanya 10 persen yang memadai fasilitas mengajar, sisanya menggunakan sarana yang ada saja,” ujar Imam kepada Radar Bekasi, Senin (11/10).

Menurutnya, sarana pendukung yang tidak memadai akan membuat guru merasa cepat lelah saat mengajar di masa pandemi Covid-19 ini. “Fasilitas sarana proses pembelajaran menggunakan metode hybrid learning jika tidak memadai maka akan membuat guru cepat kelelahan,” katanya.

Tak hanya dirasakan oleh tenaga pendidik yang sudah berumur senja, tetapi juga guru berusia muda. “Guru yang tua usia 50 tahun pasti akan kelelahan, tetapi guru muda juga akan merasa kelelahan jika sarananya tidak memadai,” ujarnya.

Akibatnya, kata Imam, proses pembelajaran menjadi tidak maksimal. Dampaknya, siswa akan mendapatkan materi pelajaran yang hanya sekedarnya.

“Jika sudah kelelahan hasilnya sudah pasti tidak maksimal,” ujarnya.

Wakil Ketua 1 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Bekasi Supyanto mengaku, belum semua sekolah memiliki sarana pendukung memadai untuk proses pembelajaran blended learning.

“Untuk sarana memadai belum terpenuhi cukup baik di beberapa sekolah,” ujar Supyanto.

Diungkapkan Supyanto, tugas yang dijalani oleh guru saat ini telah membuat merasa lelah. “Sudah pasti guru lelah melakukan dua tugas sekaligus, yaitu secara daring dan offline,” ujarnya.

Namun demikian, kata dia, saat ini guru sudah mulai terbiasa dengan proses pembelajaran blended learning.

“Untuk metode online dan offline mungkin semua sudah terbiasa, jadi memang sudah bisa beradaptasi cukup baik,” terangnya. (dew/oke)