Berita Bekasi Nomor Satu

“Berdamai dengan Sunyi”, Basiimah Putri Heri Koswara Menepis Stigma Difable Tak Berdaya

Amatullah Basiimah (pegang mikropon), putri kedua Heri Koswara saat berbagi kisah dalam acara bedah buku "Berdamai Dengan Sunyi", Kamis (3/10/2024). Foto Zakky Mubarok/Radarbekasi.id.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Stigma penyandang disabilitas atau difable tidak berdaya, tidak berprestasi dan beban bagi keluarga, jauh dari sosok Amatullah Basiimah. Basiimah, begitu sapaannya, justru penuh prestasi dan menginspirasi, bukan hanya bagi kaumnya, tapi juga bagi banyak orang yang terlahir “sempurna”.

Kendati menyandang disabilitas sensorik rungu wicara, putri kedua dari pasangan suami istri, Heri Koswara-Nur Indah Harahap, ini justru membuka jalan bagi para penyandang sesama disabilitas tuli dalam membaca kitab suci Alquran. Basiimah menjadi bagian dari penyusun mushaf Alquran Isyarat yang diterbitkan Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ) Kementerian Agama RI.

Inilah prestasi besar bagi penyandang disabilitas rungu wicara. Mushaf ini satu-satunya Alquran Isyarat di nusantara yang lengkap san diterima semua pihak, bahkan menjadi satu-satunya di dunia.

BACA JUGA: Membangunkan Raksasa Tidur

Basiimah juga menginspirasi. Meski dalam keterbatasannya-baginya justru kelebihan, dia malah memberi manfaat bagi para penyandang sesamanya. Dengan memimpin sebuah sekolah di Jatiasih, Kota Bekasi, khusus kalangan tuna rungu. Basiimah kepala sekolah di Ibtisamah Mulia, Deaf Learning Center.

Berbagai prestasi dan berbagi manfaat bagi kalangan sesama disabilitas rungu wicara itu, tertuang dalam buku berjudul “Berdamai dengan Sunyi”. Buku setebal 158 halaman berukuran 13×19 cm ini, menyedot perhatian peserta bedah buku di Kampus 2 Institut Bisnis Muhammadiyah (IBM), Jalan Dewi Sartika, Margahayu, Kota Bekasi, Kamis (3/10/2024).

Hadir dalam.kegiatan bedah buku ini, Rektor IBM Bekasi, Dr. H. Jaenudin dan penulis buku “Berdamai Dengan Sunyi”, Amin Idris.

BACA JUGA: HUT ke-36, LPDS Luncurkan Buku Dokter Soetomo

Ratusan peserta tampak antusias mendengarkan kisah Basiimah lewat penerjemah Nur Indah Harahap sekaligus ibunda Basiimah. Lewat penerjemahan sang bunda, Basiimah berkisah tentang kondisinya yang difable tuli sejak lahir, masa pendidikan, hingga pengalamannya ke luar negeri dan sederet prestasi lainnya.

Nur Indah Harahap mengungkapkan, masih banyak masyarakat yang memberi stigma terhadap orang yang memiliki kekurangan atau difabel, tidak dapat bekerja atau berkontribusi dan berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Nur Indah menepis semua stigma tersebut. Dia justru memberikan harapan dan masukan kepada semua masyarakat bahwa semua harus memiliki rasa menghargai antar sesama dalam menjalani kehidupan, termasuk.dengan kalangan difable atau disabilitas.

“Kita yang harus menciptakan ekosistem yang sehat buat teman-teman disabilitas, karena kita adalah mayoritas sedangkan mereka minoritas dan dianggap lemah,” imbuhnya.

BACA JUGA: Diskusi Buku “Mega Merger In The Pandemic Era”: Catatan Sejarah, Referensi Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia*

Nur Indah menambahkan, semua orang dapat memberikan support system untuk teman-teman disabilitas. “Bagaimana caranya? Pertama, menerima mereka bahwa mereka memiliki hak yang sama dengan kita. Kedua, menghormati segala kelebihan dan kekurangannya. Ketiga  memberikan akses atau ruang sebesar-besarnya kepada mereka,” tandas Nur Indah Harahap.

Dalam kesempatan itu, tim penulis buku “Berdamai Dengan Sunyi” mengungkapkan bahwa karya tulisan ini sangat bermanfaat untuk para mahasiswa atau masyarakat yang membutuhkan inspirasi dan pelajaran hidup.

“Insya Allah bermanfaat buat teman-teman yang kelak nanti membutuhkan inspirasi. Bagaimana cara bahwa kecerdasan itu dapat mengalahkan difabilitas, saya kira dari buku ini kita dapat mengambil inspirasi,” ujar H. Amin Idris dalam sambutannya.

Rektor IBM Bekasi Dr. H. Jaenudin berpesan kepada para peserta, pentingnya keikhlasan untuk selalu berserah diri kepada Allah SWT ketika mendapati sebuah kekurangan.

“Ketika mendapat sebuah kekurangan, maka kekurangan itu jangan kita ratapi dan serahkan seluruhnya kepada Allah SWT sebab di balik itu ada kemudahan. Demikian juga ketika kita memiliki banyak kelebihan jangan bersombong atau berbangga diri, karena semua itu akan kembali kepada Allah SWT,” pesan sang rektor. (cr1)