Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Ratusan Ton Sampah Bekasi Menuju Laut

BERSIHKAN SAMPAH : Petugas membersihkan sampah di perahu Seehamster di Aliran Kali Bekasi, Jalan Delta Raya Kelurahan Pekayon Bekasi Selatan, Selasa (16/11). Keberadaan sampah di aliran Kali Bekasi menjadi ancaman di musim penghujan. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI SELATAN – Ratusan ton sampah asal warga Kota dan Kabupaten Bekasi, mengalir menuju laut melalui aliran sungai dan kali. Di Kota Bekasi saja, ada 800 ton sampah yang dihasilkan dalam sehari tidak bisa terangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu, sampah-sampah tersebut tersebar di tempat pembuangan sampah sementara (TPSS), tempat sampah liar, dan sungai.

 

Beberapa waktu lalu, sampah di sejumlah kali menjadi perhatian publik. Di Kota Bekasi tumpukan sampah yang didominasi oleh kayu dan bambu beberapa kali menumpuk di Bendung Koja, hulu Kali Bekasi yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor.

 

Petugas dari pasukan Katak, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi membenarkan beragam jenis sampah mulai dari sampah domestik hingga sampah berasal dari pepohonan menghiasi aliran Kali Bekasi, sampah hanyut terbawa air dari hulu. Sampah dalam jumlah besar datang saat debut air dari hulu Kali Bekasi meningkat.

 

“Kalau air begini (normal) nggak ada, itu (sampah) adanya kalau ada air kiriman dari atas, baru disini numpuk,” terang salah satu petugas yang ditemui di bantaran Kali Bekasi, Astari (48), Selasa (16/11).

 

Wakil walikota Bekasi, Tri Adhianto mengaku ada sejumlah permasalahan menghantui Kota Bekasi pada persoalan sampah. Pertama, dari 1.800 ton sampah yang dihasilkan per hari di Kota Bekasi, tidak semua bisa terangkut ke TPA Sumurbatu, 800 ton sampah yang tidak terangkut tersebut berada di TPSS, tempat pembuangan sampah liar, hingga di aliran kali.

 

Ada sejumlah titik pembuangan sampah liar di bantaran kali, mulai dari perbatasan sungai Cikeas, Bantargebang, hingga Bekasi Timur.”Memang tidak terlalu besar karena naronya di bibir-bibir sungai, pada saat hujan ini lah biasanya dibuang berbarengan pada saat hujan turun,” ungkapnya.

 

Persoalan berikutnya, sampah di sepanjang Kali Bekasi tidak berasal dari Kota Bekasi, melainkan ditambah dengan sampah yang mengalir dari hulu Kali Bekasi. Terakhir, kerusakan dinding kali dan sedimentasi, hal ini memperbesar potensi jebolnya dinding sungai.

 

Keberadaan sampah di badan kali ini meningkat pada musim penghujan, pada saat debit air meningkat, jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan ton. Jika tidak ditangani maka sampah tersebut berpotensi terbawa air sampai ke laut. “Pasti ke laut, karena itu kan nanti buangnya ke laut,” tambahnya.

 

Tri menambahkan, solusi jitu dibutuhkan untuk menangani permasalahan sampah di Kali Bekasi, salah satunya untuk mencegah sampah hanyut sampai ke laut. Awal kemarin pihaknya bersama dengan Waste4change meluncurkan fasilitas pemilahan sampah dan perahu pembersih sungai See Hamster.

 

Total Kota Bekasi mendapat tiga unit kapal dengan fungsi yang berbeda antara satu dengan yang lain, kapal digunakan untuk mengangkut sampah di badan kali. Menurutnya, satu kapal dengan kapasitas 300 kg setiap beroperasi, meskipun demikian Tri berharap kapal bisa membantu.

 

“Inginnya segera (beroperasi), sekarang sudah bisa hanya sekarang kita masih minta kepada BBWSCC untuk disiapkan dermaganya,” tukasnya.

 

Sementara itu, Project Manager Waste4change, Kita Pritasari menjelaskan bahwa timbulan sampah Kota Bekasi sekitar 2.011,5 ton sampah per hari, terdapat selisih 1.257,85 ton sampah tidak terangkut ke TPA Sumurbatu yang tidak diketahui pengelolaannya. Ia menyebut kemungkinan besar selisih sampah tersebut mencemari lingkungan, dibakar, ditimbun, atau dibuang ke sungai.

 

“Pada analisis awal oleh Waste4Change, ditemukan rata-rata sampah yang mengalir di Kali Bekasi sebanyak 2583,02 kg atau 2,5 ton per hari. Sehingga proyeksi sampah per tahun yang terbawa di Kali Bekasi adalah 929 ton. Tentu saja hasil proyeksi tahunan dapat berubah karena faktor iklim dan musim,” terangnya.

 

Penumpukan sampah pada musim penghujan lebih banyak dibandingkan kemarau, salah satunya dikarenakan oleh kiriman air dari hulu lebih sering terjadi.

 

Tumpukan sampah tidak hanya menjadi ancaman, di sisi lain hal ini juga menjadi kesempatan bagi masyarakat, pemerintah, dan swasta untuk bergerak menuju ekonomi sirkular berkelanjutan.

 

“Titik sampah yang menjadi perhatian saat ini adalah aliran Kali Bekasi sebelum jembatan Rawa Panjang dikarenakan banyak sampah yang seringkali tersangkut di jembatan tersebut,” tukasnya. (Sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin