Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Duloh, Eksekutor Pembunuh Berantai di Bantargebang Itu Dikenal Berjualan Es Cincau

Salah satu tersangka pembunuh berantai, Solihin alias Duloh dikenal sebagai pe jual Cincau di depan SDN Ciketingudik 3, Bantargebang. Foto: Raiza Septianto-Radarbekasi.id

 

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Solihin alias Duloh, eksekutor pembunuh berantai yang menewaskan tiga orang di Ciketingudik, Bantargebang, ternyata sehari-hari berjualan es Cincau.

Tersangka dikenal warga sekitar lantaran lama berjualan es Cincau di depan SDN Ciketingudik 3 Bantargebang sejak tahun 2017.

Hal itu diungkapkan pedagang Cakwe, Narto (33) saat ditemui di Lapak dagangannya di depan SDN Ciketingudik 3, Bantargebang, Kota Bekasi, Selasa (24/1/2023).

BACA JUGA: Peran Para Pembunuh Berantai, Duloh Eksekutor, Dede Tukang Gali Kubur

“Kalau saya meyakininya iya, namanya juga kan sama, saya taunya abah Soleh gak tau kalau ada belakangnya Solihin, dia dagang di sini sejak tahun 2017” ungkap Narto.

Narto menambahkan kalau dirinya tinggal di sini bersama tiga anaknya di Jalan Pangkalan Dua, Rawatengah, Sumurbatu, Kota Bekasi.

“Kalau di sini dia tinggal sama anaknya 3, kalau istrinya di kampung,” ucap Narto.

Sosok Abah Soleh di mata pedagang dikenal ramah dan kalem, “Kaget saya dengar kabar itu gak nyangka aja, orang biasanya di sini juga ramah,” ucapnya.

Lanjut Narto menceritakan, dagangan abah Soleh paling laris di sini, berdagang mulai dari jam 09.00 WIB sampai jam 15.00 WIB

“Iya paling rame, kadang kalo cerita omsetnya banyak diatas Rp 300.000 bisa sampe Rp 500.000 sehari,” tuturnya.

Sebelum kejadian, Narto menuturkan Solihin tidak berjualan selama seminggu lantaran pulang ke Cianjur.

BACA JUGA: Pembunuh Anggota Ormas PP Ditangkap di Rest Area

“Dia bilang mau pulang dulu, anaknya sakit, anak dan cucu, ya saya bilang yaudah bah tengokin dulu, saya juga bilang kan abah bisa nyembuhin,” cetusnya.

Diketahui sebelumnya, Solihin alias Dulloh menjadi serial killer alias pembunuh berantai bersama dua rekanya, Wowon alias Aki dan M Dede Solehudin.

Sembilan orang menjadi korban tangan berdarah tiga serangkau itu yang mayoritas masih memiliki hubungan kerabat dan keluarga. (rez)