RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejumlah guru di Kabupaten Bekasi masih menghadapi persoalan mendesak terkait penyesuaian implementasi Kurikulum Merdeka. Meskipun sebagian besar guru telah berusaha beradaptasi, masih ada beberapa yang merasa kesulitan.
Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bekasi, Prawiro Sudirjo, menyampaikan sebagian guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan tema pembelajaran dengan perubahan kurikulum baru yang diterapkan saat ini.
“Kesulitan guru itu masih ditemukan, terutama kesulitan dalam menyesuaikan tema pembelajaran. Kita ketahui kita saat ini menghadapi perubahan kurikulum baru,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Minggu (24/9).
Untuk mengatasi permasalahan ini, Prawiro menekankan pentingnya memberikan pembekalan secara berkala. Pembekalan tersebut tidak hanya dapat dilakukan oleh sekolah, tetapi pemerintah melalui dinas setempat juga dapat berpartisipasi.
“Penting sekali dilakukan pelatihan oleh sekolah atau melalui dinas terkait. Contoh kegiatan seperti In House Training (IHT) itu sangat dibutuhkan saat ini untuk para guru,” jelasnya.
Melalui pelatihan ini, guru dapat mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, mereka juga dapat lebih cepat beradaptasi dengan kurikulum terbaru.
BACA JUGA: Belum Seluruh Madrasah di Bekasi Siap Terapkan Kurikulum Merdeka
“Ini kadang yang dipikirkan bagi sebagian guru mudah, tapi bagi sebagian guru lain sulit. Makanya kita harus bisa memahami itu secara menyeluruh, jangan hanya berpikir di satu sisi saja kalau perubahan itu dapat diadaptasi dengan mudah,” terangnya.
Prawiro juga menegaskan bahwa pelatihan tidak cukup dilakukan sekali atau dua kali saja. Lebih baik jika dilakukan secara berkala dan rutin.
“Harus dilakukan secara berkala jangan sampai berpikir oh saya sudah melaksanakan itu kemarin, jangan hanya sekali atau dua kali saja. Karena dampak dan efektivitas nya tidak akan terlihat jika hanya dilakukan satu atau dua kali saja,” tuturnya.
Pelatihan berkala dapat dilakukan setiap semester, yaitu pada awal, pertengahan, dan akhir semester. Hal ini dapat diimplementasikan di setiap sekolah untuk mendukung pengembangan kompetensi guru.
“Sekolah itu harus merasa kurang terus apalagi guru, jangan sampai berpikir oh ini sudah cukup. Karena definisi cukup itu seperti apa ? Sedangkan ilmu itu terus berkembang,” pungkasnya. (dew)