Oleh: Achmad Muwafi, Lc
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Setiap manusia tidak akan terlepas dari perbuatan dosa, karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Terkait dengan hal ini, maka syariat Islam mewajibkan kepada seluruh umatnya agar melakukan interopeksi diri (muhasabah).
Intropeksi diri adalah sarana bagi seorang muslim untuk menilai dan memeriksa ulang apa yang telah dilakukannya, sehingga ia akan berusaha untuk memperbaiki dan membersihkannya supaya menjadi pribadi muslim yang lebih baik.
Dalam Al-Qur’an terdapat dalil perintah untuk melakukan muhasabah. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasr ayat 18)
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW pernah menjelaskan kepada para sahabatnya tentang definisi orang yang cerdas. Beliau SAW bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang pandai mengevaluasi dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya.”
Dalam hadist lain Rasulullah SAW juga bersabda, “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara, tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya digunakan untuk apa, tentang hartanya dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu.” (HR. At-Tirmidzi)
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin, beliau menukil perkataan dari sahabat Umar bin Khatab ra, “Hendaklah kalian lakukan muhasabah atas diri kalian sebelum kalian akan dihisab. Timbanglah amal perbuatan kalian sebelum kelak ditimbang.”
Banyak kisah yang menakjubkan yang pernah dilakukan para sahabat Rasulullah dalam rangka melakukan muhasabah. Umar bin Khattab ra, pernah menghukumi dirinya dengan mensedekahkan kebunnya karena tertinggal shalat Asar secara berjamaah.
Ibnu Umar ra suatu hari pernah tertinggal dari shalat berjamaah, beliau sangat menyesal dan menggantinya dengan menghidupkan seluruh malamnya untuk beribadah. Ibnu Aun ra pernah melakukan kesalahan, karena ketika ibunya memanggil ia menjawab dengan suara yang keras. Untuk menebus kesalahannya ini maka ia membebaskan dua orang budak.
Inilah pentingnya melakukan muhasabah bagi setiap muslim, karena dengan muhasabah dapat mendorong seorang muslim untuk meningkatkan kebaikan dan amal shalih sekaligus menghindarkan dirinya dari perilaku yang kurang baik, menjauhkan dari perbuatan dosa serta akan menyelamatkan dari kesesatan. (*)
Penulis merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Bekasi, Pengurus Pusat Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Kepala SMPIT Baitul Halim Bekasi