Oleh: Achmad Muwafi, Lc
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Berbakti kepada kedua orang tua merupakan ajaran dari Rasulullah saw. Ketika seorang anak berbakti kepada kedua orangtuanya, maka berarti ia telah berbakti pula kepada Allah SWT dan rasul-Nya.
Dikisahkan ada seorang pemuda Yaman yang hidup sederhana yang sangat terkenal dikalangan penduduk langit karena cinta dan pengabdiannya kepada ibunya.
Dialah Uwais Al Qarni, seorang pengembala kambing. Tidak seorangpun yang menagenali namanya, namun ia merupakan pemuda yang pernah disebut oleh Rasulullah saw sebagai pemuda yang dicintai oleh Allah swt dan terkenal di langit.
Nabi Muhammad SAW pernah berpesan kepada para sahabatnya, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penguni langit, bukan penghuni bumi.” (HR. Ahmad)
Uwais Al-Qarni sehari-hari mencari nafkah dengan mengembala kambing milik orang lain. Beliau hidup berdua dengan sang ibu. Suatu hari ia berkata, “Tidak akan pernah terlontarkan dari mulut ibuku, kecuali akan kulakukan apa yang beliau inginkan.”
Ibu Uwais Al-Qarni yang sudah tua renta dan lumpuh memiliki keinginan berhaji. Untuk mewujudkan keinginan ibunya, maka Uwais mencari cara untuk dapat membawa ibunya berhaji ke Mekah.
Ia membuat kandang lembu di puncak bukit. Setiap hari, ia menggendong anak lembu naik turun bukit untuk memberinya makan. Ini sebagai latihan agar membuat dirinya kuat menggendong ibunya berhaji dari Yaman ke Mekah.
Akhirnya, Uwais Al-Qarni mampu menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekah. Ia rela menempuh perjalanan yang sangat jauh demi memenuhi keinginan sang ibu sekaligus sebagai wujud rasa cinta dan berbakti kepadanya.
Berbakti kepada orang tua menjadi kewajiban bagi kaum mislimin. Mereka harus memperlakukan kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Allah swt berfiman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya dengan perkataan yang baik. “ (QS. Al-Isra’ ayat 23). (*)
Penulis merupakan Kepala SMPIT Baitul Halim, Pengurus Pusat Bidang Dakwah IKADI (Ikatan DAI Indonesia), Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Bekasi