RADARBEKASI.ID, BEKASI – Menjadi seorang penghafal Alquran merupakan impian bagi sebagian umat muslim. Rumah Tahfidz Cahaya Quran (RTCQ) memasilitasi bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang hafiz dan hafizah. Seperti apa?
Lantunan ayat suci Alquran sayup-sayup terdengar dari sebuah rumah yang berada di Jalan Kusuma Timur Raya, Blok A1-122 Wisma Jaya, Aren Jaya, Bekasi Timur, Selasa (6/10) pagi. Seorang memandu membacakan ayat Alquran dan yang lainnya mengikuti. Pagi itu merupakan kelas tahfiz untuk anak usia di bawah lima tahun.
Lembaga pendidikan Alquran yang didirikan sejak 2016 lalu itu menjadi tempat bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang penghafal Alquran, mulai dari balita, anak-anak, remaja hingga lansia. ”Siapapun boleh belajar di sini,” kata Pendiri RTCQ, Ustadz Jamhur kepada Radar Bekasi, kemarin.
RTCQ memiliki beberapa tingkatan. Tingkat pra Tahsin diperuntukan bagi santri yang belum mengenal huruf Alquran, sistem belajarnya dari mulai membaca huruf iqro, menulis dan mengenali huruf. Di kelas ini tidak hanya anak-anak, namun ada juga yang sudah lanjut usia.
Untuk program Tahlila yaitu tahfidz lil aula, diperuntukan siswa usia di bawah lima tahun, diajarkan dengan metode talaqi yaitu ketika guru membacakan dan murid mengikuti. Lalui murid maju satu persatu dan membacakan di depan guru dan teman. Program menghafal untuk anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis, dibacakan dengan gerakan tangan untuk merangsang kemampuan mengingat.
Untuk anak usia 6 tahun, diarahkan ke kelas Tahsin. Kelas ini diperuntukan bagi murid yang sudah bisa membaca, menulis huruf Alquran, dan diajarkan belajar tajwid dalam membaca iqro. Jika murid sudah memiliki bacaan yang tartil, kemudian diarahkan pada program menghafal yaitu tahfidz.
Sistem ujian yang ada dirumah tahfidz ini dengan tes hafalan, evaluasi yang diajarkan dalam rumah tahfidz ini di akhir semester. Walaupun setiap jenjang sudah ada target kurikulum yang dibuat, namun untuk kelas Tahlila ditargetkan hafal setengah juz.
Sementara ujian di kelas Tahsin ditargetkan satu semester mampu menghafal mencapai dua iqro. Namun hal ini dapat menyesuaikan kondisi daya tangkap anak. ”Ada yang daya tangkapnya cepat, ada juga yang lambat,” imbuhnya.
Jamhur mengaku, dibutuhkan kesabaran ekstra untuk menghadapi anak yang sulit menghafal. Menurutnya, menghafal Alquran tergantung dari komitmen murid dan orangtua. ”Jika anak merasa terbebani dengan program hafalan biasanya diarahkan kepada kelas Tahsin untuk terus digali potensinya agar bisa membaca Alquran dengan tartil, karena biasanya kendala karena memang masih sebagian masyarakat menilai bahwa ngaji itu hanya prioritas kesekian dibandingkan dengan les program formal,” terangnya.
RCTQ juga memiliki asrama bagi program beasiswa tahfidz penghafal Alquran 30 juz untuk program non-formal. Pendidikan formal didapat dengan mengikuti sekolah melalui ujian paket, karena progam ini hanya fokus pada program tahfidz. Setelah lulus SMA, hafidz ini langsung diarahkan untuk lanjut pendidikan kuliah.
“Semua kalangan yang belajar dalam rumah tahfidz ini kita rangkul dari mulai yang kecil hingga yang besar sampai yang lansia sekalipun, ketika keinginan mereka masih tegerak untuk berkeinginan untuk belajar tanpa ada rasa malu tanpa alasan yang lain-lain, dengan adanya rumah tahfidz ini masyarakat mempunyai sarana untuk bisa belajar Alquran,” tegasnya.
RCTQ membuka program untuk kelas remaja untuk anak SMP dan SMA pada Sabtu dan Minggu. Sedangkan, untuk Tahlila yang mulanya sepekan 5 kali pertemuan, menjadi 2 kali dengan jumlah santri maksimal 10 orang. (mg2)
