RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerataan normalisasi sungai dan saluran sekunder (SS) atau area irigasi pertanian di beberapa wilayah utara Kabupaten Bekasi sangat dinanti oleh petani di Muaragembong yang menghadapi masalah kekeringan dan gangguan air laut.
Aris Sukadam (35), seorang petani muda dari Desa Pantai Harapanjaya, Muaragembong, menyatakan bahwa tiga sawah garapannya seluas 1,5 hektar tidak bisa digarap pada musim tanam kedua. Ia sangat berharap agar normalisasi Kali Cikarang dan Kali Ciherang serta perbaikan pintu-pintu air segera dilakukan agar bisa kembali bercocok tanam.
“Kami masih mengandalkan air hujan pada musim tanam satu, padahal seharusnya lahan tersebut menggunakan irigasi teknis. Namun, irigasi saluran Kali Cikarang sangat memprihatinkan,” ucap Aris kepada Radar Bekasi, Rabu (11/9).
Selain Muaragembong, beberapa wilayah terdampak air asin lainnya meliputi Desa Sukatenang, Desa Lenggahsari, Desa Sindangjaya, Desa Sindangsari, dan Desa Setiajaya. Normalisasi saluran sekunder juga belum sepenuhnya dirasakan oleh beberapa petani di wilayah utara selama empat bulan terakhir, seperti di Desa Sukakerta, Sukawangi, Sukabudi, Sukaringin, Jayabakti, Pantai Harapanjaya, Sukamurni, Sukajadi, dan Sukaindah.
“Progresnya lambat karena saat ini Kali Cikarang hanya mengandalkan penggerak petani di lapangan,” tambahnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh kelompok petani utara, termasuk gotong royong di Bendung Cikarang Bekasi Laut (CBL), pembersihan irigasi, penggunaan herbisida untuk sanitasi gulma air, serta pendampingan normalisasi sungai oleh Pemkab Bekasi. Selain itu, mereka juga telah mengadakan audensi dengan Kementerian PUPR dan DPR RI Komisi V.
BACA JUGA: Status Tanggap Darurat Kekeringan di Kabupaten Bekasi Diperpanjang
“Aspirasi kami perbaikan Bendungan CBL, pintu intek BSH I Kali Cikarang, normalisasi saluran Kali Cikarang, BMA, BKG, dan perawatan saluran irigasi secara rutin. Saat ini, normalisasi masih berjalan, tetapi itu bersifat penanganan jangka pendek,” tutur Aris.
Aris dan petani lainnya berharap agar masyarakat yang tinggal di hulu dan hilir sungai, yang menjadi bagian dari saluran irigasi pertanian, dapat merawat dan menjaga kebersihan sungai. Tujuannya agar air sungai selalu mengalir hingga hilir, yaitu di utara Kabupaten Bekasi.
“Kami hanya ingin semua pihak menjaga dan merawat sungai serta irigasi yang merupakan aset penting bagi kehidupan dan keberlangsungan pertanian,” ungkapnya.
Saat ini, Pemkab Bekasi masih berupaya melakukan normalisasi di lima area irigasi pertanian. Berdasarkan data Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi per 10 September 2024, progres normalisasi masih di bawah 50 persen.
BKG 17-BKG 38 di Kecamatan Pebayuran dari target 19.000 meter, progresnya 32,89 persen, SS Pulo Sirih di Kecamatan Sukakarya dari target 6.000 meter, progresnya 17,42 persen.
Kemudian, SS Sukatani di Kecamatan Sukatani dari target 3.000 meter, progresnya 40 persen. BSH 0 – BSH 1 di Kecamatan Cibitung dari target 1.950 meter, progresnya 34,10 persen, dan SS Bulak Mangga di Kecamatan Cikarang Barat dari target 6.000 meter, progresnya 24,17 persen.
Berdasarkan pengamatan Radar Bekasi, normalisasi di SS Bulak Mangga atau Kali Rawa Palangan terkendala oleh bangunan liar yang menutupi bantaran sungai, termasuk tempat tinggal, kontrakan, perusahaan, hingga lapak barang bekas. Belum ada penertiban terhadap bangunan liar oleh Pemkab Bekasi. Normalisasi dilakukan dengan alat berat terapung yang membawa bak sampah. (ris)