RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kabupaten Bekasi merupakan daerah industri terbesar di Asia Tenggara. Namun, reputasi ini tidak menguntungkan bagi Said Ahmad (24), warga setempat karena sulitnya mencari kerja.
Said Ahmad, seorang pemuda asal Tambelang, terlihat murung karena kesulitan mencari kerja di daerah kelahirannya meskipun sudah sering mengirimkan lamaran ke perusahaan di Kabupaten Bekasi. Dia telah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan pekerjaan, mulai dari mengirimkan lamaran langsung ke perusahaan hingga melalui kantor pos.
Said sering mengikuti tes pekerjaan setiap kali dipanggil oleh perusahaan, namun tidak pernah diterima. Salah satu alasan perusahaan menolaknya adalah karena ia gagal dalam tes wawancara, pemeriksaan kesehatan, dan sebagainya. Namun, ia yakin telah memberikan jawaban yang tepat selama tes wawancara dan tidak ada masalah dalam pemeriksaan kesehatannya karena ia bukan perokok aktif.
Mengenakan celana panjang hitam dan kaos, ia menceritakan kesulitannya dalam mencari kerja . Bahkan, ia hampir menjadi korban calo kerja yang menjanjikan dapat membantunya masuk ke dalam perusahaan dengan membayar sejumlah uang. Said tertarik dengan tawaran calo tersebut karena telah lelah mengikuti tes di perusahaan.
“Ya akhirnya saya tertarik dengan tawaran calo, meskipun harus membayar sejumlah uang, karena saya sudah lelah mengikuti tes di perusahaan,” ujarnya kepada Radar Bekasi, baru-baru ini.
Said mengaku beberapa kali tertipu oleh calo. Menurutnya, calo menipu dengan meminta uang muka sekitar Rp500 ribu hingga Rp1 juta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Setelah itu, tidak ada tindak lanjut yang dijanjikan dan para calo hanya berjanji untuk segera memanggil korban.
“Cuma dijanjikan saja, jadi setelah medical check up tidak ada tindak lanjut,” ujarnya.
Baru-baru ini, Said hampir kembali menjadi korban calo. Dalam sebuah grup WhatsApp yang dibuat oleh calo, dikabarkan bahwa akan ada lima orang yang akan diterima di perusahaan dengan membayar uang muka sekitar Rp5 juta sampai Rp7 juta. Banyak orang yang memberikan komentar di grup tersebut, sehingga Said mempercayai informasi tersebut.
Akhirnya, ia pergi ke lokasi yang telah dijanjikan oleh calo di sekitar kawasan Jababeka dengan membawa uang. Sesampainya di lokasi sekitar pukul 18.30 WIB, dirinya mencoba menghubungi calo melalui selulernya.
Jawaban dari si calo, kata Said, diminta untuk menunggu. Tetapi sampai pukul 21.00 WIB tak kunjung datang. Sedangkan nomor telepon si calo susah dihubungi. Bahkan, nomor telepon yang ada di grup WhatsApp pun tidak ada yang merespon saat ditanya. Padahal sebelumnya mereka juga tertarik dengan penawaran si calo.
“Jadi semuanya itu nggak bisa dihubungi, kayak jebakan gitu. Posisi seorang diri dan membawa uang Rp5 juta. Karena kondisi semakin malam dan sepi, saya memilih pulang karena takut terjadi apa-apa. Saya kayak mau dijebak,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi Andi Akbar mengakui, kerap mendapatkan informasi calo kerja. Setiap laporan, pihaknya langsung mendatangi ke perusahaan yang bersangkutan.
Namun ketika didatangi, pihaknya tak menemukan bukti dari laporan tersebut. Dirinya menegaskan, ketika pencari pekerja mengalami penipuan maka sudah masuk ranah kepolisian.
Andi meminta agar pencari kerja harus waspada terhadap informasi lowongan kerja. “Calo itu liar, artinya loker bodong. Lebih baik memantau info-info dari Dinas, melalui media sosial dan sistem dinas. Misalkan Kaderhup, info-info loker disitu. Kalau ada yang nawarin kerja bayar sekian, jangan tergiur,” katanya. (pra)