RADARBEKASI.ID, BEKASI – Perumahan subsidi Villa Kencana Cikarang yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Mei 2017 kondisinya memprihatinkan. Meskipun dari pintu gerbang terlihat bak perumahan elit, bagian dalam perumahannya nampak kusam karena banyak rumah dibiarkan kosong oleh pemiliknya.
Megah terlihat saat memasuki gerbang perumahan Villa Kencana Cikarang di Karangbahagia Kabupaten Bekasi, ketika Radar Bekasi menyambanginya, Kamis (20/6).
Reklame iklan komersial kedai kopi, buah-buahan, dan pusat perbelanjaan menghiasi Jalan Tarumanegara menuju blok-blok perumahan. Villa Kencana Cikarang terbagi menjadi dua tahap pembangunan. Tahap pertama terletak di belakang, sedangkan tahap kedua berada di sebelah kiri Jalan Tarumanegara.
BACA JUGA: Kuota Santri Baru Ponpes di Kota Bekasi Belum Terpenuhi
Menuju blok-blok perumahan, rimbunan pepohonan liar menyelimuti rumah-rumah tak berpenghuni. Banyak tembok yang retak, pintu yang rusak, lantai yang pecah, hingga jendela yang hilang dicuri. Ratusan rumah tapak yang bertembok batu bata ringan itu kian kusam lantaran tidak ditempati dan terkena sinar matahari.
“Semua rumah di sini sudah ada yang punya. Tapi nggak ditempatin bertahun-tahun. Kalau Blok I, belinya pas masih tanah, udah jadi rumah nggak ditempatin,” cerita Ami (65) saat ditemui Radar Bekasi di Villa Kencana Cikarang, Kamis (20/6).
Anak-anak kecil kerap memanggil Nenek Ami ketika hendak membeli makanan atau minuman ringan di warung nasi uduk yang ia dirikan di jalan masuk Blok I Perumahan Villa Kencana. Sejak 2017, Ami tinggal di perumahan ini bersama anaknya yang bekerja di Cikarang. Selagi anaknya bekerja, ia memilih membuka warung untuk memanfaatkan sisa lahan yang tak terpakai.
“Dulunya di sini semak-semak, dibabatin. Buat warung kecil-kecilan, anak-anak jajan kalau sore. Nambah pemasukan juga, daripada cuma di rumah aja,” tambahnya.
Di seberang warungnya, di Blok J, rumput tumbuh subur hingga menghiasi jendela kamar. Beberapa rumah tertempel stiker dijual atau dilelang. Pada bagian atas pintu terpampang jelas ketentuan bagi pemilik rumah subsidi, lengkap dengan logo Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Bank BTN, bahwa rumah tidak boleh dipindahtangankan atau dijual.
“Yang saya dapet cerita, emang nggak ditempatin dari awal, emang niat buat investasi,” kata Ami.
Pada satu blok terdapat 28 rumah yang saling berhadapan dengan dinding yang menempel satu sama lain. Desain dan warna catnya seragam. Menginjakkan kaki di sini harus hati-hati karena drainase yang tepat berada di depan rumah tapak itu tertutup rumput ilalang. Tak jarang, hewan-hewan liar seperti ular ditemukan warga di sini.
“Dalam sebulan ada aja ular atau biawak yang tiba-tiba keluar ke jalanan,” ucapnya.
Sementara itu, Heru Susanto menceritakan pengalamannya tinggal di rumah tapak selama tujuh tahun ini. Pengalaman pahit yang dialaminya bersama beberapa warga lain adalah soal keamanan. Saat pertama kali menempati rumah subsidi yang ditempatinya kini, dahulu belum memiliki pagar dan belum ada pompa air.
“Warga kalau renovasi atau ngebor air atau septik ini selalu ada tekanan intervensi dari mereka yang mengatasnamakan warga setempat. Kita harus menggunakan orang yang mereka tunjuk. Kalau kita nggak mau atau pakai tukang lain, kita yang punya rumah harus membayar ke mereka,” keluhnya.
Menurutnya, dia memilih Perumahan Villa Kencana Cikarang karena siteplan yang dijanjikan pengembang rumah ini memiliki fasilitas yang lengkap, mulai dari rumah sakit, pasar, hingga sekolah. Heru berharap rumah tapak impian bagi para pekerja dan pedagang ini memiliki keamanan tersendiri.
“Sebagai masyarakat kami ingin terjamin keamanannya,” tandasnya. (ris)