RADARBEKASI.ID, BEKASI – Generasi Z dan milenial sedang menghadapi situasi yang super sulit. Mereka dihadapkan sebuah realitas begitu susahnya mencari kerja. Di waktu yang sama inflasi membuyarkan impian mereka dalam membeli rumah.
Ekonom dan Dosen Pasca Sarjana STIE Mulia Pratama, Nur Imam Saifuloh menyampaikan bahwa saat ini generasi Z dan milenial kesulitan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Dari sisi ketenagakerjaan, kompetensi SDM yang sepadan dengan laju perkembangan teknologi sangat dibutuhkan.
Biaya membeli rumah tak terkejar laju kenaikan upah, apalagi ditambah sulitnya lapangan pekerjaan. Laporan angkatan kerja Provinsi Jawa Barat 2023 menyebut ada 88 ribu lebih generasi Z dan milenial yang menganggur di Kota Bekasi.
Untuk mengimbangi perkembangan tehnologi yang semakin cepat, membutuhkan biaya relatif besar. Situasi ini menyulitkan masyarakat di kalangan ekonomi menengah ke bawah.
“Pasca mereka lulus, langsung bekerja dan memperoleh gaji tinggi, padahal kenyataannya tidak demikian. Jika ada pekerjaan gajinya rendah, sebab penawaran kerjanya terbatas tidak sebanding dengan permintaan,” ungkapnya.
BACA JUGA: Ratusan Siswa Putus Sekolah di Kota Bekasi, Dipicu Banyak Faktor
Hal ini sangat mungkin mempengaruhi kemampuan masyarakat, terutama generasi muda untuk memiliki rumah sendiri. Nur menilai bahwa fenomena di perkotaan menunjukkan kepemilikan rumah sendiri semakin menurun, sebab gaji yang diterima tidak sebanding dengan harga tanah dan bangunan rumah yang semakin mahal.
Kenaikan harga tanah dan bangunan rumah ini dipengaruhi oleh banyak faktor katanya, salah satunya jumlah penduduk yang semakin bertambah. Sisi lain, masyarakat Indonesia belum terbiasa tinggal di hunian vertikal atau apartemen.
“Selain itu, potensi ekonomi di suatu daerah yang berbeda-beda membuat tanah juga semakin sulit didapatkan,” ucapnya.
Seperti Bekasi, selain pertumbuhan penduduk dari angka kelahiran, Bekasi memiliki daya tarik besar dari sisi ekonomi.
“Bekasi sebagai daerah yang memiliki potensi ekonomi tinggi tentu menjadi daya tarik masyarakat untuk bekerja di daerah tersebut. Karena berlangsung secara kolektif, maka menjadi wajar jika tanah di Bekasi mahal,” tambahnya.
Sekedar diketahui, Kota Bekasi tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang bekerja di dalam kota. Jumlah pekerja Commuter yang tinggal di Kota Bekasi juga relatif besar, sehingga Kita Bekasi juga menjelma sebagai daerah hunian terutama bagi masyarakat yang bekerja di Jakarta. (sur)