Berita Bekasi Nomor Satu

Bersiap Kerek Harga Menu

Illustrasi Warteg

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pedagang Warung Tegal (Warteg) tengah bersiap-siap untuk menaikan harga tiap menu makanan. Hal ini terpaksa harus diambil setelah harga bahan pokok tidak kunjung turun, ditambah dengan rencana naiknya komponen lain sebagai bahan dasar menu makanan.

Perkembangan hasil pemantauan Pemerintah Kota (Pemkot) harga minyak goreng masih berada diatas Harga Eceran Tertinggi (HET), situasi ini membuat pemerintah musti memutar cara untuk menyediakan minyak goreng dengan harga murah bagi masyarakat, termasuk dengan kebutuhan pokok lain menjelang bulan Ramadan.

Dimulai dari berkurangnya konsumen saat muncul jasa daring pesan antar makanan siap saji, pedagang yang masih menjajakan barang dagangannya secara luring atau offline dihantam dengan tingginya harga bahan baku untuk membuat makanan.

Salah satunya adalah pedagang warteg. Opsi menaikkan harga menjadi pilihan satu-satunya saat ini untuk bisa tetap bertahan.

“Naikin harga itu rencana, karena kalau bahan baku ini tak kunjung turun atau normal seperti biasa. Itu kan ya mau nggak mau naikin harga,” kata Bendahara Umum Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Rojikin, Senin (14/2).

Alternatif lain yang mungkin dipilih adalah mengurangi ukuran tiap porsi menu. Namun, pilihan ini kemungkinan besar membuat pelanggan yang tersisa pergi.

Banyak faktor bertubi-tubi datang hingga harus diputuskan untuk menaikkan harga menu. Pertama harga minyak goreng belum sesuai dengan kebijakan pemerintah, sulit didapat, adapun jika beruntung pembeliannya dibatasi hanya 2 liter.

Belum selesai dengan minyak goreng, harga cabai rawit perlahan naik, sejak akhir tahun harga terendah Rp30 ribu, saat ini kembali beranjak naik menjadi Rp 40 ribu.

Terakhir, kabar tidak sedap mencuat mengenai rencana kenaikan harga tahu tempe, kabar ini santer terdengar di pasar, diperkirakan pekan depan naik. Pihaknya optimis masyarakat mengerti mengapa harga menu di Warteg naik.

“Kalah naikin harga masyarakat kan sudah tau kalau harga minyak naik, bahan baku naik. Jadi Insya Allah pada ngerti lah,” kata pedagang Warteg di Kawasan Mustikajaya, Kota Bekasi ini.

Situasi saat ini dinilai sebagai situasi paling sulit bagi pelaku usaha, situasi tersulit selama 12 tahun menjalankan usaha. Pendapatan turun 50 persen dibandingkan kondisi normal.

“Tentu kalau mengukur sesuai pengalaman usaha saya, memang ini lah masa-masa sulit, sesulit-sulitnya,” tukasnya.

Pantauan terakhir Pemkot Bekasi, harga minyak di pasar belum berubah, masih diatas HET, serta pasokan masih minim. Pemerintah berencana kembali menggelar pasar murah khusus minyak goreng di 12 kecamatan, masing-masing kecamatan 7 ribu liter.

Kegiatan kali ini menggandeng dua perusahaan swasta. Rencananya dilaksanakan pekan depan, meski saat ini Pemkot masih menunggu jawaban pasti.

“Mudah-mudahan bisa dilaksanakan segera, tapi kita menunggu jawaban dari mereka,” Kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bekasi, Tedi Hafni.

Pihaknya juga masih membangun komunikasi dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menyelesaikan persoalan distribusi minyak murah.

Terkait dengan kebutuhan bahan pokok lainnya, Disperindag sudah kedatangan Bulog. Operasi Pasar, menyediakan berbagai bahan Sembako yang akan digelar menjelang bulan Ramadan.

“Kita juga sudah kedatangan dari Bulog ya, rencananya sebelum puasa ini juga mengadakan pasar murah di masyarakat untuk Sembako,” tukasnya.

Sekedar diketahui, desas desus kenaikan harga tahu tempe sudah terdengar keras di pasar. Belakangan harga kedelai impor dilaporkan naik 0,62 persen menjadi US1.586 per bushel. Kenaikan harga kedelai impor ini diprediksi akan mempengaruhi harga tahu dan tempe, pasalnya 80 persen kebutuhan kedelai nasional dipenuhi dari jalur impor. (sur)