Berita Bekasi Nomor Satu

Perguruan Tinggi dan Industri Perlu Bangun Kemitraan yang Efektif

BELAJAR BERSAMA: Sejumlah mahasiswa Universitas Bina Insani mengisi waktu luang dengan belajar bersama di ruang tunggu kampus. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Perguruan tinggi dan industri perlu membangun kemitraan yang lebih efektif untuk mempersiapkan lulusan yang relevan dan inovatif.

Kepala Bidang Sistem Informasi (SI) APTISI Jawa Barat Wilayah 4A, Wawan Hermawansyah, mengatakan keterlibatan dunia industri belum optimal.

“Memang belum terlihat maksimal dan menurut saya masih jauh, sehingga harus dikejar. Jangan sampai tertinggal, kasihan mahasiswa yang sudah lulus,” bebernya kepada Radar Bekasi, Rabu (25/10/2023).

Wawan mengakui bahwa mensinkronkan program yang melibatkan perguruan tinggi dengan dunia industri bukan tugas yang mudah.

“Tidak mudah untuk mensinkronkan tiga komponen itu, mulai dari regulasinya, menyamakan persepsi, dan sumber dayanya,” ujar Wawan.

Menurutnya, perguruan tinggi perlu menjadi jembatan antara pendidikan tinggi dan industri untuk menyesuaikan mahasiswa dengan kebutuhan sektor kerja.

“Perguruan tinggi itu output nya mahasiswa setelah lulus mau jadi apa? Wirausaha atau pekerja. Sehingga, dimulai dari perguruan tinggi mahasiswa sudah bisa diarahkan sesuai dengan kebutuhan industri,” sarannya.

BACA JUGA: Program MBKM di Perguruan Tinggi Swasta Belum Berjalan Maksimal

Wawan menyatakan bahwa mahasiswa yang memilih bekerja perlu terhubung dengan dunia industri sesuai kebutuhan. Bagi yang memilih menjadi wirausaha, mindset dan mental wirausaha menjadi kunci. Saat ini, terdapat ketidaksesuaian antara kebutuhan industri yang berkembang dan kesulitan lulusan dalam mencari pekerjaan.

“Yang terjadi selama ini adalah industri yang berkembang membutuhkan karyawan, tapi di sisi lain mahasiswa yang sudah lulus kesulitan mencari pekerjaan. Sebab, mahasiswa yang sudah lulus itu tidak sesuai dengan kebutuhan industri,” terang Wawan.

Oleh karena itu, satu-satunya solusi adalah perguruan tinggi harus memperkenalkan mahasiswa pada dunia industri, dengan proses pengenalan yang tidak hanya terbatas pada kegiatan magang.

“Melalui proses magang saja tidak cukup, sehingga perguruan tinggi harus mengembangkannya,” imbuh Wawan.

Di samping magang, perguruan tinggi dapat menerapkan kurikulum yang melibatkan dunia industri. Hal ini memungkinkan penyampaian kebutuhan industri sesuai dengan kurikulum yang diajarkan kepada mahasiswa.

“Jika industri dilibatkan dalam kurikulum mahasiswa, maka sudah pasti hasil lulusannya bisa dipakai. Itu bukan berandai-andai,” ucapnya.

BACA JUGA: Penerimaan Mahasiswa Baru di Sejumlah Perguruan Tinggi Swasta Belum Capai Target

Tugas perguruan tinggi saat ini adalah menyelesaikan persoalan dari hilir ke hulu, dengan fokus pada perencanaan kurikulum dan produksi mahasiswa yang sesuai dengan kebutuhan industri.

“Selesaikan hilir dan hulunya agar tidak tertinggal jauh,” terangnya.

Sementara, Ketua Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan Universitas Krisnadwipayana (UKRIS), Susetya Herawati, menyampaikan bahwa upaya memperkenalkan mahasiswa dengan dunia industri sudah dilakukan.

“Kami sudah melakukannya, saat ini UNKRIS

masih pada tahapan praktik mengajar. Dari bapak atau ibu yang ada di dunia usaha maupun kalangan industri telah share pengalaman dan memberi motivasi kepada mahasiswa,” tutur Herawati.

Meski begitu, diperlukan penguatan lebih lanjut melalui kerjasama dengan dunia usaha dan industri, seperti keterlibatan praktisi sebagai pengajar untuk kerjasama lebih mendalam.

“Memang masih belum maksimal dan butuh penguatan lebih lanjut. Misalnya, dengan keterlibatan praktisi mengajar tersebut, bisa kemudian ada kerjasama lanjutan seperti pemagangan atau untuk kegiatan proyek mahasiswa,” harapnya. (dew)