RADARBEKASI.ID, BEKASI – “Mimpi Tentang Bekasi”. Sebuah potret sekaligus harapan tentang Bekasi, khususnya Kota Bekasi di masa depan.
Inilah kumpulan tulisan sejumlah warga Bekasi dari beragam profesi tentang kotanya. Ada fakta kondisi terkini. Pembangunannya, infrastrukturnya, transportasinya budayanya, hingga perilaku para penduduknya.
Ada nada kecewa. Ada nada protes. Ada ironi di dalamnya. Bagaimana Bekasi yang begitu dekat dengan pusat ibu kota negara digambarkan berada di luar planet bumi. Sampai-sampai sebuah promosi provider telekomunikasi menyebut, “Liburan ke Aussie Lebih Mudah Dibanding ke Bekasi” (hal 43).
BACA JUGA: Membangunkan Raksasa Tidur
Buku setebal 218 halaman itu, dilaunching komunitas Bekasi Books Club, Sabtu (18/3/2023) di sebuah kafe di bilangan Jalan M.Hasibuan, Bekasi Selatan. Berselang delapan hari saat kota ini memperingati hari lahirnya ke-26.
Inisiator buku sekaligus penyuntingnya, Adi Samsuito Siregar mengungkapkan, bisa jadi inilah kado terindah yang dipersembahkan untuk Kota Bekasi dari kalangan pecinta literasi untuk kota tercinta mereka tahun 2023 ini.
“Buku ini merangkum ide-ide warga Bekasi tentang kotanya dari perspektif perkotaan, sosial, transportasi, ekonomi kreatif, pendidikan hingga soal budaya,” ungkap Adi Siregar, sapaan akrabnya dalam sambutan pembukaan launching dan bedah buku.
Adi menyebut, buku dengan 24 tulisan tentang Bekasi itu cukup komplet. Para penulisnya beragam dari akademisi, praktisi, intelektual, komunitas literasi hingga jurnalis di Bekasi.
BACA JUGA: Kiai Noer Iskandar, Kiai Komplit
Dia berharap, buku ini merangsang budaya literasi, tradisi membaca dan menulis sekaligus menjadi inspirasi bagi para pemangku kebijakan di Kota Bekasi ke depan dalam menata kota masa depan.
“Buku ini, sebenarnya dapat menjadi masukan dan saran bagi Pemerintah Kota Bekasi,” ucapnya.
Peluncuran buku ini langsung dibedah para praktisi dan akademisi. Ucu Asmarasandi (Direktur Transpatriot/Dosen Unkris), Ali Anwar (Sejarawan Bekasi), Adi Bunardi (Dosen STF Mulla Sadra), Aan Widodo (Dosen Universitas Bhayangkara) dan Zainal Aripin (jurnalis Radar Bekasi). (pay)