RADARBEKASI.ID, BEKASI – Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMK Kota Bekasi menyelenggarakan seminar dan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Kesehatan Mental Guru dalam Menghadapi Generasi (Gen) Z”.
“Kegiatan ini sudah kami persiapkan sejak satu bulan lalu, sebagai bagian program MGBK SMK Kota Bekasi,” ujar Ketua MGBK SMK Kota Bekasi, Heri Purnomo kepada Radar Bekasi.
Ia menjelaskan bahwa seminar dan FGD kali ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang dihadapi siswa serta kondisi para guru dalam menghadapi Gen Z, disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini dibuka untuk semua guru, terutama guru Bimbingan Konseling (BK) dari sekolah negeri maupun swasta di Kota Bekasi.
“Guru yang hadir dalam seminar dan FGD ini kurang lebih sekitar 80 orang,” tutur Heri.
Menurutnya, guru harus memiliki kemampuan yang ideal sebelum mencetak lulusan yang sehat dan kompeten.
“Sebelum mencetak suatu produk, cetakannya harus ideal dulu, itu filosofinya. Jadi, kami mempersiapkan guru yang sehat mental dan psikologis agar dapat mencetak siswa berkualitas,” jelasnya.
Selain itu, kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta tentang kesehatan mental, guna menciptakan suasana yang interaktif dan komunikatif antar peserta, sehingga dapat mencapai tujuan dalam mengatasi gangguan kesehatan mental.
Salah satu narasumber, dr Liko Maryudianto dari RS Hermina, menjelaskan pentingnya kesehatan mental bagi guru agar dapat mengatasi tekanan, menyadari kemampuan diri, dan mengajar dengan baik.
“Kesehatan mental bagi guru adalah bagaimana mereka dapat mengatasi tekanan, mengenali kemampuan diri, dan yang terpenting, memberikan proses pembelajaran yang baik bagi siswa,” ungkapnya.
BACA JUGA: Guru TPQ se-Kota Patriot Dukung Tri Adhianto jadi Wali Kota Bekasi
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa guru yang sehat secara mental dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif, produktif, dan inklusif. Heri juga menyampaikan bahwa pemahaman yang lebih baik tentang karakter Gen Z akan membantu guru dalam menavigasi dinamika kelas dan berinteraksi dengan siswa secara lebih efektif.
“Kesehatan mental harus menjadi prioritas, baik untuk individu, sekolah, maupun pengambil kebijakan. Dengan langkah pencegahan dan penanganan yang tepat, guru akan lebih siap menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan yang terus berkembang,” paparnya.
Hal senada disampaikan oleh narasumber lain, Alfiana Indah Muslimah, Dosen Psikologi Universitas Islam 45 Bekasi sekaligus Psikolog DPPA Kota Bekasi. Ia menekankan pentingnya dukungan sosial dan pengembangan diri berkelanjutan bagi guru.
“Guru harus terlibat dalam komunitas profesional yang mendukung, baik di dalam maupun di luar sekolah. Diskusi dengan rekan kerja tentang tantangan yang dihadapi, berbagi wawasan baru, dan mengurangi beban mental sangat penting,” ujarnya.
Alfiana menambahkan bahwa pengembangan diri berkelanjutan melibatkan terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan zaman, termasuk mengenali tren psikologi pendidikan dan pedagogi terkini. Hal ini membantu guru merasa lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi siswa Gen Z. (dew)