Berita Bekasi Nomor Satu

Siswa di Kota Bekasi Sulit Kuasai Mata Pelajaran Bahasa Sunda

ILUSTRASI: Sejumlah siswa USB 62 Kota Bekasi saat mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, belum lama ini. Sebagian siswa di wilayah Kota Bekasi kesulitan untuk memahami mata pelajaran Bahasa Sunda dalam muatan lokal di sekolah. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI Sebagian siswa di wilayah Kota Bekasi kesulitan untuk memahami mata pelajaran (mapel) Bahasa Sunda dalam muatan lokal di sekolah.

Kepala SMP PGRI II Kota Bekasi, Mamun Murod, menyatakan bahwa mata pelajaran Bahasa Sunda dianggap sulit oleh siswa. Sebanding dengan tingkat kesulitan dalam memahami materi Bahasa Inggris.

“Mapel Bahasa Sunda memang cukup sulit untuk dipahami (siswa,Red), bisa dikatakan sulitnya sama dengan memahami mapel Bahasa Inggris,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Rabu (11/10).

Saat ini, pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Sunda termasuk dalam kategori rendah. Meskipun demikian, tetap perlu diajarkan di sekolah.

“Bisa dikategorikan rendah untuk pemahaman mapel Bahasa Sunda ini, tapi mau tidak mau harus tetap diajarkan khususnya sekolah yang ada di wilayah Jawa barat,” terangnya.

Pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Sunda dapat dipersentasekan sekitar 40-50 persen. Penyampaian ini juga berlaku bagi siswa dengan tingkat prestasi yang lebih tinggi.

“Mungkin sekitar 40-50 persen, ini untuk siswa yang memiliki prestasi lebih ya. Kalau yang biasa-biasa saja bisa di bawah 40 persen,” ucapnya.

BACA JUGA: MGMP Bahasa Sunda SMP Kabupaten Bekasi Dukung Revitalisasi Bahasa Daerah

Mamun menyatakan bahwa salah satu contoh kesulitan siswa dalam memahami mata pelajaran Bahasa Sunda adalah cara membaca, di mana dalam Bahasa Sunda terdapat istilah “undak usuk basa”.

“Salah satu cara membacanya hampir sama sulitnya dengan bacaan Bahasa Inggris. Bahasa Sunda itu ada istilah undak usuk basa dimana bahasa untuk teman seumuran, teman di bawah umur dan untuk orangtua itu beda dalam pemilihan diksinya,” terangnya.

Materi pembelajaran Bahasa Sunda memiliki alokasi waktu selama dua jam per minggu. Menurutnya, waktu tersebut dianggap mencukupi.

“Sebenarnya sudah cukup, karena kalau ditambah jumlah jamnya bisa menimbulkan rasa bosan dalam mengikuti pelajaran,” terangnya.

Hal senada disampaikan Kepala SDN Jatiluhur I Kota Bekasi, Agam. Ia mengungkapkan mata pelajaran bahasa Sunda dianggap sulit karena latar belakang siswa yang berasal dari berbagai daerah.

“Beragam sebenarnya, ada siswa yang cepat paha tapi cukup banyak juga siswa yang lambat dalam memahami materi tersebut karena siswa berasal dari berbagai daerah,”tuturnya.

Sama seperti di tingkat SMP, mata pelajaran Bahasa Sunda pada tingkat SD juga memiliki waktu pembelajaran 2 jam pertemuan dalam satu minggu. Dirinya menyampaikan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Sunda dapat dipersentasekan sekitar 50-60 persen dengan memperhitungkan berbagai karakter siswa.

“Pemahaman itu sekitar 50-60 persen, beragam karena yang saya sampaikan ada yang cepat tangkap ada juga yang sedikit lambat,” ucapnya. (dew)