RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tidak hanya orang tua dan sekolah, semua pihak mesti ikut berperan dalam mencegah makin maraknya aksi tawuran antar kelompok remaja. Situasi pandemi membuat remaja utamanya yang masih duduk di bangku sekolah kebingungan mengisi hari-hari mereka jika tidak dibekali kegiatan yang produktif, deteksi dini terhadap kemungkinan perilaku menyimpang juga diperlukan sejak dari rumah.
Pakar Kriminologi Universitas Indonesia, Arthur Josias Simon Runturambi menilai maraknya aksi tawuran antar kelompok salah satunya dilatarbelakangi oleh terbatasnya remaja dalam berekspresi pada masa pandemi. Ekspresi yang dilimpahkan dengan cara berkumpul dengan usia sebaya atau nongkrong bisa menjadi awal mula tawuran saat terprovokasi.
“Sekarang kan cenderung anak muda itu mencari teman ya, mencari kelompok. Kalau dia positif sih nggak masalah ya, kalau dia negative ini yang harus diantisipasi juga,” paparnya.
Terlebih, jika gelagat aneh, seperti menyiapkan dan membawa senjata tajam, bahkan petasan. Situasi semacam ini bisa dilakukan peneguran oleh masyarakat terdekat, bahkan penegakan hukum oleh kepolisian.
Di masa pandemi, janji tawuran via media sosial menjadi fenomena menarik, membuktikan bahwa media sosial bisa digunakan untuk berbagai macam aktivitas, termasuk memprovokasi kelompok lain. Fakta ini menunjukkan perbedaan aksi tawuran sekian tahun yang lalu, dimana peristiwa ini terjadi atas dasar spontanitas.
“Jadi mereka memanfaatkan teknologi untuk menunjukkan identitas mereka. Karena dengan itu mereka bisa menunjukkan kepada kelompok lainnya, bahwa saya bisa seperti ini, itu bisa membuat kelompok lain terpancing,” tambahnya.
Pantauan Radar Bekasi beberapa waktu lalu, tersebar tangkapan kamera berisi siaran langsung di salah satu akun media sosial milik kelompok tertentu. Tergambar dua kelompok saling serang, terpantau pula pengakuan dari beberapa kali ungkap kasus kepolisian, janji tawuran dilakukan via media sosial.
Josias menekankan peran semua pihak dibutuhkan dalam hal, tak terkecuali warganet untuk melaporkan apa yang disaksikan di media sosial. Laporan bisa diberikan langsung kepada pengelola platform media sosial dan pihak kepolisian.
Peran serta ini juga tidak terkecuali pada tokoh masyarakat di tiap wilayah.”Tokoh masyarakat setempat, atau tingkat kecamatan, kelurahan, desa, bisa menyampaikan itu. Karena dengan sekarang daring kan mereka nggak sekolah ya, jadi mainnya pasti sekitar rumah, nggak jauh-jauh,” tukasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu orang tua siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bekasi, Abdul Eksan Sumino. Disadari bahwa fenomena tawuran yang ia amati bergeser dari antar sekolah menjadi antar kelompok, dimana semua usia termasuk usia sekolah, serta berasal dari wilayah manapun bergabung menjadi satu kelompok.
Situasi pandemi membuat anak kebingungan menghabiskan waktu sehari-hari, berkumpul dengan rekan sebaya di luar rumah menjadi salah satu pilihannya. Untuk itu peran serta anggota keluarga di rumah termasuk orang tua penting.
Selain itu, peran serta masyarakat dimanapun berada juga penting dalam memberikan pengawasan dan edukasi bagi generasi penerus bangsa. Terutama bagi siswa di tingkat SMP dan SMA/K, menjelang dewasa adalah waktu mereka mencari jati diri, deteksi dini dibutuhkan untuk mencegah anak terjerumus pada kegiatan atau hal-hal yang menyimpang.
“Sehingga fenomena tawuran dan sebagainya itu dalam keadaan seperti ini memang secara global dibutuhkan peran semua pihak dalam memberikan wadah yang produktif,” katanya.
Sementara bagi orang tua, penting membangun komunikasi intens dengan anak. Melalui komunikasi, orang tua bisa mengetahui pola pikir anak, hal ini bisa menjadi alat deteksi dini orang tua.
Pola pikir oleh Eksan disebut akan membuatkan tindakan, jika dibiarkan secara berulang, maka akan menjadi kebiasaan, mengkristal jadi karakter. Kuncinya, mengawasi dan berkomunikasi dengan cara yang menyenangkan bagi anak.
Cara ini berhasil dipraktekkan di lingkungan keluarganya, anak pertamanya berhasil lulus dengan predikat cumlaude di Universitas Indonesia (UI), anak kedua mengikuti jejak yang sama dengan menempuh pendidikan tinggi di UI. Bahkan menginjak semester empat, anaknya sudah memberanikan diri untuk mendirikan perusahaan bergerak di bidang design dan cetak, belakangan diketahui tengah merancang batik patriot.
Diakui tidak mudah membentuk karakter anak sedemikian rupa. Namun, pintu masuknya adalah orang tua mampu berkomunikasi dengan hal-hal yang disenangi oleh anak serta membantu anak mengembangkan kegemarannya.
“Orang tua harus memahami putra-putrinya seperti apa, kalau keluar itu keluarnya kemana, dengan cara yang menyenangkan, dengan cara yang penuh kasih sayang. Itu kalau sudah menjadi karakter nggak akan sulit,” tandasnya.
Sebelumnya, upaya untuk memetakan wilayah rawan tawuran dan pencegahannya telah dilakukan oleh Polres Metro Bekasi Kota. Tim gabungan sudah dibentuk bersama, terdiri dari petugas kepolisian dari Polda Metro Jaya, Polres, dan seluruh Polsek Metro Bekasi Kota.
“Tim patroli presisi itu melakukan setiap malamnya. Untuk menghalau tawuran itu tidak mungkin, tapi kalau untuk menghambat itu mungkin,” ungkap Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, Kompol Ivan Adhitira.
Koordinasi tengah dibangun bersama dengan satuan pendidikan di Kota Bekasi. Petugas kepolisian akan memberikan edukasi kepada siswa di tiap sekolah untuk tidak tawuran, melakukan aksi premanisme, hingga masuk menjadi anggota gangster. (Sur)











