RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat menjelaskan alasan di balik rekomendasi pencalonan Dani Ramdan sebagai calon bupati Bekasi dan Uu Saeful Mikdar sebagai calon wali Kota Bekasi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Penunjukan kedua calon yang memiliki latar belakang sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini sempat menimbulkan tanda tanya.
Sekretaris DPD Partai Golkar Jawa Barat, MQ Iswara, mengungkapkan bahwa awalnya Ketua DPD Golkar Kabupaten Bekasi Akhmad Marjuki yang direncanakan untuk maju sebagai calon bupati Bekasi.
Namun, Akhmad Marjuki mengalami sakit jantung dan harus menjalani pemasangan ring. Akibat kondisi kesehatannya, Marjuki memutuskan mengundurkan diri sebagai calon bupati dua hari menjelang pendaftaran.
“Saya langsung bertemu sama yang bersangkutan dan memang mengundurkan diri. Akhirnya dua malam itu kita cari kader Golkar yang lain,” ujarnya usai dilantik sebagai Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Senin (2/9).
Dengan waktu yang sangat terbatas, Iswara bersama timnya mencari pengganti Marjuki. Akhirnya, Dani Ramdan dipilih untuk menggantikan Marjuki sebagai calon bupati Bekasi.
Ia menyebut, Dani Ramdan sudah menjadi kader Partai Golkar sejak 1992. Iswara menunjukkan Kartu Tanda Anggota (KTA) Dani Ramdan sebagai bukti keanggotaannya.
“Tahun 1992 dia (Dani Ramdan) sudah tercatat sebagai anggota Golkar, KTA-nya ada. Pada saat itu (tahun 1992) belum ada aturannya. Dulu saya 1997 jadi anggota dewan, rekan-rekan saya ASN semua,” tambah Iswara, saat disinggung sosok Dani Ramdan sebagai PNS.
“Jadi yang pertama karena Pak Akhmad Marjuki alasannya kesehatan, dia sakit jantung. Akhirnya harus dioperasi pasang ring, kemudian tidak siap untuk maju. Makanya kita ganti ke Pak Dani Ramdan berpasangan dengan Pak Haji Romli dari Demokrat,” sambungnya, untuk mempertegas.
Iswara juga menjelaskan bahwa alasan penggantian ini mirip dengan situasi di Kota Bekasi. Setelah Nofel Saleh Hilabi yang mendapat surat tugas untuk maju di Pilwakot Bekasi tidak menemukan pasangan, Tri Adhianto memilih berpasangan dengan Abdul Harris Bobihoe dari Gerindra.
BACA JUGA: Akhmad Marjuki: Dani Ramdan Maju Pilkada sebagai Kader Golkar
Dua hari sebelum pendaftaran, Iswara menanyakan kesiapan Abdul Rosyad Irwan Siswadi yang ternyata belum siap dan kemudian meninggal dunia. Karena itu, Ade Puspita juga tidak siap, sehingga tinggal Uu Saeful Mikdar yang siap maju.
“Pak Iyan Rasad dua hari sebelum pendaftaran saya tanya kesiapannya. Dia bilang siap, tapi masih ragu-ragu. Hari ini saya mendapat kabar beliau (Ian) meninggal. Karena beliau tidak siap, kemudian Ade Puspita tidak siap, dari lima yang terdaftar empat tidak siap. Yang siap tinggal Pak Uu Saeful Mikdar,” jelasnya.
“Ya, Pak Nofel itu sudah kita berikan surat tugas yang pertama dengan Tri Adhianto. Tapi Tri berpasangan dengan yang lain, Pak Harris Bobihoe dari Gerindra. Sehingga Pak Nofel tidak mendapat pasangan,” sambungnya.
Saat ini, Iswara menegaskan bahwa Uu Saeful Mikdar sudah memiliki KTA Golkar dan telah keluar dari ASN. Uu Saeful Mikdar kemudian direkomendasikan untuk berpasangan dengan Nurul Sumarheni, Ketua NasDem dan mantan Ketua KPU.
“Akhirnya dia sudah ber KTA Golkar, sudah keluar dari ASN. Akhirnya dia kita rekom, berpasangan dengan Nurul Sumarheni Ketua NasDem, Mantan Ketua KPU,” tuturnya. (pra)