RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ratusan peserta didik Sekolah Dasar Negeri (SDN) V Bantargebang, Kota Bekasi sudah bisa melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah setelah sempat menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) beberapa waktu lalu.
Dalam kondisi akses menuju gedung ruang kelas di pagar seng, ratusan siswa masih menunjukkan semangat belajar, beberapa spanduk tuntutan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) untuk melaksanakan putusan pengadilan juga terpampang di area sekolah.
Akhir pekan kemarin, ratusan siswa SDN V Bantargebang belajar dengan metode berbeda. Puluhan mahasiswa psikologi Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi memberikan pembelajaran dan motivasi kepada ratusan siswa sambil bermain.
Pintu gerbang terbuka lebar, warga sekolah bisa bebas keluar masuk lingkungan sekolah. Hanya saja, setelah melewati gerbang utama, nampak pagar seng terpasang, menyisakan akses keluar masuk dengan lebar sekira 1 meter.
Tidak semua lahan sekolah milik ahli waris yang telah dinyatakan sebagai pemilik lahan oleh pengadilan, tersisa beberapa ruang dan bangunan di luar lahan milik ahli waris. Sisa lahan tersebut relatif kecil, batas lahan milik ahli waris disekat dengan pagar seng.
Selain mahasiswa, nampak hadir salah satu dosen mendampingi kegiatan mereka di sekolah. Kegiatan yang diinisiasi oleh Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) ini bertujuan untuk memberikan penguatan psikososial kepada ratusan siswa. Berharap semangat belajar mereka tidak pudar di tengah-tengah permasalahan kepemilikan lahan sekolah yang sedang dihadapi.
Aktivitas berlangsung di masing-masing ruang kelas, berlangsung sampai jam belajar pada Sabtu (9/9) berakhir.
“Jadi kita sebenarnya pengkondisian supaya anak-anak tetap semangat belajar, dan nyaman dalam kondisi seperti yang hari ini kita lihat,” kata Wakil Ketua KPAD Kota Bekasi, Novrian.
Kegiatan di lingkungan dilakukan dengan pendekatan partisipatoris, siswa diajak belajar sambil bermain, bertujuan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan belajar.Selain belajar, siswa juga diberikan motivasi.
“Konsepnya adalah anak terlihat dalam proses pembelajaran, jadi anak bukan sebagai objek, tetapi anak sebagai subjek,” tambahnya.
Berbagai pembelajaran diberikan kepada siswa, mulai dari meningkatkan semangat belajar sampai dengan edukasi sosial. Dalam hal ini, siswa diajak untuk dapat merespon kondisi tertentu, seperti kekerasan, serta batasan-batasan pada tubuh anak.
Selama berada di tengah-tengah siswa, nampak gesture gembira, semangat belajar pun masih nampak pada diri siswa. Setelah kegiatan ini, diharapkan sekolah bisa menjaga semangat para siswa.
“Tetap menjaga motivasi, dia mengantarkan (bahan ajar) dengan enak, menjaga perasaan anak supaya tetap mendapatkan ilmu yang baik,” kata Dosen Unisma Bekasi, Novita Dian Iva Prestiana.
Pemagaran seng memang sempat membuat KBM di sekolah terganggu, satu hari siswa menjalani KBM jarak jauh atau PJJ. Pihak sekolah dan KPAD berterimakasih pada pihak ahli waris yang telah memberikan izin dan membuka kembali akses menuju ruang kelas.
Saat melakukan PJJ, pihak sekolah merasa banyak siswa maupun orang tua yang bertanya-tanya. “Kenapa kita PJJ ?, Sementara anak-anak (di sekolah) lainnya belajar seperti biasa. Itu saja ya beban mental untuk anak-anak,” kata Kepala Sekolah SDN V Bantargebang, Aisyah.
Semua pihak berharap permasalahan ini bisa segera selesai, ratusan siswa bisa berkegiatan di sekolah tanpa batas pagar seng.
Pemerintah kota telah berkomitmen untuk membayarkan uang sesuai dengan keputusan pengadilan kepada pihak ahli waris. Sementara menunggu realisasi, semua pihak diminta untuk sabar dan saling menghargai selama pemerintah menjalankan proses pembayaran, dimulai dari perencanaan anggaran. (sur)