Berita Bekasi Nomor Satu

Harga Kedelai Melonjak, Perajin Tempe di Kabupaten Bekasi Kurangi Kualitas dan Naikkan Harga

HARGA KEDELAI MEROKET: Pekerja membenahi tempe yang sedang melalui tahap produksi di Cikarang Utara, Senin (21/4). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Perajin tempe di Kabupaten Bekasi terpaksa mengurangi kualitas dan menaikkan harga jual produk mereka. Hal itu akibat lonjakan harga kedelai impor yang menjadi bahan baku utama tempe.

Sanip (66), perajin tempe di Kampung Cabanglio Desa Karangasih Kecamatan Cikarang Utara mengungkapkan bahwa harga kedelai impor mulai merangkak naik sejak dua pekan terakhir.

“Sekarang sudah menembus Rp10 ribu sampai Rp11 ribu per kilogram (kg). Sebelumya cuma Rp8.400 per kg,” kata Sanip kepada Radar Bekasi di Cikarang Utara, Senin (21/4).

BACA JUGA: Harga Kelapa Parut di Kabupaten Bekasi Capai Rp18 Ribu Per Butir, Pemerintah Diminta Kendalikan Harga

Sanip, yang sudah 36 tahun menekuni usaha tempe, mengatakan kenaikan ini dipicu kebijakan tarif impor Amerika Serikat, meski penerapannya dikabarkan masih ditunda.

“Katanya ditunda, tapi harga sudah naik duluan. Biasanya saya beli per kwintal Rp840 ribu, sekarang mulai naik,” tambahnya.

Di workshop miliknya, Sanip mempekerjakan dua karyawan tetap dan empat anaknya saat pesanan ramai. Untuk mempertahankan usaha dan tetap menggaji pekerjanya, ia terpaksa mengurangi ukuran dan kualitas tempe.

Biasanya, satu lonjor tempe menggunakan 3 ons kedelai, kini dikurangi menjadi 2 ons dengan harga jual Rp4.000. Sementara untuk ukuran 5 ons, dijual seharga Rp6.000. Langkah ini diambil untuk menjaga daya beli, terutama konsumen langganannya.

BACA JUGA: Awal Pekan Ini, Harga Emas Tak Bergerak

“Sekarang kita kurangin aja timbangan sama naikan harga ya gak terlalu banyak, takut pelanggan pada kabur yang penting kita ada lebihan sedikit,” tutur Sanip.

Meski dihadapkan pada kenaikan harga bahan baku, Sanip tetap berkomitmen melanjutkan produksi, meski dengan keuntungan yang makin tipis. Ia berharap pemerintah segera mengambil langkah agar pasokan kedelai impor dari Amerika Serikat dapat lebih terkendali, baik dari sisi harga maupun kualitas.

Sanip juga mengenang masa sulit saat harga kedelai pernah melonjak hingga Rp1,5 juta per kwintal. Kala itu, banyak perajin yang gulung tikar. (ris)