Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Rekor, Sehari 2.495 Kasus

Illustrasi : Tenaga medis melakukan pemeriksaan awal kepada pasien di depan ruangan IGD Rumah Sakit Chasbullah Abdulmajid, Kamis (3/2). Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan saat ini tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy ratio (BOR) di rumah sakit rujukan mencapai 41 persen.

RADARBEKASI.ID, BEKASI SELATAN – Ribuan kasus baru ditemukan oleh Komite Kebijakan Penanganan Covid-19 dan Transformasi Pemulihan Ekonomi Kota Bekasi di awal pekan bulan Februari. Lonjakan kasus tertinggi terjadi pada 5 Februari kemarin, kasus baru mencapai 2.495 kasus. Relawan yang melakukan observasi dan Pendampingan di lingkungan masyarakat menemukan gejala batuk dan gatal di tenggorokan menjadi gejala yang umum pada pasien, Pemerintah Kota (Pemkot) berkomitmen melakukan pemantauan secara aktif pada pasien Isoman serta memberikan obat.

Lonjakan kasus aktif Covid-19 terlihat mulai menunjukkan jumlah besar pada 25 Januari lalu, temuan kasus aktif terus bertambah dalam jumlah besar setiap harinya, ratusan, bahkan terakhir mencapai lebih dari dua ribu kasus baru dalam satu hari. Sumbangan kasus aktif tertinggi dari wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat, Per tanggal 5 Februari lalu, laman resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat mencatat kasus baru tertinggi ada di Kota Depok, disusul Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Karawang.

Di akhir pekan, hampir semua data statistik penyebaran Covid-19 di Kota Bekasi naik, mulai dari kasus aktif, positivity rate, hingga keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Ratio (BOR) di Rumah Sakit (RS). Saat ini ada 9.721 kasus aktif menjalani isolasi mandiri, RSD Stadion Patriot Candrabhaga sebagai tempat isolasi terpusat sudah difungsikan, total ada delapan pasien menjalani isolasi.

Selama melakukan observasi dan pendampingan kepada kasus aktif di Kota Bekasi, Lembaga Kesehatan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LK-PCNU) Kota Bekasi telah mendesak pemerintah kota kembali memfungsikan tempat isolasi terpusat. Melihat situasi semakin banyak kasus yang menjalani isolasi mandiri di rumah, Pemkot Bekasi bahkan didorong untuk mulai mempersiapkan tempat isolasi diri di lingkungan kelurahan.

Hal ini dinilai penting dilakukan untuk mencegah virus semakin menyebar luas, terlebih pada masyarakat dengan kondisi rumah tidak memadai untuk melakukan isolasi mandiri. Langkah ini dinilai belum maksimal dilakukan dalam rangka mitigasi bencana.

“Sehingga sekali lagi menjadi kebutuhan yang mendesak adanya ruang atau gedung isoman terpusat. Itu menjadi bagian dari mitigasi yang sepertinya belum dimaksimalkan,” kata Ketua LK-PCNU Kota Bekasi, Wildan Fathurrahman, Minggu (6/1).

Diakui, kesiapan treatment atau perawatan pasien Covid-19 di Kota Bekasi sudah sangat siap, lantaran pernah mengarungi gelombang kedua dengan tingkat fatalitas cukup tinggi pada pertengahan tahun lalu. Ia mengingatkan bahwa virus tidak mengenal latar belakang ekonomi dan kondisi rumah masyarakat untuk menginfeksi, maka Isoterm dibutuhkan disamping tetap masif melakukan testing dan tracing.

Pada awal tahun ini, gejala batuk dan gatal pada tenggorokan menjadi gejala paling umum dikeluhkan oleh pasien yang menjalani Isoman di rumah. Hasil observasi dan pendampingan oleh relawan, gejala yang selama ini dialami oleh pasien tidak menunjukkan potensi fatalitas, hanya saja dikhawatirkan jika menginfeksi kelompok rentan seperti Lansia dan masyarakat dengan komorbid.

“Mereka cenderung yang paling umum mengeluh lebih pada gejala ISPA, batuk, pilek, tenggorokan terasa gatal. Demam ada, tapi tidak selalu, sebagian ada demam disertai dengan diare tapi itu jarang, tapi batuk dan tenggorokan ini yang khas,” ungkapnya.

Kepatuhan masyarakat terhadap Prokes saat ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR). Diduga, kelelahan, kelengahan, dan kejenuhan menjadi beberapa faktor mengendurnya kedisiplinan terhadap Prokes di lingkungan masyarakat. Salah satu strategi yang bisa kembali digalakkan yakni bersama-sama dengan tokoh masyarakat mengingatkan masyarakat untuk mematuhi Prokes.

Sampai dengan Jumat (4/2) kemarin kondisi BOR dinilai masih dalam situasi aman, dimana saat itu keterisian tempat tidur RS berada di 48 persen. Masyarakat diminta untuk tidak khawatir meskipun jumlah kasus terus meningkat, pemerintah berkomitmen untuk aktif melakukan pemantauan, testing, dan tracing di lingkungan rumah pasien yang terkonfirmasi positif dan menjalani Isoman.

“Kemudian kita juga akan memberikan obat, dan lain sebagainya. Kita pastikan warga Kota Bekasi tidak ada yang terlantar,” kata Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto.

Semua Puskesmas sudah siap menerima pasien dan menjadi tempat isolasi. Saat ini, treatment bertumpu pada RSUD dr Chasbullah Abdulmajid, serta RS Swasta. Skenario yang dibuat, penanganan pasien secara bertahap dilakukan setelah RSUD dr Chasbullah Abdulmajid dan RS Swasta, setelahnya RSD Stadion Patriot Candrabhaga, kemudian RS tipe D, baru Puskesmas.”Jika itu kurang, sebelum itu juga ada RS tipe D, setelah itu baru di level Puskesmas,” tambahnya.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyampaikan hasil evaluasi bahwa peningkatan kasus tidak terjadi merata di semua kabupaten dan kota. Sebaran kasus terjadi di kawasan Bodebek dan Bandung mencapai 80 persen, sisanya hanya 20 persen di kabupaten dan kota lain di Jawa Barat.

Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengakui, saat ini jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit masih rendah. Meski penambahan angka konfirmasi harian memang cenderung tinggi, dengan adanya cakupan vaksinasi yang tinggi mampu mengurangi angka keparahan dan kematian.

Namun Nadia memintq masyarakat tidak perlu terpaku pada jumlah tersebut dan jangan panik. Pasalnya sebagian besar gejala yang ditunjukkan oleh pasien adalah gejala ringan atau tidak bergejala sama sekali.“Dan lama masa perawatan juga lebih sebentar jika dibandingkan dengan kasus varian lainnya,” ujar Nadia dalam keterangam resmi Kemenkes, Minggu (6/2).

Nadia menyampaikan, ada kemungkinan kita akan menghadapi kenaikan kasus yang tinggi dalam 2 hingga 3 minggu ke depan. Hal itu sama dengan prediksi Menkes Budi Gunadi Sadikin di mana puncak Omicron diprediksi terjadi akhir Februari 2022.

“Kami berharap masyarakat dapat benar-benar waspada dan mengetahui kondisi ini dengan baik, bahwa penularan dari varian Omicron ini lebih cepat daripada varian of concern Covid-19 yang lain, namun kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah. Sehingga rumah sakit sebaiknya digunakan oleh pasien yang benar-benar membutuhkan, yaitu mereka yang memiliki gejala sedang hingga kritis,” tambah Nadia.(sur/jpc)