Berita Bekasi Nomor Satu

Berprestasi lewat Menari

Aurel Nathania Rustandi
Aurel Nathania Rustandi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Tari tradisional begitu dengan Aurel Nathania Rustandi, siswa SMAN 11 Kota Bekasi. Betapa tidak, perempuan berusia 17 tahun ini sudah mengenalnya sejak masih duduk di bangku SD.

Orel- begitu sapaan akrabnya- sejak kelas 4 SD tepat saat usianya 9 tahun sudah mulai berlatih menari tradisional. Tarian itu dikenalnya dari orang tuanya meskipun awalnya ia tak tertarik.

“Beliau yang mengenalkan saya tarian-tarian daerah di Indonesia. Waktu itu beliau mengajak saya keliling Taman Mini Indonesia Indah, yang di mana di sana banyak anjungan dari semua provinsi di Indonesia,” ungkapnya.

Tarian jaipong menjadi yang pertama dipelajarinya ketika pertama kali bergabung pada Sanggar Jawa Barat. Butuh waktu selama satu tahun latihan bagi Orel untuk mempelajari tari.

Ia sempat tak menjalani latihan selama satu tahun akibat penyakit usus buntu yang dideritanya. “Saya kembali berlatih sebenarnya itu keinginan ibu. Karena beliau ingin anak perempuan satu-satunya bisa mengikuti jejak nya sebagai seorang penari,” ungkapnya.

Orel begitu sangat menyukai tari setelah bertemu dengan pelatih yang banyak mengajarkannya untuk menjadi penari lebih baik dan professional. Saat ini, dirinya tergabung dalam dua sanggar tari di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan satu sanggar tari di Depok. Baginya, menari tak sekedar olah tubuh.

“Menari itu banyak merubah aku, seperti tubuh ku lebih sehat karena dituntut untuk terus aktif. Cara berfikir aku juga lebih tertata, seperti untuk mempelajari materi tarian aku lebih mudah untuk mencernanya,” katanya.

Selama aktif menari, banyak penghargaan yang telah diraihnya. Antara lain, juara 1 Tunggal Tari Pasanggiri Jaipongan tingkat Provinsi Jawa Barat 2017, Juara 13 (rampak/grup) Tari Ksatria tingkat Internasional 2021 dan juara 1 (rampak /grup) Tari Tradisional tingkat Nasional 2020.

“Aku bersyukur sih ibu selalu support dan meyakinkan bahwa menari bisa menghasilkan sebuah prestasi yang membanggakan,” ujarnya.

Keaktifannya dalam dunia tari yang menghasilan prestasi di bidang non akademik tak lantas membuatnya mengabaikan pendidikan formal. Ia tetap menjadi pelajar yang berprestasi dalam bidang akademik.

“Keaktifan aku dalam dunia tari tidak membuat aku melupakan pendidikan sekarang. Aku masih bisa mempertahankan prestasi di sekolah, karena menurut aku keduanya sangat penting untuk bisa tetap dipertahankan,” tukasnya. (dew)