Berita Bekasi Nomor Satu

Ekraf jadi ‘Booster’ Pembangunan

Illuistrasi UMKM

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Hari ini, Kota Bekasi genap berumur 25 tahun. Usia yang terbilang muda untuk sebuah metropolis. Ya, Pandemi Covid-19 sepanjang dua tahun ini telah melambatkan laju roda pembangunan kota di saat segala lini usaha sedang ‘kencang-kencang’nya berlari. Sejumlah upaya tengah dicoba pemerintah kota. Salah satunya dengan menjadikan usaha berbasis ide dan kreatifitas sebagai ‘booster’ kebangkitan ekonomi di kota patriot ini.

Bukti perhatian lebih pemkot pada lini usaha ekraf salah satunya lewat peresmian gedung Creative Center yang berlangsung belum lama ini. Di tempat itulah pemerintah berniat memusatkan kegiatan pengembangan Ekraf. Total ada 17 subsektor Ekraf yang akan dikembangkan, Kota Bekasi didominasi oleh kuliner dan kriya atau kerajinan.

Sejatinya ekosistem lini Ekonomi Kreatif (Ekraf) di Kota Bekasi telah terbangun dengan baik. Betapa tidak. Saat ini terdapat 2.154 Pedagang Kaki Lima (PKL) dan 6.388 pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang terdaftar di Kota Bekasi. Mereka yang tercatat di basis data pemkot adalah mereka yang memenuhi ciri-ciri ekonomi berbasis kekayaan intelektual. Dan tentunya masih banyak lagi pelaku usaha yang hingga kini belum mendaftarkan diri.

Fakta bahwa ekosistem ekraf Kota Bekasi telah berdiri dan berlari adalah bermunculannya sejumlah pelaku usaha mampu menembus pasar luar negeri. Pada 2021, Sanggar Tari Maulina berhasil menyabet gelar juara I dan II di ajang International Online Festival Contest Future Star Italy.

Sanggar ini termasuk dalam subsektor seni pertunjukan dalam Ekraft. Gelar juara yang diperoleh berhasil memperkenalkan tarian yang mengusung konsep kebudayaan Indonesia.

Tak cuma itu, lakon ekraf yang berhasil go internasional adalah karya buah tangan Lilis Suryani (53) berupa tas, kursi rotan hingga tempat tisu berhasil yang mulai dicintai masyarakat Jepang dan Rusia. Sudah empat tahun ini Lilis yang merupakan warga Kelurahan Margahayu merajut rotan dan merajut kain perca, lantas menyulapnya menjadi banyak rupa karya. Lilis tak bekerja sendiri. Dia merekrut tetangga rumah dan warga sekitar lingkungannya untuk memproduksi banyak pesanan.

Lilis bahkan diminta mengajari perkumpulan ibu-ibu di negeri Sakura itu.

“Tasnya ini berbentuk kaki dan rok ya, unik-unik lah. Sisi Indonesianya ada di batik dan tenun,” kata Lilis, Rabu (9/3).

Pesanan yang diterima Lilis dalam setiap ekspornya ke Jepang minimal satu kontainer. Pun demikian ke Rusia. Meskipun belakangan pengiriman barang dihentikan lantaran terjadi krisis geopolitik di sana.

“Menurut saya peluangnya sangat besar di ekonomi kreatif ini. Semoga akan lebih banyak milenial-milenial yang menjadi pelaku ekonomi kreatif,” tambahnya.

Realitas yang ditoreh Lilis rupanya menarik perhatian Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Kota Bekasi. Baru-baru ini mereka mendata pelaku Ekraf. Diyakini 17 subsektor Ekraft sudah ada, hanya saat ini masih menunggunya data base yang sedang dibuat.

“Masih didominasi oleh kuliner dan kriya,” kata Ketua KEK Kota Bekasi, Deni Ardini.

Rata-rata pelaku Ekraf berusia muda, hal ini didukung oleh kemampuan pemuda melihat hal baru dan bergerak mengikuti perkembangan. Meski bisa dijumpai pelaku UMKM menjamur di Kota Bekasi, tidak semua bisa masuk dalam Ekraf, hanya yang berbasis ide dan kreatifitas, serta telah memiliki hak kekayaan intelektual.

“Misalnya kita bicara kuliner, bukan hanya sekedar kuliner, misalnya kuliner yang sudah dimodifikasi atau yang sudah dibuat kreatif. Ekonomi kreatif itu adalah dia yang membangun brand atau produknya di hak patenkan,” tambahnya.

Rangkaian upaya sudah disusun, mulai dari pendataan pelaku Ekraf, menyediakan tempat bagi pelaku Ekraf memamerkan produknya, mengembangkan SDM, hingga membuat pasar kreatif, semua dilakukan di area gedung Creative Center.

Kemasan produk menjadi perhatian untuk menggugah daya tarik pembeli, rencananya akan dibuat rumah kemasan lantaran banyak pelaku Ekraf belum mampu mengemas produknya dengan baik. Terkait dengan hak kekayaan intelektual, KEK berkomitmen untuk memberikan pendampingan.

“Dan nanti itu kita akan dorong untuk teman-teman melakukan pendampingan hak kekayaan intelektual nya,” tukasnya.

Sebagai catatan, ekraf baru bergabung dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) November 2021 lalu, fokus pada sektor ekonomi ini baru dimulai. Sektor ini dinilai sebagai peluang besar dalam perkembangan ekonomi masyarakat Kota Bekasi.

“Tentang ekrafnya itu sendiri tentu kita sedang berbenah, yang pertama kita memandang ada potensi disitu. Yang bisa bertahan adalah ekonomi kreatif di tengah krisis seperti ini,” ungkap Plt Kepada Disparbud Kota Bekasi, Deded Kusmayadi.

Fokus Disparbud disampaikan untuk pengembangan produk pelaku Ekraf. Upaya ini memungkinkan pelaku UMKM tergabung dalam Ekraf.

“Pelaku ekraf ini jangan ragu lagi sekarang untuk mengembangkan keberadaan dirinya, percaya diri,” tegasnya.

Pergerakan cepat ekraf mesti dilakukan lewat sejumlah akselerasi komunikasi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Pembinaan kepada pelaku industri kreatif di sisi pengemasan, pengiklanan, hingga pemasaran dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bekasi. Disamping memberi akses pameran di berbagai daerah untuk memperkenalkan produk.

“Untuk pemasaran kita lakukan pembinaan kepada pelaku usaha menggunakan teknologi seperti online shop. Kemudian memberikan informasi pameran di daerah lain untuk mereka ikut memperkenalkan produknya,” kata Kepada Disperindag Kota Bekasi, Tedi Hafni. (sur)