RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kondisi Pasar Kranji lama kini sudah rata dengan tanah sejak dilakukan pembongkaran bagian dari proses revitalisasi sejak 2021 lalu. Pedagang juga sudah direlokasi, ada yang ditempatkan di penampungan sementara Jalan Bintara Raya, namun ada pula yang menempati kios semi permanen di sekitar area pasar.
Lamanya proses pembangunan pasca pembongkaran sempat dikeluhkan pedagang. Pasalnya di tempat penampungan sementara (TPS) omset mereka menurun.
“Kalau dari segi fasilitas disini (TPS) lebih nyaman, tapi dari segi penjualan lebih enak pasar dulu, karena pasar sekarang sudah dibagi-bagi jadi gak enak lokasinya, akibatnya omset menurun sampai 70 persen,” ujar Etih Sari (46) seorang pedagang ketika ditemui Radar Bekasi.
Etih mengaku ketika berjualan di pasar lama p bisa meraup omset Rp 5 juta perhari. Saat ini paling besar Rp 2 juta yang ia dapat.
“Sekarang omset cuma Rp 2 juta setiap harinya, dibandingkan dengan pasar yang dulu omset bisa mencapai Rp5 juta, karena kurang strategis lokasinya makanya pembeli sepi,” lanjutnya.
Para pedagang pun mengeluh hampir setahun menepati TPS namun sampai saat ini pembangunan pasar belum terlihat.
Sementara Ketua Komisi II DPRD Kota Bekasi, Arif Rahmat Hakim menduga molornya pembangunan proyek karena perizinan yang belum selesai. “Diperkirakan molornya pembangunan akibat secara administrasi dan perizinan belum kelar,” ucapnya ketika dikonfirmasi Radar Bekasi.
Pihaknya juga mendesak Pemerintah Kota Bekasi melalui pihak ketiga mempercepat proses pembangunan. “Pihak Pemerintah Daerah juga seharusnya lebih memudahkan prosesnya, karena ini untuk kepentingan masyarakat banyak,” tuturnya.
Arif yang juga politisi PDIP ini berencana melakukan inspeksi mendadak (Sidak) guna mengetahui kondisi di lapangan.”Komisi II pun akan mengontrol dan berharap progres pembangunannya berjalan lebih cepat jangan lambat,” tutupnya. (cr1).











