Berita Bekasi Nomor Satu

Petugas TPA Burangkeng Minta Upah Lembur

Sampah
BENAHI SAMPAH: Sejumlah petugas TPA Burangkeng tengah membenahi sampah. Mereka menuntut upah lembur. CR49/RADAR BEKASI
Sampah
BENAHI SAMPAH: Sejumlah petugas TPA Burangkeng tengah membenahi sampah. Mereka menuntut upah lembur. CR49/RADAR BEKASI

Radarbekasi.id – Tiga hari pascabanjir melanda beberapa wilayah di Kabupaten Bekasi, sejumlah petugas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng bekerja melebihi dari waktu normal atau lembur sesuai perintah.

Ironisnya, dengan tambahan waktu kerja itu para pekerja mengaku tidak mendapatkan upah lebih dari jerih payahnya untuk mengurusi sampah-sampah tersebut. Dengan keadaan ini mereka pun meminta pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas LH agar lebih memperhatikannya.

Salah satu petugas operator di TPA Burangkeng, Winarto (54) mengungkapkan, dia dan sejumlah rekannya pascabanjir kemarin telah mendapat perintah dari Dinas LH, untuk bisa bekerja lembur mengurusi sampah-sampah yang masuk ke TPA dalam tiga hari terakhir ini.

Namun demikian, diakui Winarto, kerja lembur yang dilakukan oleh dia dan para pekerja tak diimbangi dengan tambahan upah.

”Kita cuma dapat perintah untuk lembur dari Dinas LH, dan karena itu perintah ya kita laksanakan dari sejak Senin hingga Rabu kemarin. Jadi, biasa kita kerja itu dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore, tapi sudah tiga hari kita lembur sampai jam 10 malam,” katanya saat ditemui Radar Bekasi di TPA Burangkeng, Kamis (9/1).
”Dan kerja lembur kami ini tuh tidak dapat tambah upah bang, tetap dihitung kerja dua shift yang memang setiap hari kita jalankan tiap harinya. Dimana, untuk tahun ini kita perhari katanya akan terima Rp150ribu, tapi itu juga belum diterima,” sambungnya.

Terlepas dari kondisi itu, Winarto yang merupakan pekerja senior sebagai operator alat berat di TPA Burangkeng menuturkan, kalau dia dan sejumlah pekerja di bidang alat berat maupun pekerja lain merasakan kurangnya perhatian dari pemerintah daerah, dalam hal kesejahteraan.

Padahal, diakuinya, tugas dan pekerjaannya ini merupakan tulang punggung dari pemerintah untuk persoalan sampah di wilayah Kabupaten Bekasi. Tapi ternyata perhatian yang sangat diharapkan itu sama sekali tidak ada sampai dengan saat ini.

”Yang jelas, sebagai tulang punggungnya sampah di Kabupaten Bekasi ini kita saat butuh perhatian, terutama soal kesejahteraan, seperti terkait penghasilan kami yang jelas tak sesuai dengan skill kita sebagai operator alat berat, tak menutup kemungkinan semua karyawan disini juga,” tuturnya.

”Intinya, saya mewakili sebanyak 19 operator alat berat di sini berharap pihak terkait, khususnya pemerintah daerah agar lebih memberikan perhatian kepada para pekerja di TPA ini, termasuk soal jaminan kesehatan yang selama ini tidak kami dapatkan,” pungkasnya.

Sementara itu, bapak empat anak ini mengakui, terkait kondisi sampah di TPA Burangkeng saat ini sehari masuk sekitar 180-200 truk yang rata-rata mengangkut sekitar 8 ton sampah. Sementara pascabanjir jumlahnya meningkat sekitar 40 persen. (cr49)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin