Berita Bekasi Nomor Satu

Merintis Usaha Sejak SMA

SIAPKAN MENU: Fajri Hidayat ketika membantu menyiapkan pesanan pelanggan di kedai nya wilayah Grand Wisata Bekasi. MG5/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Menjalankan usaha tidak hanya bermodal materi namun keuletan dan konsistensi juga diperlukan. Hal itu ditunjukkan Fajri Hidayat, yang jatuh bangun merintis bisnis kulinernya sejak duduk di bangku SMA.

Berkat ketekunan dan pantang menyerah, Fajri kini bisa mengembangkan usaha yang ia geluti. Saat kuliah Fajri masih menekuni bisnis jajanan dan memasarkan produk yang ia beri nama Tengil Snack di kalangan mahasiswa.

Kini jebolan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini mulai melebarkan sayap dengan membuka kedai di wilayah Grand Wisata Bekasi.

“Awalnya banyak konotasi negatif saat mendengar kata tengil, tetapi tengil snack merupakan sebuah nama dari singkatan ”teman nongkrong cemal cemil”,” ujarnya.

Tengil snack ini terdiri dari aneka jenis makanan seperti cilok crispy dan opak singkong. Seiring berjalannya waktu, tengil snack menghadirkan menu-menu di kedai seperti sospel, otak-otak, cilok goang, macaroni, dan masih banyak lagi.

Inovasi dilakukan dan menyasar semua kalangan. Pisang goreng, singkong goreng, roti bakar dengan pilihan topping kekinian bisa jadi pilihan. Menu terbaru yang jadi unggulan lainnya yakni Rujak Ngariung.

“Awalnya tempatnya bukan di tenant seperti ini, tapi masih pakai gerobak” ujarnya.

“Namanya usaha pasti ada jatuh bangunnya, pernah sehari ga dapet omset sama sekali, pernah sehari cuma satu porsi yang laku, bahkan saat masa pandemi tempat ini harus ditutup. Akhirnya puter otaklah gimana caranya masih bisa jalan terus cobalah jualan lewat online dan alhamdulillah saat normal lagi seperti ini tengil snack mulai dikenal, dan bukan cuma cilok crispy dan opak singkong aja yang best seller tapi yang lainnya juga sudah banyak yang dikenal,”tambahnya.

Saat ini Fajri sudah memiliki tenant di Grand Wisata, Tambun dengan memperkerjakan karyawan. Omsetnya lumayan Rp 15 juta hingga Rp20 juta per bulan. Ia pun perlahan menerapkan usaha dengan sistem autopilot, yang ia bisa pantau tak melulu di kedai.

“Dulu aku pikir usaha itu cuma sekedar jual beli, dapet duit, dapet untung kelar. Yang dipelajari ternyata banyak, dari belajar akuntansi, marketing, sampai desain aku handle sendiri,”paparnya.

Untuk bisa survive hingga sekarang, Fajri juga banyak belajar, dan ikut seminar bisnis serta menambah relasi dan pengalaman untuk mengembangkan usahanya. Karena menurutnya usaha harus bisa ikut perkembangan zaman.

”Hati menjadi kunci utama, tujuan berwirausaha harus mempunyai tujuan, tak hanya sekedar menyalurkan hobi atau gaya-gayaan saja. Bisnis itu prosesnya gak mudah dan banyak rintangannya. Jadi mental, fisik, pikiran harus kuat untuk menjalani nya untuk tujuan yang baik InsyaAllah akan baik kedepannya,” pungkasnya. (mg5).