Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Diabetes Usia Remaja di Bekasi Melonjak, Satu Tahun Meningkat Sembilan Ribu Kasus

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Penyakit Diabetes Melitus (DM) kini tak hanya dialami orang dewasa. Namun, juga menyerang anak-anak hingga remaja. Di Kota Bekasi, jumlah penyakit tersebut naik 9.431 kasus dalam setahun terakhir. Sementaar itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat angka kasus DM di Indonesia naik 70 kali lipat.

Kenaikan kasus pada anak ini terjadi kurun waktu 2010 sampai 2023, total ada 1.645 kasus laporan dari 13 kota, prevalensi yang semula 0,028 juga naik menjadi 2 per 100 ribu anak. Jumlah kasus paling banyak pada usia 10-14 tahun, jumlahnya diperkirakan lebih besar jika dicermati di seluruh kota di Indonesia.

Data IDAI memberikan sinyal bahwa penyakit satu ini tidak lagi hanya identik dengan orang dewasa, tapi juga anak-anak. Peningkatan kasus yang signifikan ini harus menjadi perhatian semua pihak, guna memperbaiki kualitas hidup ribuan anak tersebut.

Secara keseluruhan, jumlah kasus baru di Kota Bekasi pada tahun 2021 sebanyak 20.599 kasus. Jumlahnya naik sebesar 9.431 kasus pada tahun 2022, dimana kasus baru sebanyak 30.030 kasus.

Sejauh ini, jumlah kasus dominan pada usia dewasa, setidaknya ada kenaikan 8 ribu kasus pada tahun 2022 lalu.”Artinya ada kenaikan sekitar 10 ribu kurang ya. Kalau bicara usia, usia yang dominan antara 45-54 tahun, penambahannya sekitar 8 ribu kasus,” kata Staf Khusus Walikota Bidang Kesehatan, Sudirman.

Pada usia anak, terutama di usia 10 sampai 14 tahun, temuan kasus relatif sedikit, pada 2021 tercatat ada 11 kasus. Sementara di tahun 2022, hanya ada 10 kasus.

Penambahan kasus yang mencolok terjadi pada usia remaja, yakni di rentang usia 15 sampai 19 tahun. Dimana pada tahun 2021 hanya ada 50 kasus, jumlahnya bertambah jadi 190 kasus pada tahun 2022.

“Ini yang agak meningkat memang bukan di usia yang anak-anak banget ya, itu di usia 15 sampai 19 tahun. Ada peningkatan sekitar 190, hampir 200. Jadi tidak benar-benar anak, dia itu remaja ya,” ungkapnya.

Faktor utama penyebab DM pada usia remaja dan dewasa ini kata Sudirman, erat dengan gaya hidup. Pertama pola makan, dimana masyarakat banyak memakan makanan mengandung karbohidrat.

Kedua aktivitas fisik, biasanya masyarakat yang mengidap DM kurang berolahraga. Ketiga kebiasaan melakukan gaya hidup tidak sehat, salah satunya merokok.

Selama ini kata dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi terus melakukan edukasi kepada masyarakat terkait dengan pencegahan DM, terutama dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes).”Pasti, karena itu kan masuk dalam program, dan itu ada Standar Pelayanan Minimal (SPM) nya. Jadi SPM tentu saja merupakan indikator kinerja dinas kesehatan,” tambahnya.

Data yang dihimpun IDAI, terdiri dari dua tipe DM, yakni DM tipe 1 dan tipe 2, dimana mayoritas anak mengidap diabetes tipe 1, 90 berbanding 10 persen.

Sebagian besar kasus DM tipe 1 diderita oleh anak usia 10 sampai 14 tahun, terjadi saat tubuh tak mampu memproduksi insulin. Diabetes jenis ini umumnya bawaan sejak lahir.

Sementara DM tipe 2, disebabkan oleh kelenjar pankreas tidak mampu mencukupi insulin pada tubuh, akibatnya insulin tidak berfungsi dengan optimal. Diabetes tipe ini umumnya menyerang anak mulai usia 14 tahun, serta erat kaitannya dengan gaya hidup.

Penasehat IDAI Perwil Bekasi, Triza Arif Santosa mengatakan bahwa faktor penyebab paling dominan pada kasus DM tipe 1 adalah genetik. Sementara pada kasus DM tipe 2, faktor yang dominan adalah pola makan, serta pada kondisi seseorang memiliki lemak dalam jumlah sangat banyak menumpuk dalam tubuh atau obesitas.

Gejala penyakit ini muncul dalam jangka waktu yang lama. Pola dan kebiasaan makan menjadi catatan di Bekasi sebagai salah satu kota besar di Indonesia.

Ia menekankan, makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi menjadi pemicu munculnya penyakit DM.”Gejala dan penyakitnya muncul dalam waktu yang lama. Kadar gula yang terus menerus tinggi dalam darah lama kelamaan akan mempengaruhi kerja pankreas memproduksi hormon insulin. Insulin tidak lagi cukup untuk mengubah glukosa atau gula menjadi energi di dalam sel,” paparnya.

Glukosa yang menumpuk di dalam tubuh kata Triza, mengakibatkan kerusakan jaringan atau organ-organ tubuh. Dalam kondisi ini, olahraga dapat membantu mengurangi resiko obesitas, serta meningkatkan efektivitas kerja insulin dalam mengubah glukosa menjadi energi.

Tingginya peningkatan kasus pada usia remaja menurut Triza, bisa terjadi akibat pola makan atau jajanan yang dikonsumsi mengandung gula tinggi. Sementara pada DM tipe 1, kelainan sudah nampak sejak masa kanak-kanak.

“Tetapi biasanya orang tua tidak menyadari anaknya menderita penyakit tersebut, sementara anaknya terus mengkonsumsi makanan atau minuman tinggi gula,” ungkapnya.

Sebagian besar kasus DM pada anak juga, datang ke Rumah Sakit (RS) atau dokter sudah dalam kondisi berat, bahkan mengancam jiwa lantaran orang tua tidak menyadari anaknya menderita DM.

Triza menyarankan kepada orang tua untuk membiasakan anak-anaknya makan makanan bergizi lengkap, serta mengurangi konsumsi makanan atau minuman mengandung gula dan garam. Aktivitas olahraga juga disarankan menjadi kebiasaan sejak usia dini. (Sur)