Berita Bekasi Nomor Satu

Qatar, Tuan Rumah Piala Dunia 2022, Ini Profil Negaranya

RADARBEKASI.ID, QATAR – Piala Dunia 2022 sebentar lagi. Qatar jadi tuan rumah kompetisi sepak bola terbesar. Sekutu utama Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah yang kaya gas dan minyak bumi.

Penjualan tiket untuk kompetisi sepakbola disertai pameran yang berlangsung sejak 20 November hingga 18 Desember itu mendekati angka 3 juta.

Seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA), regulator penerbangan sipil Qatar memperkirakan 3,5 juta hingga 4,1 juta penumpang akan tiba, berangkat, dan transit di Qatar pada November nanti.

Berikut adalah lima hal yang perlu diketahui tentang negera semenanjung gurun Arab itu:

1. Kecil tapi Kuat

Qatar adalah salah satu negara Arab terkecil dengan populasi 2,9 juta. Sebagian besar adalah pekerja asing. Para imigran ini sebagian besar adalah lelaki dan masih berusia muda. Lapangan pekerjaan yang menjanjikan di Qatar membuat negeri ini dibanjiri pendatang.

Negara ini adalah protektorat Inggris selama 55 tahun hingga 1971.

Negara diperintah oleh sebuah monarki, keluarga Al-Thani, sejak pertengahan abad ke-19. Emir saat ini, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2013 setelah ayahnya Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani turun tahta.

Pemilihan legislatif pertama di negara itu diadakan pada Oktober 2021. Tak satu pun dari 26 kandidat perempuan memenangkan kursi di Dewan Syura yang beranggotakan 45 orang.

2. Pemilik Gedung Pencakar Langit London

Qatar adalah salah satu produsen dan pengekspor gas alam cair terbesar di dunia.

Sebagai salah satu negara yang memiliki PDB per kapita tertinggi di dunia dengan USD61.276 tahun 2021, menurut Bank Dunia. Dua setengah kali lipat dari Arab Saudi.

Otoritas Investasi Qatar, salah satu dana kekayaan negara terbesar di dunia, telah menghabiskan banyak uang untuk membeli landmark utama dan merek mewah di Eropa, termasuk toko mewah Inggris Harrods, gedung pencakar langit Shard London, dan rumah mode Balmain Prancis.

3. Ketegangan dengan Saudi

Qatar melewati krisis diplomatik besar dan blokade tiga setengah tahun oleh tetangga Teluknya, antara Juni 2017 dan Januari 2021 dengan hanya kerusakan terbatas pada ekonominya.

Ketegangan telah muncul sejak gerakan pro-demokrasi Musim Semi Arab, yang didukung Doha tetapi sesama monarki Teluk tidak.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan dengan Doha dengan tuduhan mendukung terorisme dan membina hubungan dekat dengan saingan regional mereka Iran. Namun tuduhan tersebut dibantah Doha.

Riyadh dan sekutunya mengajukan sejumlah tuntutan kepada Qatar sebagai imbalan untuk mengakhiri isolasi, termasuk menutup Al Jazeera, saluran berita pan-Arab perintisnya yang dituduh bertindak sebagai megafon untuk protes Musim Semi Arab, dan mengakhiri kerja sama ekonomi dengan Iran.

Qatar menolak tuntutan dan keluar dari blokade, yang akhirnya dicabut, di bawah tekanan dari Amerika Serikat, yang melihat Arab Saudi dan Qatar sebagai sekutu utama.

4. Belanja Besar untuk Neymar

Qatar telah menggelontorkan miliaran dolar untuk olahraga di dalam dan luar negeri.  Mengambil-alih klub sepak bola terkemuka Perancis Paris Saint-Germain (PSG) pada 2011, dan yang terpopuler adalah  menghabiskan €222 juta untuk mendapatkan Neymar dari Brasil pada 2017.

Qatar Sports Investments (QSI) juga memiliki klub divisi satu Belgia KAS Eupen yang  mengumumkan pada 10 Oktober bahwa mereka akan mengakuisisi hampir 22 persen dari klub Portugal Sporting Braga.

Negara Teluk ini telah menjadi tuan rumah serangkaian kompetisi olahraga internasional untuk mencoba meningkatkan posisi globalnya, termasuk Asian Games pada 2006, Piala Asia pada 2011 dan kejuaraan atletik dunia pada 2019.

5. Catatan Hak Asasi Manusia

Sejak kemenangan mengejutkan Qatar dalam perlombaan menjadi tuan rumah Piala Dunia, sorotan tertuju pada catatan hak asasi manusianya, terutama perlakuan terhadap pekerja migran.

Laporan tentang tingginya jumlah kematian dan cedera pada proyek konstruksi raksasa Qatar telah dibantah keras oleh otoritas Qatar.  Begitu juga tuduhan hukuman berjam-jam, kondisi kehidupan yang suram dan pekerja yang dideportasi karena memprotes upah tidak dibayar, telah menimbulkan kontroversi.

Pemerintah Qatar telah menanggapi kritik tersebut dengan memperkenalkan upah minimum, memperbaiki skema yang memberi majikan kontrol ketat atas pekerja dan memberlakukan aturan yang lebih ketat untuk bekerja di musim panas.(rbs)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin