RADARBEKASI.ID, BEKASI – Warga di Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi dan Kecamatan Pangkalan Karawang, seharusnya bergembira dengan telah dibangunnya jembatan untuk penghubung kedua daerah tersebut.
Hanya saja, kehadiran jembatan itu tidak sepenuhnya memudahkan warga sekitar. Sebab, warga tetap harus berjuang melintasi jembatan tersebut, karena akses jalannya tidak diperbaiki (rusak).
Pembangunan jembatan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) itu, nilainya mencapai Rp 30 miliar. Sedangkan pembebasan lahan, dilakukan oleh Pemkab Bekasi dan Karawang.
Tapi anehnya, pembangunan hanya sebatas jembatan saja, sedangkan jalan penghubungnya dibiarkan hancur.
“Saya juga gak ngerti, kenapa cuma jembatannya saja yang dibenahi, sementara akses jalan yang rusak, malah tidak dibenarin, kemudian kalau mobil melintas, jika kurang hati-hati bisa tergelincir atau patah as,” ujar warga sekitar, Sukirman (39)
Warga yang kesehariannya berdagang ini menilai, jembatan yang melintasi Sungai Cibeet ini, sebagai jembatan nanggung.
“Kan biayanya hingga miliaran, tapi jalannya kenapa tidak sekalian dibenerin?,” tanya dia.
Berdasarkan pantauan di lapangan, bangunan Jembatan Pangkalan-Bojongmangu ini, berdiri dengan kokoh. Apalagi dibangun dengan beton yang dikuatkan oleh besi baja, dan dirangkai membentuk lengkungan setengah lingkaran.
Jembatan ini memiliki panjang sekitar 100 meter dan lebar sekitar 10 meter, sehingga sangat luas, dan bisa dilewati dua mobil maupun sepeda motor. Apalagi, jembatan beton itu diperhalus dengan aspal, sehingga makin terasa nyaman saat dilintasi.
Namun, kenyamanan itu hanya sebatas di badan jembatan. Karena pada tanjakan menuju jembatan, justru berbanding terbalik. Pengendara, terutama sepeda motor, harus bersusah payah untuk naik maupun turun, sebab jalannya hancur penuh kerikil.
Tapi kalau dari arah Karawang, cenderung lebih baik, karena posisi jembatan dekat dengan Jalan Raya Pangkalan, yakni hanya sekitar 10-20 meter.
Sedangkan kalau dari Kabupaten Bekasi, jarak antara jembatan dengan Jalan Raya Bojongmangu, mencapai 1,1 kilometer. Dan, lebih dari setengah jalannya rusak parah.
Jika dari arah Kantor Camat Bojongmangu, pengendara dapat menuju arah selatan sampai pertigaan, kemudian belok ke kiri. Dari awal belokan ini, kondisi jalan sebenarnya luar biasa mulus, bahkan lebih bagus dari Jalan Raya Bojongmangu.
Jalan tersebut dibangun dengan beton dan lebarnya mencapai sekitar enam meter, sehingga jika terjadi papasan antara mobil, tidak ada masalah. Akan tetapi, kondisi jalan yang baik ini tidak bertahan lama. Soalnya, setelah sekitar 400 meter jalan beton, kondisi jalannya rusak parah, yakni lapisan tanah dan bebatuan.
Pada saat kemarau, jalan bebatuan ini menimbulkan debu cukup tebal. Sedangkan ketika hujan, jalan becek dan licin tidak bisa terhindarkan.
Kondisi memprihatinkan ini, terjadi hingga mencapai tanjakan menuju jembatan.
Timpangnya kondisi jalan, antara beton dan bebatuan, membuat tanjakan pada sisi Kabupaten Bekasi ini menjadi curam.
Beberapa kendaraan, baik mobil dan motor, tampak kesulitan menaklukan jembatan tersebut. Bahkan seorang pedagang bakso yang mengendarai sepeda motor, harus merelakan centong besarnya jatuh saat tanjakan. Beberapa kuah baksonya pun luber.
“Ya kalau hujan, bisa dilihat sendiri aja kayak gimana. Orang cerah aja begini,” ucap warga lainnya, Daryo (36).
Kepala Bidang Evaluasi dan Pengendalian Perencanaan Bappeda, Agus Budiono menuturkan, pembangunan infrastruktur jalan itu dilakukan secara bertahap.
Ia menjelaskan, adanya realisasi pembangunan jembatan, sebagai jalur penghubung bagi masyarakat. Maka dari itu, lanjut Agus, pihaknya mengajukan pembangunan jembatan sebagai akses untuk beraktivitas yang menghubungkan Kabupaten Bekasi dan Karawang.
“Awalnya, kami mengajukan kepada Pemprov Jabar, fokus pada akses penghubung antara daerah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi. Dan Alhamdulillah ada realisasi dan teranggarkan pada tahun lalu sebesar Rp 30 miliar untuk jembatan,” ucapnya.
Untuk di Kabupaten Bekasi, kata Agus, pada tahun 2022 telah dianggarkan untuk pengadaan lahan. Sebab, di depan jembatan masih ada lahan masyarakat yang harus dibebaskan. Dan untuk anggarannya itu, dirinya tidak mengetahui secara detail.
“Kami intervensi anggaran secara bertahap. Tahun ini, ada anggaran untuk pengadaan lahan, dan saya arus lihat data terlebih dahulu,” terangnya.
Kemudian, Agus juga mengakui, apabila infrastruktur di wilayah Bojongmangu itu masih beralaskan tanah dan bebatuan.
”Memang kondisi jalannya masih tanah dan bebatuan. Akan tetapi, ini akan menjadi perhatian pemerintah dengan mengalokasikan anggaran secara bertahap,” tandasnya. (and)











