Berita Bekasi Nomor Satu

H+1 Lebaran, Wisata Alam Hutan Bambu Bekasi Sepi Pengunjung   

SEPI: Suasana Wisata Alam Hutan Bambu Bekasi sepi pengunjung pada H+1 Lebaran, Kamis (11/4/2024). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – H+1 Lebaran, Wisata Alam Hutan Bambu Bekasi sepi pengunjung.

Pantauan Radar Bekasi pada Kamis (11/4/2024), tempat wisata seluas 2,6 hektare yang terletak di Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi  terlihat hanya beberapa orang pengunjung.

Warung makanan dan kedai kopi masih tutup. Begitu pula hiburan belum beroperasi. Hanya terlihat penjaga parkir dan warga sekitar. Gubuk-gubukan yang menghadap ke Kali Bekasi juga sepi tanpa aktivitas.

Seorang pengunjung dari Pondok Timur Indah Kelurahan Jatimulya Kabupaten Bekasi, Ismail Ibrahim (50), mengatakan kedatangannya ke Wisata Alam Hutan Bambu Bekasi untuk menikmati suasana alam yang tenang.

“Di Kota Bekasi kurang banget tempat wisata, kebanyakan kedai kedai kopi ramai, saya aja bosen kalo di tempat begitu terlalu ramai gak bisa santai, gak alami kan, gak kayak di sini,” ungkap Ismail saat ditemui di lokasi.

Ia menyadari bahwa sepinya Wisata Alam Hutan Bambu mungkin disebabkan karena masih suasana Idulfitri, di mana banyak orang mudik atau berkumpul dengan keluarga.

“Mayoritas mungkin masih pada mudik dan tentunya hari besar keagamaan pada pergi ke makam, silaturahmi ke keluarga dekat,” imbuh dia.

BACA JUGA: Rekomendasi Destinasi Liburan Lebaran di Bekasi

Ismail baru mengetahui tentang keberadaan Wisata Alam Hutan Bambu Bekasi ini dua minggu sebelum puasa. Dia melihat potensi wisata yang menarik jika dikembangkan lebih lanjut.

“Saya baru tau, sebelum puasa dua minggu, diajak ke sini sama temen, mungkin masih suasana Lebaran jadi masih sepi,” beber Ismail

Menurutnya, tempat wisata seperti ini perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Bekasi agar dapat menjadi sumber pendapatan daerah.

Menurutnya, tempat wisata seperti ini perlu ada perhatian dari Pemerintah Kota Bekasi agar bisa menjadi potensi pendapatan asli daerah (PAD).

“Bila perlu dikembangkan lah, untuk masyarakat bawah, karena rekreasi Kota Bekasi kurang juga, kondisi itulah harusnya fasus fasom bisa dikembangkan, contoh seperti joging track,” katanya.

“Pemerintah harus menghidupkan, dari pada keluar kota di sinikan bisa menghidupkan PAD, kalau jauh kan butuh biaya, kalau disini kan gak perlu pakai biaya, terus kulinernya bisa hidup kan,” imbuhnya. (rez)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin