Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Mitra Industri Tak Mitra Warga

DISOAL WARGA : SMK Mitra Industri MM2100 yang berada di kawasan industri MM2100 Desa Danau Indah Cikarang Barat, kemarin.ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sopian Hadi, warga kampung Mariuk, Desa Gandasari, Kecamatan Cikarang Barat harus menguburkan impiannya menyekolahkan anak sulungnya di SMK Mitra Industri. Padahal, pria berusia 40 tahun ini sangat berharap anaknya bisa mengenyam Pendidikan di sekolah yang dibuka tahun 2012 lalu. Mahalnya biaya Pendidikan jadi penyebab dia mengurungkan niatnya.

Pria yang berprofesi sebagai buruh ini mengaku, akhirnya menyekolahkan anaknya di SMK 3 Cikarang Barat, meskipun harus menempuh perjalanan satu jam dari rumahnya,”Pengen masuk situ (SMK Mitra Industri) tapi biayanya mahal. Makanya saya sekolahkan di SMK 3 Cikarang Barat,” ujar pria yang akrab disapa Bogel ini.

Dia tidak sendiri, banyak warga Desa Ganda Mekar terpaksa harus memendam keinginannya untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang berada di Kawasan Industri MM2011 ini. Padahal, salah satu tujuan pendirian SMK Mitra Industri itu untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) warga sekitar.

Masyarakat yang tergabung ke dalam masyarakat peduli investor menyayangkan kondisi tersebut.

Pasalnya, sekolah yang awalnya ditujukan untuk kepentingan masyarakat sekitar, nyatanya tidak sesuai.

“Persoalan ini hanya sebagian kecil, ada ketimpangan antara industri dan masyarakat sekitar. Kita sama-sama paham banyak CSR perusahaan yang tumpah kesitu (SMK Mitra Industri),” ungkapnya anggota Masyarakat Peduli Investor, Morio Nuryadi.

Warga Desa Telaga Murni, Cikarang Barat ini mengungkapkan, warga sekitar sangat kesulitan untuk masuk ke SMK Mitra Industri. Faktornya, persyaratan sulit dan biaya yang mahal. Harusnya, bisa membuka kuota minimal 20 persen untuk warga sekitar. Kemudian Diberikan kemudahan untuk warga sekitar.

“Setiap ajaran baru anak-anak sekitar yang diterima jumlahnya sangat minim. Selama berdirinya SMK Industri baru 103 anak yang diterima. Kalau persoalan ini masih berlaku seperti itu, berarti ketimpangan semakin jelas terlihat,” jelasnya.

Kata dia, anak-anak di lingkungan SMK Mitra Industri yang tidak mampu atau tidak diterima memilih sekolah di wilayah sekitar Cikarang Barat maupun Setu. Namun paling tidak ada discah, mengundang tokoh-tokoh pemuda, kedepannya seperti apa.

Kepala Desa Cibuntu, Abdul Rohim mengaku tidak pernah tahu kapan pendaftaran SMK Mitra Industri MM 2100 dibuka. Seharusnya, pihak sekolah mensosialisasikan hal itu agar masyarakat sekitar bisa segera mendaftar.

“Kita tidak tahu ada pendaftaran dibuka, pihak Mitra Industri harus ada tembusan, kasih tahu ke masyarakat desa (sekitar). Seringkali Pak, pendaftaran sudah tutup, warga tidak tahu,” katanya.

Menyikapi itu, Ketua Yayasan Mitra Industri Mandiri, Darwoto menuturkan, sebenarnya masuk ke SMK Industri ini sangat mudah, asalkan bisa memenuhi kriteria, yang memang hampir sama dengan masuk industri. Pertama, lulus ujian tertulis, kedua tes fisik, dan ketiga tes kesehatan.

“Memang masuk disini sudah kaya masuk di industri. Kita rangking, kita lihat berapa anak-anak mendaftar, dan berapa anak-anak yang dari sekitar sekolahan. Jadi intinya masuk kesini hal yang gampang,” ucapnya saat ditemui di SMK Industri.

Dirinya mengaku, sangat memperhatikan anak-anak sekitar ketika ada yang mendaftar. Namun memang tidak semua diterima. “Tapi nggak mesti yang sekitar sini masuk semua. Kita harus seleksi berdasarkan minatnya,” tuturnya.

Kata Darwoto, anak yang mau masuk ke SMK Industri ini harus ada niat, karena memang sangat disiplin. Maka dari itu pihak sekolah akan interview satu-satu anak yang mendaftar. “Setiap siswa yang masuk kita interview satu-satu. Kita lihat minatnya, karena sayangnya kalau nggak ada niat masuk kesini, kalau nggak tahan sayang, karena belajar disini disiplin,” ujarnya.

Menurutnya, biaya yang ditetapkan tidak terlalu mahal, karena masih terjangkau oleh para orang tua yang anaknya masuk ke SMK Mitra Industri. “SPP di SMK Industri Rp 650 ribu perbulan, itu semua tidak ada lagi biaya-biaya praktek maupun lainnya. Kemudian kalau ada yang tidak mampu masuk kesini, lalu orang tuanya kena PHK kita kasih keringanan,” katanya.

Sementar itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 3 Provinsi Jawa Barat Asep Sudarsono mengaku, dirinya sudah mengundang kepala desa yang ada di sekitar sekolah, saat Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul, datang ke sekolah tersebut.

Para kepala desa meminta ada kuota untuk anak-anak di wilayahnya agar bisa masuk ke SMK Industri ini. Padahal, anak-anak yang sekitar yang sekolah disini tidak sedikit, ada 120 orang, dari jumlah 2,500 siswa. Karena memang aturan di sekolah ini sangat ketat.

“Jadi memang aturannya sangat ketat, karena dunia kerja juga ingin menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai. Memang keinginannya ada kuota tertentu yang diperoleh kepala desa,” katanya.

Hasil dari pertemuan tersebut, diberikan kesempatan untuk anak-anak sekitar mengikuti seleksi, tidak ada batasan. Terpenting, minat anak-anak sekitar ada apa tidak untuk masuk ke SMK Industri, karena memang ada persaingan yang ketat.

“SMK beda dengan SMA, yang ada zonasi. Intinya kemarin hasil musyawarah Pa Wakil Gubernur dan kepala desa, bahwa nanti diumumkan PPDB-nya kapan, dengan menyebarkan pamflet PPDB ke semua desa. Jadi kemarin hanya miskomunikasi saja,” ucapnya. (pra)