Berita Bekasi Nomor Satu

DKM Jami Nurussalam Peringati Hari Proklamasi Lebih Awal

TAUSIYAH: Habib Muhammad Bin Alwi Alhadad saat menyampaikan tausiyah tentang sejarah kemerdekaan RI. ANDI MARDANI/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jami Nurussalam punya cara sendiri dalam berkegiatan pada bulan suci Ramadan. Salah satunya memperingati hari Proklamasi RI lebih awal.

 

Ya, dengan menggunakan penanggalan Islam, pada 9 Ramadan kemarin mereka ‘merayakan’ hari kemerdekaan bangsa ini.

 

Sekretaris DKM Jami Nurussalam, Abdus Shomad menuturkan, kegiatan peringatan hari kemerdekaan versi hijriah yang jatuh pada 9 Ramadan menjadi ajang pembelajaran bagi masyarakat. Sebab banyak peristiwa penting, baik dalam konteks agama maupun kenegaraan terjadi pada Ramadan.

 

Shomad menegaskan, jajarannya rutin menyelenggarakan kegiatan ini setiap tahunnya.

 

”Menurut kami masih jarang generasi pemuda yang mengetahui di tanggal Hijriyah bahwa 9 Ramadan itu merupakan hari kemerdekaan kita,” ucapnya.

 

BACA JUGA:  Lewat Safari Ramadan, Pj Bupati Bekasi Ajak Masyarakat  Kuatkan Iman   

 

Shomad menuturkan, jika merunut penanggalan masehi, hari kemerdekaan bangsa ini terjadi pada 17 Agustus 1945. Namun pada saat bersamaan, umat muslim tanah air juga sedang melakoni ibadah puasa. Sebab pada Jumat itu merupakan 9 Ramadan 1364 Hijriyah.

 

”Jadi kami ingin jadikan kegiatan tahunan di Masjid Jami Nurussalam yang diisi dengan syukuran dengan pembacaan doa doa kepada para pejuang disertai dengan pembacaan maulid, yang dirangkai dengan buka puasa bersama dan dilanjutkan salat tarawih berjamaah,” ucapnya.

 

Sementara itu selaku pemberi tausiyah, Habib Muhammad bin Alwi Alhadad menuturkan, bagi umat Islam sangat penting untuk mengetahui sejarah atau kisah sejarah negara yang benar benar ril kisahnya. Tentunya yang berdasar dan terverifikasi sejarahnya.

 

Habib menjelaskan, Bung Karno merupakan seorang aktivis yang dekat dengan ulama serta sangat menginginkan Indonesia merdeka. Dalam tausiyahnya, lantaran sebagai aktivis Soekarno kala itu pernah dipenjara di Sukamiskin Bandung dan pada 1932 telah bebas namun bersyarat.

 

Saat keluar pada tahun itu langsung bersilaturahmi dengan ulama kharismatik yaitu Habib Ali bin Abdurahman Alhabsyi Kwitang. Karena bersyarat saat pemerintahan Belanda, tidak diperbolehkan untuk berkumpul kumpul dikhawatirkan adanya pergerakan.

 

“Lalu Bung Karno pergi ke Surabaya. Di Surabaya beliau menghadiri kongres Indonesia Raya, karena begitu terkenal dan dikhawatirkan ada melakukan pergerakan dan  dikejar kejar oleh Belanda. Lalu diselamatkan oleh ulama dan ditempatkan di Madrasah Al Khairiyah di Surabaya yang didirikan oleh Alhabib Muhammad bin Ahmad Almihdor yang makamnya tidak jauh dari Sunan Ampel Surabaya,” ucap Habib Muhammad saat menyampaikan Tausiyahnya.

 

Habib Muhammad Bin Alwi mengatakan alim ulama dan habib juga memiliki sejumlah peranan penting dalam memerdekakan bangsa ini dari penjajahan.

 

“Singkat cerita pada 9 Ramadan, dirumuskan Proklamasi kemerdekaan yang rampung saat itu ketika sahur. Dan paginya Bung Karno meminta izin dengan Habib Ali. Lalu kata Habib Ali dipersilahkan untuk memproklamasikan, dan dilanjutkan oleh Habib Ali melalui toa masjid untuk mengumumkan kemerdekaan serta mensosialisasikan untuk memasang bendera merah putih di setiap rumah rumah. Yang sampai saat ini setiap 17 Agustus bangsa kita masih memasang bendera merah putih,” tutupnya.(and)

 

 

 

 

 

 

 

Solverwp- WordPress Theme and Plugin