RADARBEKASI.ID, BEKASI – Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMK Kota Bekasi menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Studi Serapan dan Silaturahmi MGBK SMK Kota Bekasi”. Acara ini menjadi bagian dari program kerja MGBK yang telah dirancang sebelumnya.
Ketua MGBK SMK Kota Bekasi, Heri Purnomo, menjelaskan bahwa kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini dirancang untuk meningkatkan kekompakan dan komunikasi di antara Guru Bimbingan Konseling (GBK), mengembangkan pengetahuan serta keterampilan, dan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang dapat membantu tugas GBK.
“Kegiatan ini sudah direncanakan dengan matang dan merupakan bagian dari program kerja kami,” ungkap Heri, Rabu (25/12).
Ia menambahkan, tujuan kegiatan ini tidak hanya untuk mempererat silaturahmi tetapi juga untuk meningkatkan kompetensi para GBK. “Kami juga menghadirkan narasumber yang kompeten, khususnya dalam menangani persoalan yang kerap terjadi di sekolah,” lanjutnya.
Acara ini diikuti oleh 77 GBK SMK se-Kota Bekasi dan menghadirkan empat pemateri, yaitu dua psikolog, satu guru BK dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan satu motivator.
“Semua GBK SMK hadir dalam acara ini,” ujar Heri.
Motivator yang juga menjadi pemateri, Pipin Sukandi, menekankan pentingnya kerja tim bagi para GBK, terutama dalam menghadapi karakter Generasi Z yang adaptif terhadap perubahan lingkungan.
BACA JUGA: MGBK SMK Kota Bekasi Bahas Kesehatan Mental Guru untuk Pembelajaran Gen Z
“Kerja tim ini penting agar GBK bisa bersinergi dengan berbagai pihak di sekolah. Manfaatnya, antara lain, mengembangkan potensi siswa dengan berkolaborasi bersama guru dan orangtua,” jelas Pipin.
Ia menambahkan, melalui kerja tim, GBK dapat membantu siswa mengatasi masalah dengan memberikan layanan konseling yang efektif.
Dosen UPI sekaligus pemateri, Uman Suherman, menegaskan bahwa seorang GBK harus memiliki tiga prinsip utama dalam menjalankan tugasnya: Mindful, Meaningful, dan Joyful.
“GBK harus memberikan layanan yang memperhatikan perbedaan karakter siswa, menciptakan hubungan bermakna, dan memberikan kenyamanan dalam proses konseling,” tutur Uman.
Ia juga menekankan pentingnya layanan bimbingan yang sesuai kebutuhan siswa, baik secara individu, sosial, maupun spiritual.
Psikolog Winna Andini Handayani, salah satu pemateri, membahas tentang pengelolaan stres pada siswa. Ia menjelaskan beberapa teknik yang dapat dilakukan, seperti relaksasi pernapasan dalam, manajemen waktu, dukungan sosial, serta aktivitas fisik.
“GBK dapat mengenali tingkat stres siswa melalui observasi perilaku, wawancara, atau konsultasi dengan guru lain,” jelas Winna.
Winna juga merekomendasikan penggunaan alat ukur psikologis, seperti Self-Reporting Questionnaire (SRQ-20) yang direkomendasikan WHO atau Student Stress Scale (SSS), untuk mengidentifikasi stres siswa secara lebih akurat.
“Dengan pendekatan yang tepat, GBK dapat membantu siswa mengatasi permasalahan mereka secara efektif,” pungkasnya.
Acara ini menjadi momentum penting bagi para GBK untuk meningkatkan kompetensi sekaligus mempererat kerja sama demi menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung perkembangan siswa. (dew)