Studi Kasus Indonesia – Malaysia
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Beberapa hari ini kita di ramaikan oleh sejumlaha tanggapan dan tulisan terkait dengan judul di atas. Tentu saja pembicaraan ini mengarah kepada kontra kebijakan pemerintah, karena kenaikan BBM di pahami memberikan reaksi multiplier kepada harga bahan pokok dan lainnya.
Di lain sisi, sebagian masyarakat membandingkan harga BBM Indonesia dan Malaysia. Sebenarnya apa yang menjadi latar belakang pemerintah Indonesia harus mengambil kebijakan menaikkan harga BBM atau mengurangi subsidinya dan apa pula latar belakang Pemerintah Malaysia tidak menaikan harga BBM dan apa dampaknya ke depan setelah keputusan di ambil atau tidak diambil dan bagaimana juga pemerintah Malaysia akan memperoleh impac karena tidak menaikkannya ?
Kenapa Pemerintah Menaikan BBM
Faktor utama yg menjadi pertimbangan pemerintah yang menjadi asumsi dasar yaitu telah terjadi konstraksi yang sangat signifikan, setelah dunia diterpa lebih dari 2 tahun covid pandemic, ini adalah suatu pemicu awal yang membuat banyak negara tidak bisa tidak atau sangat sukar untuk tidak terdampak, karena ini memang pandemic, jadi ini menghantam banyak negara sehingga kita tahu puluhan negara bahkan ratusan negara ini semua Zero Growth Economic (Minus Growth Economic). Keadaan ini sebenarnya hampir mirip tsunami, dimana ketika Covid Pandemic meningkat layaknya seakan-akan seperti air laut surut jauh dari pantai. Sama dengan kondisi ketika covid masyarakat tidak boleh keluar rumah sehingga transaksi berkurang, aktifitas ekonomi menurun, dan semua orang mengutamakan keuangannya untuk memproteksi kesehatannya selama 2 setengah tahun lebih, boleh di kata dunia seperti orang berpuasa selama 2 setengah tahun.
Tetapi sebenarnya surutnya air ke pantai ( tersekatnya masyarakat di dalam rumah ) saat ini mereka datang kembali dalam bentuk gelombang tsunami yang sangat besar yang bisa meluluh lantahkan semuanya. Ini yang sekarang sedang terjadi, pada banyak negara di dunia, sedang ketimpa air bah tsunami berupa Inflasi yang tinggi, dalam keadaan ini harga minyak jadi tidak menentu, tetapi imfacnya setelah gelombang ini bisa di prediksi.
Bagi Pemerintah Indonesia ini menjadi tantangan tapi sekaligus peluang. Tantangannya adalah di tengah kesulitan di tengah masyarakat dunia tertimpa tsunami Alhamdulillah Indonesia Leading dalam menyelesikan masalah covid.
Pemerintah kita sangat cepat menaikkan pertumbuhan ekonomi kembali dengan esport barang-barang tertentu termasuk Sumber Daya Alam yang sangat spektakuler.
Jadi jika diperhatikan banyak pihak memandang sebetulnya pemerintah tidak perlu buru-buru menaikan BBM, karena cadangan devisa cukup besar dan surplus. Ini sebenarnya dianggap kontradiktif menaikan BBM ini, bahkan seharusnya tidak. Di lain persoalan apabila bicara momentum, Presiden Jokowi atas paparan para menterinya, yang memberikan gambaran kondisi, apakah kita mau bersenang-senang sekarang tapi sukar di kemudian atau sebaiknya kita jangan terlalu terlena atau terlalu ingin menikmati kesenangan jangka pendek, tapi tidak memprediksi ke depan.
Dalam ekonomi kadang kala, kita lebih baik memanfaatkan suatu momentum yang tidak selalu terulang dari pada kita melakukan suatu kebijakan, justru dalam keadaan tidak tepat waktu untuk diambil satu keputusan. Pemerintah melihat apabila subsidi BBM di perpanjang terus meskipun dengan neraca keuangan yang surplus, tidak memberikan satu kontribusi positif yang hendak kita capai hingga menjelang 2045.
Selepas kita mengalami konstraksi after covid, bagaimanapun kita harus leading terus kedepan dengan mementum yang sangat baik maka gerakan ekonomi yang besar ini ibarat gelombang ombak besar yang kalau kita tidak menggunakan berselancar maka kita tidak bisa melompat lebih tinggi karena gelombang ini lambat laun akan kecil.
Mengapa Pemerintah Malaysia Tidak Menaikan BBM ?
Sebagian orang sudah tahu, saat ini Malaysia 3 – 4 bulan ke depan akan menyelanggarakan pemilihan umum ke 15, jadi sebenarnya keadaan politik di Malaysia sangat rentan untuk urusan kedidak pastian kepemimpinan nasional, setelah Partai Koalisi Barisan Nasional di tumbangkan oleh kualisi oposisi yang di mobilisir oleh mantan perdana menteri Tun Mahathir dan Anwar Ibrahim CS yang dalam kali pertama lebih dari 60 tahun barisan nasional bisa di tumbangkan.
Saat ini setelah bertukar dari pemerintah orde baru ke orde repormasi, nyatanya partai-partai di luar orde baru belum mampu menunjukkan suatu perporment meyakinkan rakyat.
Inilah momentum yang di selamatkan Perdana Menteri Malaysia saat ini yang memang dari UMNO, sehingga rakyat masih akan memilihnya. Jadi apabila Pemerintah Malaysia manaikan BBM dapat di percaya bahwa keinginan Barisan Nasional akan memimpin pemerintah lagi tidak terwujud. Jadi ini merupakan pertimbanga politik jangka pendek
Apakah keputusan Pemerintah Indonesia manaikan BBM suatu hal yang keliru dan apakah Pemerintah Malaysia tidak keliru. Itu bisa di lihat setalah 1 – 2 tahun kedepan, bahwa Malaysia akan mendapatkan kesulitan yang lebih banyak, apabila pemilu di Malaysia tidak menghasilkan sebuah kepercayaan dari rakyat, sehingga pemerintah akan sukar manaikan papan selancar ekonomi mereka yang mereka harapka dapat terjadi ombak bear kepercayaan rakyak setelah Pemilu ke 15.
Jadi sebagai seorang Sarjana Ekonomi yang terbatas ilmunya, saya berpendapat bahwa tidak mungkin Pemerintah mengambil keputusan asal saja, tetapi berpikir jangka panjang kedepan.
Semoga bermanfaat. Terima Kasih. (*)