Berita Bekasi Nomor Satu

Hongbao

Nanti malam tahun baru Imlek datang lagi –tahun ini disertai was-was. Akibat berkembangnya wabah virus corona dari Kota Wuhan, Tiongkok.

Sampai-sampai bos besar Tencent membatalkan acara tahunan yang sangat dinanti seluruh karyawannya: bagi-bagi hongbao.

Bukan hongbaonya sendiri yang penting tapi isi amplop merah itu.

Ups… bukan juga hanya karena isinya. Tapi siapa yang menyerahkan hongbao itu: Pony Ma sendiri.

Ia adalah pendiri Tencent –orang terkaya di Tiongkok. Atau terkaya No. 10 dunia. Dalam sekejap kekayaan Ma mengalahkan Li Kashing dari Hongkong.

Nama lengkapnya: Ma Hua Teng (马化腾). Umur 48 tahun. Kelahiran Shantou, satu kabupaten di pojok timur laut Provinsi Guangdong.

Satu kampung dengan Li Kashing. Yang juga terkaya ke 28 dunia.

Tahun lalu –dan tahun-tahun sebelumnya– seluruh karyawan Tencent berebut antre paling depan. Hanya karyawan kantor pusat di Shenzhen. Bukan keseluruhan karyawan yang 50.000.

Ada karyawan yang sampai bermalam di kantor. Untuk antre sejak jam 8 malam. Agar keesokan harinya bisa di barisan paling depan.

Antrean itu mengular sampai halaman. Pony Ma sendiri berdiri di lantai 48. Didampingi para direktur Tencent. Masing-masing memegang hongbao. Untuk diberikan ke yang antre di situ.

Yang membuat antrian itu demam adalah rumor yang beredar di kalangan karyawan: isi hongbao itu tidak sama. Ada yang sampai puluhan juta rupiah. Tergantung tingkat keberuntungan masing-masing.

Padahal, dari semua yang mengaku, ternyata isinya sama: hongbao dari Pony Ma berisi 100 yuan. Hongbao empat direksi lainnya masing-masing berisi 50 yuan. Total 300 yuan –sekitar Rp 600.000.

Tapi bahwa hari itu bisa bertatap muka dengan bos besar mereka, itulah yang nilainya melebihi hongbao itu.

Tahun ini berbeda.

Tidak ada lagi yang seperti itu.

Waktu saya di Hongkong tiga hari lalu tersiarlah: Imlek tahun ini sang bos tidak lagi bagi-bagi hongbao.

Masing-masing karyawan sudah diberitahu. Disertai pesan khusus: bagi yang mudik harap menjaga kesehatan sebaik-baiknya.

Setiap Imlek arus mudik di Tiongkok memang luar biasa. Lebih 200 juta orang mudik. Kota-kota besar pun lengang. Tiongkok, sejak tiga hari lalu, libur satu minggu –yang dalam prakteknya menjadi dua minggu.

Tapi berkembangnya wabah virus corona membuat Tencent memberikan pesan tahun baru yang berbeda: hati-hati, jangan sampai terkena virus itu.

Itulah virus yang awalnya ditemukan di Kota Wuhan. Akhir Desember lalu.

Wuhan adalah kota terbesar di Tiongkok tengah. Penduduknya 11 juta jiwa. Sebesar Kota Jakarta. Dulu saya sering ke kota ini. Selalu tinggal di hotel di pinggir sungai Chang Jiang (Yangtze) –yang terpanjang di Tiongkok.

Kian hari kian banyak orang yang terkena virus ini. Yang menyerang sistem pernafasan. Mulailah pemerintah waspada. Kok gejalanya mirip wabah SARS. Yang melanda Tiongkok 18 tahun yang lalu. Yang membuat ekonomi seperti terhenti sama sekali.

Sampai kemarin tercatat sudah 17 orang meninggal dunia. Lebih 500 orang masih harus dirawat di rumah sakit.

Muncul juga penderita di Hongkong. Di Taiwan. Di Jepang. Di Thailand. Di Korsel. Di Amerika Serikat. Semua penderitanya adalah orang yang baru pulang dari kunjungan ke Wuhan.

Maka fokus menelitian diarahkan ke kota Wuhan. Ditemukanlah fakta: penderita terbanyak memang orang Wuhan.

Lalu diteliti lebih fokus lagi: penderita itu umumnya adalah orang yang pernah pergi ke salah satu pasar ikan di kota itu.

Pasar ikan itu pun ditutup. Dipasangi pita kuning polisi di sekelilingnya. Ditemukanlah: tidak hanya ikan yang dijual di situ. Juga berbagai macam binatang. Mulai kelelawar sampai ular. Termasuk cebong besar dan kampret dewasa.

Di Tiongkok memang terkenal istilah ini: semua yang berkaki dimakan –kecuali meja-kursi; semua yang melata dimakan kecuali kereta api; semua yang terbang dimakan kecuali pesawat.

Dari berbagai binatang itu dua yang dicurigai sebagai sumber virus: kelelawar dan ular.

Kelelawarnya jenis pemakan buah. Ularnya jenis kobra.

Ilmuwan dari berbagai negara sampai pada kesimpulan itu: kelelawar atau ular.

Pertanyaan berikutnya –dan ini yang mengkhawatirkan– mengapa tenaga-tenaga medis di rumah sakit Wuhan juga terkena sakit yang sama. Jumlah tenaga medis yang tertular sampai 15 orang.

Kesimpulannya: virus corona itu sudah bisa menjalar dari manusia ke manusia.

Itu yang membuat semua negara waspada. Di bandara Hongkong semua penumpang di ‘tembak’ laser di dahi mereka –untuk mengetahui suhu badan mereka.

Yang suhu badannya mencurigakan langsung dimasukkan karantina.

Demikian juga ketika dari Hongkong saya mampir di Ho Chi Minh City, Vietnam. Kewaspadaan serupa dilakukan.

Berita baiknya: virus Wuhan ini tidak seganas SARS dulu.

Mungkin berita baik itu yang membuat Imlek tahun ini tidak akan benar-benar sepi. Di kota Ho Chi Minh meriahnya melebihi di Singapura.

Hiasan lampu warna-warni praktis merata di seluruh kota. Dengan berbagai bentuk bunga, dekorasi dan kerlap-kerlipnya.

Bahwa virus Wuhan ini tidak seganas SARS sudah disimpulkan secara ilmiah. Gen kelelawar jenis pemakan buah itu memang ada kesamaannya dengan gen manusia. Tapi yang sama hanya 70 persen. Jauh lebih kecil dibanding prosentasi kesamaan antara gen manusia dengan babi.

Yang diserang virus Wuhan ini adalah protein ACT3 yang ada pada manusia. Sementara belum ditemukan obatnya, maka karantina adalah yang terbaik yang harus dilakukan.

Tapi bagaimana bisa mengarantina diri dalam suasana tahun baru Imlek? Yang semua jalan raya, stasiun, stanplat, bandara, mall, pasar dan restoran padat manusia?

Jumlah penderita pun ternyata terus berkembang. Optimisme ‘tidak separah SARS’ mulai goyah.

Tindakan drastis harus dilakukan. Sehari sebelum Imlek tiba Kota Wuhan ditutup total. Seluruh kota diisolasi.

Warga Wuhan tidak boleh pergi meninggalkan kota. Orang luar tidak boleh masuk. Penguasa Tiongkok benar-benar tegas: Wuhan sejak Kamis kemarin diblokade.

Memang terjadi kepanikan. Orang masih berusaha meninggalkan kota. Membanjir ke stasiun dan bandara. Tapi pemerintah tegas: tidak bisa. Apa pun alasannya –kecuali yang benar-benar harus pergi.

Di situlah pentingnya pesan dari bos Tencent ke karyawannya tadi. Tahun ini tidak perlu berdesakan untuk antre hongbao.

Apakah berarti tahun ini hongbaonya dikirim saja lewat WeChatpay atau Weixin –apps milik Tencent sendiri?

Bukankah memberi hongbao lewat Weixin belakangan kian populer? Yang tahun lalu saja sudah lebih 800 juta hongbao dikirim secara elektronik?

Apakah hongbao dari bos Pony Ma tahun ini dikirim via Weixin?

Tidak ada penjelasan soal itu dari Tencent. Tapi itulah harapan mereka.

Saya pun memutuskan untuk tahun ini ikut tidak membagi hongbao ke pembaca DI’s Way. Apalagi WeChat saya juga tidak dilengkapi fasilitas Weixin.

Gong Xi Fa Cai.

Xin Nian Kuai Le.

新年快乐. (Dahlan Iskan)