Berita Bekasi Nomor Satu

Ubah Minyak Jelantah jadi Biodiesel

ILUSTRASI: Pedagang mengisi jerigen minyak curah saat melayani pembeli di Kawasan Pasar Baru, Kota Bekasi, belum lama ini. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejak dimulai bulan Februari 2021, total 9,9 ton minyak goreng bekas atau minyak jelantah dikumpulkan di Kota Bekasi.

Pemerintah Kota Bekasi belakangan mendukung pengumpulan limbah rumah tangga yang dapat mencemari lingkungan hingga memicu penyakit kanker oleh masyarakat bekerjasama dengan waste4change.

Managing Director Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano mengatakan bahwa kegiatan yang telah dilakukan selama lima bulan terakhir ini melibatkan seluruh masyarakat Kota Bekasi. Pengumpulan minyak jelantah ini dilakukan di tiap kantor RW untuk diolah kembali menjadi berbagai produk, salah satunya biodiesel.

“Sejak Februari hingga Juni 2021, minyak jelantah yang terkumpul dari masyarakat Kota Bekasi mencapai 9,9 ton,” ungkapnya, Selasa (29/6).

Minyak jelantah yang dibuang sembarangan berpotensi mengganggu kesehatan dan lingkungan. Minyak jelantah yang dibuang sembarangan dapat mencemari tanah dan sumber air yang selama ini digunakan oleh masyarakat.

Sementara bagi kesehatan, minyak jelantah yang telah digunakan berkali-kali dapat mengubah komposisi dan mengeluarkan akrolein. Senyawa yang dikeluarkan oleh minyak jelantah ini berpotensi membawa sifat karsinogenik, menyebabkan kanker.

“Minyak jelantah yang paling banyak terkumpul dari sektor rumah tangga, karena program kerjasama dengan pemerintah Kota Bekasi ini melibatkan kantor RW terdekat,” tambahnya.

Imbalan yang diberikan kepada warga di tiap lingkungan RW beragam, bergantung pada kebijakan pengurus RW masing-masing. Salah satunya di RW 11, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, mereka menggunakan imbalan yang didapat dari hasil mengumpulkan minyak jelantah untuk kegiatan di wilayah.

“Imbalannya sepakat kalau saya untuk kegiatan K3, bisa buat beli cangkul dan kegiatan K3 lainnya. Ini perlu apalagi penanganan sampah-sampah liar,” terang ketua RW, Samsudin Panji.

Selama satu bulan mengumpulkan minyak jelantah kurun waktu bulan Maret lalu, menghasilkan 25 kg minyak jelantah. Didapatkan dari pengrajin bawang goreng di wilayah setempat.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto menyampaikan bahwa pihaknya mendukung pengumpulan minyak jelantah ini. Menurutnya, pengolahan minyak jelantah selama ini belum maksimal, sehingga minyak yang dibuang sembarangan dapat berkontribusi mencemari lingkungan.

“Banyak yang masih belum teredukasi, tapi dibalik itu ada potensi yang bisa dihasilkan, karena minyak ini bisa diolah jadi biodiesel, kalau sudah paham caranya,” ungkapnya.

Himbauan telah diberikan kepada camat, lurah, masyarakat, hingga pengurus bank sampah untuk mendukung program pengumpulan minyak jelantah ini. (sur)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin