Berita Bekasi Nomor Satu

Strategi Bisnis Gadai Kian Berkilau

Buku Strategi Bisnis Gadai di berbagai negara karya Syahrul Rusli. Foto ist.

Resensi Buku

Judul Buku      : Strategi Bisnis Gadai di Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, Australia, Hongkong, Singapura, Filipina, Mexico dan Pengaruh Emas terhadap Bisnis Gadai

Penulis Buku  : Syahrul Rusli, SE, MM, CRP, QIA, CMA

Halaman         : 172 halaman

Penerbit         : Deepublish, 2023

Oleh: Joko Intarto*

Bagi masyarakat dan akademisi, banyak pertanyaan mengenai apa saja faktor pendukung pertumbuhan bisnis gadai. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara.

Pertanyaan ini muncul melihat tumbuhnya berbagai bank digital atau financial technology yang memberikan begitu banyak kemudahan bagi pelanggannya. Namun bisnis gadai juga tetap tumbuh.

Di samping itu, juga muncul pertanyaan, apakah bisnis gadai di berbagai negara sama dengan bisnis gadai yang kita lihat di Indonesia ?

Sebab bisnis gadai bukan hanya beroperasi di Indonesia. Namun juga hadir di berbagai negara maju, seperti Amerika Serikat, Hongkong dan Australia.

Buku strategi bisnis gadai ini berupaya memberikan jawaban atas beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan bisnis gadai. Dengan mengambil contoh bisnis gadai di Indonesia, Amerika Serikat, Inggris, Australia, Hongkong, Singapura, Filipina dan Mexico.

Pemilihan contoh negara yang variatif, baik dari sisi geografis maupun demografis ini dirasa cukup mewakili karakteristik nasabah pengguna bisnis gadai.

Di Indonesia, bisnis gadai ini sudah hadir sejak era kolonial, tepatnya di Batavia pada tahun 1746 dibawa oleh VOC dari Amsterdam.

Pada awalnya, bernama bank Van Leening dan pada tahun 1901 resmi menjadi milik pemerintah Hindia Belanda.

Salah satu tujuan awal berdirinya Jawatan Gadai adalah untuk memberantas rentenir dan ijon yang memberatkan kehidupan masyarakat. Agar efektif dalam menjalankan misinya maka Jawatan Gadai ini diberi hak monopoli.

Hak monopoli ini berakhir seiring dengan terbitnya Peraturan OJK Nomor 31/POJK.05/Tahun 2016.

Regulator dalam bisnis gadai di Indonesia adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), namun di beberapa negara seperti di Amerika Serikat regulasi bisnis gadai ini diatur oleh National Pawnshop Association (NPA) dan di Hongkong diatur oleh Kowloon Pawnbroker Association (HKKPA).

Bisnis gadai tetap tumbuh karena jasa ini memang dibutuhkan oleh masyarakat. Secara demografi pengguna jasa gadai yang terbesar berasal dari konsumen pada usia milenial dan dalam usia produktif. Mayoritas berstatus wanita atau memiliki usaha dengan skala UMKM.

Secara psikografis, masyarakat pengguna jasa gadai adalah yang membutuhkan bridging loan, misalnya karena mobil rusak dan membutuhkan anggaran non rutin yang cukup besar, biaya ekstra untuk membayar uang pembangunan di saat anak masuk kuliah atau petani yang pada musim tanam membutuhkan dana talangan untuk pembelian bibit dan biaya pengolahan lahan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bristol University Inggris menunjukkan kalau alasan konsumen di Inggris melakukan pinjaman ke Pawnshop adalah untuk menutupi pembayaran berbagai tagihan yang jatuh tempo, seperti sewa rumah, hipotek, kartu kredit, perbaikan kerusakan mobil, biaya rumah sakit dan berbagai jenis tagihan lainnya.

Di Meksiko, siklus tertinggi bisnis gadai adalah pada masa liburan natal dan tahun baru, karena masyarakat membutuhkan dana untuk berlibur akhir tahun. Pinjaman yang diambil menjadi semacam dana talangan karena tingkat pinjaman yang tidak dilunasi hanya sekitar 4%. Pinjaman ini diambil hanya untuk menutupi pengeluaran yang tidak rutin, namun nasabah memiliki penghasilan yang masih akan diterima.

Hal yang sama juga terjadi di Inggris, peminjaman ke Pawnshop akan meningkat pada saat membutuhkan dana untuk biaya kegiatan keagamaan, seperti hari Natal, perayaan ulang tahun dan berbagai kegiatan khusus lainnya.

Konsep menggadai ini memang lahir sebagai bridging loan, sebab kalau nasabah merasa tidak akan mampu menebus barang jaminannya maka mereka akan memilih untuk menjualnya.

Alasan konsumen di Inggris memilih jasa gadai adalah karena alasan kenyamanan (convenience) sebesar 45% , kecepatannya sebesar 39% dan kesederhanaan prosedurnya (37%). Jadi mayoritas memilih jasa gadai bukan karena tidak memiliki alternatif pembiayaan lainnya atau bukan karena kepepet.

Sebagaimana alasan konsumen di Inggris, bagi sebagian warga Hongkong yang biaya hidupnya sangat tinggi juga masih membutuhkan jasa gadai untuk memenuhi kebutuhannya.

Mahalnya biaya hidup menyebabkan sebagian masyarakat mengalami mismatch antara pengeluaran dengan pendapatan. Kelompok inilah yang terutama menjadi segmen pengguna jasa gadai di Hongkong.

Hal yang menarik di Hongkong adalah besarnya pengguna jasa gadai yang berasal dari tenaga kerja migran Indonesia dan Filipina.

Konsumen yang berasal dari tenaga migran tersebut juga berasal dari daerah asal yang memang sudah lama akrab dengan jasa gadai di tanah airnya. Misalnya pekerja migran Indonesia di Hongkong banyak berasal dari daerah Jawa Timur yang juga menjadi salah satu daerah paling banyak outlet jasa gadainya.

Bisnis gadai di Filipina berbeda dengan Hongkong, mereka menghadapi tantangan akibat perubahan selera milenial dalam berinvestasi emas, terus meningkatnya harga emas menyebabkan sulit bagi milenial untuk membeli emas sehingga mereka beralih menggunakan perhiasan dengan model yang menarik dari perak atau imitasi.

Perubahan perilaku milenial ini berdampak pada bisnis gadai, karena nasabah yang membawa barang jaminan emas menjadi berkurang

Merespon kondisi ini, Cebuana lhuilier yang merupakan pemain utama bisnis gadai di Filipina melakukan shifting dari sekedar tempat pinjam meminjamkan uang menjadi tempat layanan jasa keuangan bagi masyarakat lower-middle income dan pekerja migran.

Perusahaan gadai seperti Cebuana Lhuilier mengembangkan produk asuransi mikro, remittance dan foreign exchange. Produk ini juga sebagai cross selling dengan produk gadai.

Aset yang juga banyak dijadikan sebagai barang jaminan oleh masyarakat di berbagai negara adalah barang elektronik, perlengkapan rumah tangga, handphone, laptop, TV dan kendaraan bermotor.

Barang barang ini banyak dijadikan obyek gadai karena relatif mudah diperjual belikan. Karena salah satu syarat untuk dapat dijadikan sebagai barang jaminan adalah memiliki pasar second hand.

Syarat ini penting bagi perusahaan gadai, karena jika barang jaminan tidak ditebus maka akan dilakukan lelang terbuka dan diharapkan segera laku terjual untuk mengembalikan kewajiban nasabah.

Di samping barang yang tergolong perlengkapan rumah tangga, jasa gadai di Amerika Serikat juga menerima barang jaminan  yang disebut dengan collectible items. Barang memorabilia seperti piringan hitam yang ditanda tangani oleh Elvis Presley, sarung tangan yang pernah dipakai oleh Michael Jackson dalam konsernya, atau baju kaus basket yang ditanda tangani oleh Michael Jordan.

Kemudian barang yang tergolong barang antik seperti pedang antik, senapan, komik tua, koin dan mata uang tua serta  berbagai barang yang tergolong antik ini cukup banyak dijadikan sebagai barang jaminan.

Untuk penjualan barang jaminan memorabilia dan collectible item ini banyak dijual di balai lelang atau dicari oleh penggemar barang antik di Pawnshop.

Bagaimana Pawnshop mendapatkan barang pre-owned untuk dijual kembali?

Regulasi terkait gadai di berbagai negara memang melarang perusahaan gadai untuk membeli barang jaminan yang tidak ditebus oleh nasabahnya. Namun di sebagian negara juga mengizinkan perusahaan gadai memiliki izin perdagangan.

Sehingga nasabah yang membawa emas ke Pawnshop akan ditawarkan dua opsi. Pertama ditawarkan sebagai barang jaminan gadai atau opsi kedua untuk menjualnya.

Dengan memiliki izin perdagangan maka outlet gadai di Amerika, Singapura, Australia dan Eropa memiliki dua produk, yaitu produk utama berupa layanan Pinjaman Gadai (loan), melayani konsumen yang butuh dana dan produk lainnya adalah layanan jual beli berbagai jenis barang second hand.

Layanan jual beli ini melayani konsumen yang butuh dana dengan menjual asetnya atau juga yang ingin mencari barang second hand.

Ekspansi Bisnis Gadai

Strategi ekspansi bisnis gadai di berbagai negara tidak selalu sama. Di Indonesia ekspansi layanan lebih banyak menggunakan pertumbuhan organic atau dengan membuka outlet baru untuk menjangkau nasabah yang lebih luas.

Namun di Amerika atau Australia, untuk memperluas jaringan layanan banyak dilakukan dengan strategi pertumbuhan non organic.  Strategi non organic yang dilakukan melalui merger dan akuisisi.

Pemain terbesar dalam bisnis gadai di Amerika seperti First Cash Financial Service Inc yang menguasai 35% dari pasar gadai di Amerika melakukan strategi pertumbuhan melalui merger.

First cash melakukan merger  dengan Cash America International. Dengan strategi ini First cash berhasil menambah jaringan di Amerika Utara dan Amerika Latin.

Strategi non organic lainnya dilakukan oleh EZCORP, pemain besar lainnya dalam bisnis gadai di Amerika Serikat dengan menggunakan strategi akuisisi.

Ezcorp melakukan akuisisi terhadap perusahaan gadai lokal untuk dengan cepat memperluas jaringannya menjangkau wilayah Nevada, Meksiko dan wilayah Amerika Latin lainnya.

Strategi franchise dipilih oleh perusahaan gadai terbesar Australia Cash converter (Cashies).

Cashier sudah beroperasi  di berbagai negara dengan konsep franchise. Perusahaan yang pertama kali berdiri di Victoria Park, Perth, Australia pada tahun 1984 ini sudah berkembang di berbagai belahan dunia, sehingga mereka berani menyebut “the sun never sets on cash converter store network”.

Perusahaan cash converter ini dengan konsep bisnis yang sudah teruji kemudian berkembang ke berbagai negara, antara lain ke Perancis, Spanyol, Afrika Selatan, Namibia dan Uni Emirat Arab. Sehingga pada tahun 2022 sudah memiliki outlet sebanyak 700 unit yang tersebar di 16 negara.

Buku ini sangat perlu dibaca oleh pengusaha bisnis gadai, karyawan, mahasiswa, akademisi dan masyarakat umum yang ingin menambah pengetahuannya mengenai bisnis gadai di dunia.

(*Penulis praktisi bisnis, tinggal di Jakarta)