RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sebagai lintasan jalur mudik, lalu lintas di Kota Bekasi bakal lebih padat selama dua hari kedepan. Kepolisian telah menyiapkan rekayasa Lalu Lintas (Lalin) di dalam kota untuk menghindari kemacetan. Sementara itu, pemudik agar mengantisipasi 49 titik kemacetan di Jawa Barat pada arus mudik Lebaran 2022.
Tahun ini, ada 22,9 juta pemudik akan bergerak menggunakan kendaraan pribadi roda empat, ditambah 16,9 juta pemudik menggunakan kendaraan roda dua. Tingginya arus pergerakan orang pada masa lebaran tahun ini, ditambah Kota Bekasi sebagai salah satu lintasan favorit masyarakat menuju berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur diprediksi beban Lalin akan melebihi kapasitas infrastruktur jalan di Kota Bekasi.
Salah satu rekayasa Lalin di dalam kota yang telah dipersiapkan pada puncak arus mudik adalah perubahan operasi Jalan M Hasibuan. Salah satu ruas jalan di pusat kota ini ditutup satu ruas setelah pembangunan Jalan Tol Layang Bekasi, Cawang, Kampung Melayu (Becakayu) sampai di wilayah Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
Selama ini Jalan M Hasibuan hanya dilintasi satu arah dari Bekasi Timur menuju Jakarta, pada puncak mudik nanti operasional jalan akan diubah, digunakan oleh pemudik dari arah Jakarta menuju Bekasi Timur jika beban Lalin terlampau tinggi.
“Makanya kita akan buat rekayasa lalu lintas, M Hasibuan akan kita luruskan kendaraan dari Kalimalang, jadi ketika mereka mau ke Tongyang (perbatasan Kota dan Kabupaten Bekasi) tinggal lurus,” ungkap Kasatlantas Polres Metro Bekasi Kota, AKBP Agung Pitoyo Putro, Selasa (26/4).
Pemudik diprediksi akan bertemu dalam jumlah besar di Perbatasan Kota dan Kabupaten Bekasi, baik di Jalan Juanda maupun Jalan Chairil Anwar Kalimalang. Pasalnya di lokasi ini terjadi pertemuan pemudik yang datang dari Jalan KH Noer Alie Kalimalang dan Jalan Jenderal Sudirman dari arah Cakung.
Selama ini, pengendara dari Jalan KH Noer Alie akan melintas di Jalan Ahmad Yani untuk menuju Bekasi Timur, tidak melintas di Jalan M Hasibuan. Rekayasa Lalin digunakan untuk memastikan arus Lalin tetap berjalan meski padat.”Kita melihat situasi arus mudik nanti, jadi rekayasa Lalin itu situasional, karena One Way itu situasional,” tambahnya.
Arus Lalin pemudik diprediksi akan mencapai puncaknya mulai tanggal 28 April besok. Sampai dengan kemarin, kepadatan kendaraan meningkat 15 persen dari situasi normal.
Rekayasa Lalin di dalam tol Japek disebut tidak banyak berpengaruh pada arus Lalin di dalam kota. Pasalnya, pemilahan kendaraan sesuai dengan plat nomor ganjil genap dilakukan sejak di ruas tol Cikunir, pengemudi yang tidak sesuai plat nomor kendaraannya tidak diperkenankan naik ke Jalan Tol Layang MBZ, mereka diarahkan melalui ruas jalan Japek bawah kemudian arahkan keluar di GT Karawang Timur.
Sistem One Way dan ganjil genap akan berdampak jika diterapkan pada arus balik, kepolisian mesti menutup dan memilah kendaraan menuju Cikampek yang masuk di GT Bekasi Timur dan Bekasi Barat.
Kepolisian terus memonitor kesiapan petugas di enam Pos Pengamanan (Pospam) dan dua Pos Pelayanan (Posyan) untuk melayani pemudik. Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombespol Hengki memastikan seluruh petugas telah siap menjalankan rekayasa Lalin di dalam kota jika beban Lalin sangat tinggi.”Kita sudah melaksanakan pelatihan taktikal Floor Game beberapa minggu yang lalu. Jika terjadi kepadatan kita sudah siapkan alternatif-alternatif,” ungkapnya.
Arus lalu lintas kata Hengki, masih didominasi pergerakan masyarakat Kota Bekasi menuju pasar tradisional dan modern untuk berbelanja kebutuhan lebaran. Meskipun, beberapa kali sudah terlihat pemudik yang melintas, namun masih dalam jumlah relatif kecil.
Hengki menghimbau kepada pemudik yang bergerak menggunakan kendaraan roda dua untuk tidak berboncengan lebih dari dua orang, serta tidak membawa barang berlebihan. Hal yang sama juga dihimbau kepada pemudik yang bergerak menggunakan kendaraan roda empat, khususnya untuk tidak membawa barang dengan cara diletakkan di bagian atap mobil meskipun diikat.
“Termasuk pengendara yang menggunakan kendaraan pribadi tidak membawa barang diatas yang diikat, sehingga (jika) jatuh dan mencelakakan pengendara lain,” tukasnya.
Disamping rekayasa Lalin, data yang dihimpun oleh Radar Bekasi, Pemkot Bekasi telah melakukan penanganan di 13 ruas jalan yang akan dilalui oleh para pemudik. Belasan ruas jalan tersebut sudah bisa dilintasi oleh para pemudik, mulai dari perbatasan Kota Bekasi dengan Jakarta hingga perbatasan dengan Kabupaten Bekasi.
Terpisah, Pengamat Transportasi, Harun Al Rasyid menyebut berbagai upaya termasuk sistem One Way dan ganjil genap tidak akan bisa membuat arus Lalin pada periode mudik nanti lancar seperti hari-hari biasa. Skenario yang telah disusun oleh petugas adalah upaya untuk memastikan arus Lalin tidak macet total, minimal tetap berjalan meski dalam keadaan padat.
Kelancaran arus Lalin kata Harun, sangat bergantung pada kapasitas infrastruktur jalan dan berapa banyak penggunanya. Maka kemacetan menjadi konsekuensi logis pada masa mudik tahun ini setelah dia tahun masyarakat tidak mudik.
“Nah diperkirakan tahun ini akan melebihi kapasitas infrastruktur jalan yang ada di Kota Bekasi. Sehingga diberlakukan One Way itu adalah salah satu upaya maksimal dari kepolisian dan Dishub untuk memberikan kelancaran,” paparnya.
Sistem One Way pada masa mudik tahun ini dinilai Harun sebagai alternatif terbaik untuk menjaga arus Lalin tidak macet total. Hal lain yang penting dilakukan adalah sosialisasi kepada para pemudik melalui berbagai media komunikasi terkait dengan rencana rekayasa Lalin yang akan diberlakukan.
“Itu akan menjadi salah satu yang membantu masyarakat yang akan mudik,” tambahnya.
Harun menghimbau kepada para pemudik terutama masyarakat yang tinggal Kota Bekasi untuk mempersiapkan kesehatan, lantaran mudik tahun ini kaya dia akan menjadi perjalanan yang melelahkan.
Selain kesehatan fisik, ia juga meminta masyarakat benar-benar memastikan kondisi kendaraan pemudik dalam keadaan baik dan laik jalan. Hal ini berguna untuk menghindari kecelakaan dan mogok sehingga akan menyulitkan petugas di lapangan.
Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Jabar A Koswara, menyebutkan berdasarkan pengalaman mudik sebelum pandemi, terdapat beberapa titik langganan macet di 12 daerah di Jawa Barat. Antara lain, Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Bogor, Cianjur, Bekasi, Sukabumi, Bandung Subang, Purwakarta, dan Karawang.
Disebutkan, mayoritas titik kemacetan itu disebabkan aktivitas pasar tradisional dan pasar tumpah, terminal resmi dan terminal bayangan, persimpangan jalan, tanjakan, jalan berkelok-kelok, tempat wisata, dan volume kendaraan yang meningkat.
Koswara mencontohkan kemacetan sudah hampir pasti akan terjadi di daerah Limbangan, Kabupaten Garut, namun hal itu sudah diantisipasi.”Di Limbangan, Kabupaten Garut ada tiga titik pasar. Kemacetan disebabkan banyak orang menyeberang. Nanti akan dibuat pembatas agar tidak menyeberang sembarangan,” kata Koswara dalam acara Jabar Punya Informasi di Gedung Sate Bandung, Selasa (26/4)
Kemudian di Cileunyi, kemacetan bisa saja terjadi akibat kebingungan pemudik membaca rambu lalu lintas karena jalan layang yang baru saja dibuat. Sehingga nantinya akan ditambah rambu-rambu lalu lintas di sekitar “exit” Tol Cileunyi.”Kami juga menyiapkan Cisumdawu sebagai alternatif menuju Sumedang dan Majalengka,” katanya.(Sur/net)











