RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pengelola wisata Sunge Jingkem di Tarumajaya memastikan bahwa perahu tidak akan beroperasi mengangkut wisatawan untuk mengelilingi hutan mangrove jika cuaca buruk.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperkuat mitigasi bencana hidrometeorologi sebagai respons terhadap imbauan Dinas Pariwisata Kabupaten Bekasi.
Imbauan tersebut tercantum dalam Surat Edaran (SE) Nomor PE.01.P1/5552/DISPAR/2025 tentang Mitigasi Bencana Hidrometeorologi di Daya Tarik Wisata Kabupaten Bekasi.
BACA JUGA: Jembatan Manunggal Cikarang Barat yang Ambles Bakal Diperbaiki Januari 2025
Berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Desember hingga Januari 2025.
Pengelola Wisata Sunge Jingkem, Heri, mengungkapkan bahwa mitigasi bencana sangat penting untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung.
Sebagai langkah antisipasi, pihaknya telah menyiagakan tim rescue atau penyelamat dan perahu patroli untuk memantau aktivitas pengunjung. Selain itu, pelampung juga tersedia di area wisata dan jalur evakuasi telah dibangun untuk menghadapi situasi darurat.
“Kalau kita di area wisata ada tim rescue dari perahu patroli, terus udah ada ring buoy di tracknya. Pelampung juga tersedia di area wisata. Kalau kunjungan ramai, tim rescue yang siaga ada lima orang. Saat ini lagi sepi paling dua orang,” terang Heri, Minggu (15/12).
BACA JUGA: Jembatan Manunggal Cikarang Barat Ambles Satu Meter
Menurut Heri, kecelakaan laut menjadi bencana yang paling rentan terjadi di Sunge Jingkem. Oleh karena itu, ia meminta operator perahu untuk memastikan setiap penumpang memakai pelampung.
Heri juga meminta agar operator perahu menyesuaikan kapasitas penumpang dan tidak beroperasi jika cuaca buruk.
“Dari nahkoda kita kasih masukan terus biar menyesuaikan kapasitas perahunya. Kita juga instruksiin kepada nahkoda untuk pakai APD sama lihat kondisi cuaca. Apabila cuaca lagi hujan atau mendung jangan tarik pengunjung,” katanya.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bekasi, Iyan Priyatna, menyatakan pengelola wisata perlu mengambil langkah-langkah mitigasi bencana untuk mengantisipasi potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
“Kepada pengelola daya tarik wisata agar waspada terhadap terjadinya potensi bencana hidrometeorologi, meningkatkan edukasi mitigasi bencana kepada petugas di daya tarik wisata dan menyediakan jalur evakuasi yang memenuhi standar keselamatan,” kata Iyan, dalam keterangannya.
Pengelola wisata juga diimbau untuk memantau informasi cuaca terkini melalui situs resmi BMKG serta berkoordinasi dengan instansi terkait yang menangani kebencanaan dan kebinamargaan. Langkah ini penting untuk mendapatkan informasi terkini mengenai kejadian bencana alam dan kondisi akses menuju atau dari lokasi wisata.
Jika cuaca buruk terjadi, pengelola wisata diminta untuk berkoordinasi dengan pihak berwenang, seperti TNI atau Polri, guna mempertimbangkan penutupan sementara tempat wisata yang berisiko tinggi terdampak bencana hidrometeorologi.
Selain itu, pengelola diharapkan memberikan informasi akurat terkait kejadian bencana dan langkah mitigasi melalui website resmi atau media sosial. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyebaran berita palsu atau hoaks.
“Kami berharap seluruh pihak dapat meningkatkan mitigasi risiko dan meminimalisir kerugian akibat bencana hidrometeorologi,” tambahnya. (ris)