Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Duhh..Ibu Hamil Positif HIV/AIDS

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejumlah ibu hamil di Kabupaten Bekasi diketahui positif HIV/AIDS. Dari 4.000 sampel yang diperiksa, sekitar 0,05 persen diantaranya dinyatakan positif. Kendati demikian, jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2019 lalu yakni sebanyak 0,15 persen dari jumlah yang sama.

“Pada tahun ini, sasaran kita kepada ibu hamil. Kurang lebih ada 4 ribu yang sudah diperiksa, dan persentase yang terdeteksi AIDS 0,05 persen,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Masrikoh kepada Radar Bekasi, Selasa (1/12).

Dia mengaku, enggan menyebutkan jumlah pasti wanita hamil yang positif HIV/AIDS tersebut, dengan alasan privasi. Namun, saat ini mereka sedang menjalani perawatan. ”RS Senta Medika dan RSUD Cibitung yang kami siapkan untuk pasien dengan HIV/AIDS,” katanya.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil terinfeksi HIV/AIDS. Diantaranya gonta ganti pasangan, jarum suntik yang tidak bersih dan penyebab lainnya. ”Faktornya banyak yang menyebabkan ibu hamil ini terinfeksi AIDS. Setelah terdeteksi AIDS, akan dilakukan tatalaksana secara rutin. Kemudian akan di isolasi,” ucapnya.

Pada saat proses melahirkan, petugas kesehatan yang menangani harus memakai Alat Pelindung Diri (APD) khusus. Karena petugas kesehatan tidak terkena darah dan lainnya. “Petugas kesehatan yang menangani harus safety, ada APD khusus untuk menangani proses melahirkan orang yang terkena aids,” bebernya.

Kata dia, bayi yang sudah dilahirkan akan dilakukan pemeriksaan untuk memastikan terdeteksi AIDS atau tidak. Pasalnya, bayi tersebut bisa saja tidak terdeteksi AIDS walaupun ibunya positif. Namun kebanyakan terdeteksi AIDS.

“Tidak semua bayi yang dilahirkan terkena AIDS, tapi memang kebanyakan terinfeksi AIDS. Nanti penangananya sama dengan ibunya. Artinya, pengobatannya bersama dengan ibunya, karena sama-sama positif,” jelasnya.

Sementara itu, kemarin, komunitas yang tergabung dari berbagai komunitas penggiat HIV/AIDS bergabung dan mendeklarasikan forum penggiat kesehatan Kota Bekasi. Mereka turun untuk mengedukasi masyarakat dengan membagika lembaran berisi literasi HIV/AIDS, pita, serta masker di simpang Jalan Ahmad Yani, Kota Bekasi.

Presidium forum penggiat kesehatan Kota Bekasi, Evan Sopian Nugraha mengakui banyak keterbatasan untuk melakukan sosialisasi maupun penjaringan terhadap potensi kasus baru di wilayah Kota Bekasi. Pasalnya, banyak batasan kegiatan pada masa pandemi, termasuk untuk bertatap muka dan berkumpul.

Menurutnya, stigma masyarakat terhadap ODHIV diakui masih besar di Bekasi. “Kalau perubahannya (stigma masyarakat terhadap ODHIV) dari angka 1 sampai 10, baru sampai 3,” katanya saat dijumpai, Selasa (1/12).

Stigma semakin kental saat angka kasus didominasi oleh kelompok penyuka sesama jenis. Akhirnya, stigma bertambah selain ODHIV, menyusul stigma yang timbul akibat penyuka sesama jenis.

Saat ini, disayangkan kepada kelompok ibu rumah tangga yang tertular dari suami lantaran melakukan aktivitas seks dengan lebih dari satu orang selain istrinya. Stigma masyarakat terhadap status tersebut tak jarang membuat jatuh mental ODHIV dari kelompok ibu tumah tangga.”Kita bukan ingin diistimewakan, samakan saja dengan yang lain. Jangan halangi kita dengan status kita,” ungkapnya.

Untuk memastikan obat Antiretroviral Therapy (ART) tetap tersedia bagi ODHIV yang tidak boleh berhenti mengkonsumsi obat selama sisa hidup. Selama ini ODHIV mengakses obat di tiga rumah sakit yang terverifikasi dan memenuhi syarat oleh Kemenkes, yakni RSUD Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi, RS Elisabeth, dan RS Ananda. Total kumulatif data ODHIV yang dikumpulkan oleh aktivis HIV/AID sebanyak 5.000 kasus sejak 2004 hingga 2020, termasuk kasus yang telah meninggal dunia.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi mengakui bahwa rendahnya angka kasus HIV/AIDS ini lantaran keterbatasan kegiatan yang dapat dilakukan selama masa pandemi. Dikhawatirkan kasus penyakit yang menyerupai gunung es ini semakin membesar pada bagian yang tak terlihat.

“Kemarin untuk HIV/AIDS itu menjadi sangat rendah di 2020 karena mungkin satu, kita tidak banyak kegiatan pemeriksaan,” terang Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bekasi, Dezy Syukrawati saat dijumpai beberapa waktu lalu.

Tahun lalu, temuan kasus mencapai 300 kasus, hingga pertengahan tahun ini baru 126 kasus yang ditemukan. Sebagian besar didapati saat yang bersangkutan mengakses layanan kesehatan.

Terutama pada kurun Maret hingga Juni semua aktivitas kegiatan, termasuk penjaringan dan kunjungan ke lingkungan beresik dibatasi ketat lantaran pandemi Covid-19. Namun, dewasa ini, kegiatan mulai kembali dilakukan, termasuk oleh kelompok penggiat sudah mulai melaporkan rencana kegiatan kunjungan ke beberapa wilayah.

“Pekerja seksual dan pekerja hiburan malam (paling berisiko), risiko tingginya ibu hamil sudah pasti, kota hanya menghimbau (untuk tidak atau melakukan aktivitas seksual dengan aman), keputusan itu ada pada yang bersangkutan,” tukasnya. (pra/sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin