INI perkembangan terbaru tengah malam tadi. Keturunan proklamator Afghanistan modern, Mohammad Hassan Akhund, yang akhirnya ditunjuk menjadi perdana menteri baru negara Emirat Islam Afghanistan.
Itu diumumkan kemarin atau tadi tengah malam WIB.
Sedang Abdul Ghani Baradar ditunjuk sebagai wakil perdana menteri.
Susunan kabinet baru Afghanistan terdiri dari 33 menteri. Semuanya laki-laki. “Semua kelompok sudah terwakili,” ujar juru bicara Taliban yang mengumumkannya Zabihullah Mujahid.
Kita tidak bisa membedakan mana Taliban dan mana pemerintah Afghanistan. Ini sangat mirip dengan di Tiongkok: tidak bisa dibedakan mana Partai Komunis dan mana pemerintah Tiongkok.
Mengapa pengumuman kabinet baru itu mundur sampai 3 minggu? Rupanya menunggu dibebaskannya provinsi Panjshir dari kelompok anti-Taliban.
“Kini Afghanistan benar-benar bebas dari kekuatan asing mana pun,” ujar sang juru bicara.
Tidak ada penjelasan mengapa pemerintahan ini masih disebut ”pemerintahan sementara”. Salah satu kemungkinannya adalah: belum semua jabatan terisi. Yang sudah diumumkan itu barulah posisi-posisi terpenting.
Ada 9 nama di posisi terpenting itu (Lihat daftar). Anda sudah kenal semua nama itu. Setidaknya dari media. Beberapa di antaranya adalah tokoh yang sangat dikenal Amerika. Selama ini mereka sudah terlibat langsung dalam pembicaraan perdamaian dengan Amerika. Yang di Qatar itu.
Berarti Amerika tahu benar siapa mereka. Termasuk nama-nama yang, AWAS!, status mereka masuk dalam daftar teroris internasional.
Tentu status teroris itu unik. Di satu pihak status tersebut belum dicabut. Di lain pihak kok mereka sudah bisa bertemu dengan para pejabat Amerika. Berkali-kali.
Pun lokasi pembicaraan itu: di negara yang menjadi pangkalan militer Amerika: Qatar.
Akhund sendiri, perdana menteri baru Afghanistan itu, adalah wakil perdana menteri di era Taliban 1.0. Yang digulingkan Amerika.
Ia orang Pastun. Ia orang dekat pendiri Taliban, almarhum Mohamad Omar. Ia orang dari Kandahar, ”ibu kota” Taliban. Ia lebih berwajah politik daripada wajah ulama – meski juga bergelar keagamaan: mullah. Usianya sekitar 65 tahun.
Usia Akhund sedikit lebih tua dari wakilnya: Abdul Ghani Baradar, Sang pimpinan juru runding dengan Amerika.
Sebenarnya Baradar sudah 20 tahun tidak pernah pulang. Begitu digulingkan Amerika, Baradar lari ke Pakistan. Ia bersembunyi di sekitar Quetta. Di persembunyiannya itu, Baradar dinobatkan sebagai pemimpin Taliban. Ia pun ditangkap oleh intelijen Pakistan. Dimasukkan penjara.
Setelah 8 tahun di penjara, Pakistan membebaskannya -atas permintaan Amerika. “Ia ditangkap atas order Presiden Afghanistan saat itu, Hamid Karzai,” tulis media di Pakistan.
Setelah bebas, Baradar terus berada di wilayah Pastun di Pakistan. Bertahun-tahun. Sampai akhirnya diminta untuk bertemu Amerika di Qatar. Tahun lalu.
Setahun kemudian, 16 Agustus lalu, dari Qatar ia terbang ke Kabul. Itulah untuk kali pertama Baradar pulang kampung setelah 20 tahun. Langsung memimpin negara.
Pers Pakistan menilai susunan kabinet baru Afghanistan ini beraliran moderat -moderatnya Taliban.
Itu juga bisa dilihat dari pernyataan tertulis Hassan Akhund. Yakni pernyataan yang diedarkan setelah namanya diumumkan sebagai perdana menteri.
Apakah kata-kata di pernyataan itu dari hati atau hanya dari otaknya, baiknya kita lihat perkembangannya di lapangan nanti.
Akhund menyatakan Afghanistan ingin aman, damai, makmur, dan memenuhi hak-hak warga negara. Termasuk hak minoritas. Semua itu sesuai dengan ajaran Islam.
Tidak akan ada lagi perang. Afghanistan sudah 40 tahun dalam keadaan menderita akibat perang. Tidak mau lagi perang, benih-benih perang akan dihilangkan. Agar terjadi suasana damai seterusnya.
Ia juga ingin pengusaha, investor, dan investor asing segera datang. Segera bekerja. Agar kemakmuran segera terwujud. Ekonomi akan diutamakan di atas keamanan. Mereka akan dilindungi dan dijamin keamanannya. Afghanistan ingin membangun kemakmuran rakyat.
Akademisi, doktor, profesor akan dijamin untuk mengembangkan ilmu agama dan ilmu modern.
Selebihnya: ”Purwodadi kuthane, sing dadi nyatane” -yang penting kenyataannya nanti. (*)